Tidur Setelah Makan: Apakah Dampaknya dan Bagaimana Merubahnya?

Sumber gambar: freepik.com

Selama bulan Ramadan, siklus tidur kita bisa saja mengalami perubahan. Sebab, kita harus bangun lebih awal untuk makan sahur. Karena perubahan waktu tidur tersebut, tak jarang membuat kita ingin bergegas tidur setelah makan.

Makan merupakan aktivitas yang rutin makhluk hidup lakukan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Begitu juga dengan tidur yang merupakan kebutuhan tiap makhluk hidup untuk mengistirahatkan tubuhnya. Dengan memiliki pola tidur dan pola makan yang baik tentunya diharapkan seseorang dapat menjaga kesehatannya, terus produktif, dan semangat selama menjalankan ibadah puasa. Tidur setelah sahur atau setelah kenyang memang terasa menyenangkan. Namun apa yang terjadi bila seseorang memiliki kebiasaan langsung tidur setelah makan dan apakah hal tersebut akan berdampak pada tubuhnya? Berikut penjelasan mengenai dampak tidur setelah makan terhadap tubuh.

.

Apakah normal mengantuk setelah makan?

Setelah makan biasanya seseorang akan mulai menguap dan merasa mengantuk sehingga tidak lama orang tersebut akan tidur tepat setelah selesai makan. Munculnya kantuk ini merupakan hal yang wajar dan lumrah, apalagi bila setelah makan dengan porsi yang cukup besar. Saat makan dengan jumlah yang besar, makanan yang masuk akan dicerna dan ditampung sementara didalam lambung. Makin banyak seseorang makan, tentunya makin besar pula pengembangan di lambung dan organ pencernaan lain. Adanya pengembangan dari organ pencernaan untuk menampung makanan ini dapat menekan diafragma (salah satu otot pernapasan) keatas. Penekanan ini menyebabkan berkurangnya kemampuan diafragma untuk membantu pernapasan sehingga oksigen yang mengalir ke tubuh termasuk otak dapat berkurang. Hal tersebut dapat menyebabkan seseorang merasakan lelah dan menjadi mengantuk.  Tubuh juga akan mengalirkan lebih banyak darah ke organ saluran cerna yang sedang bekerja. Saat hal ini terjadi, aliran darah ke otak mungkin dapat berkurang sehingga timbul rasa kantuk. Selain hal tersebut, peregangan pada organ pencernaan sendiri dapat langsung mengakibatkan timbulnya kantuk melalui respon hormonal didalam tubuh.

Baca juga: 5 Manfaat Berjalan Setelah Makan

.

Apa saja dampak kebiasaan tidur setelah makan?

Tidur setelah makan memang sangat menggoda, namun sebaiknya dihindari agar tidak memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Berikut merupakan dampak yang diakibatkan bila langsung tidur setelah makan:

Memicu gejala Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
Setelah makan, lambung akan mengembang dan penuh dengan makanan. Apabila seseorang langsung berbaring setelah makan, tekanan di dalam lambung yang meningkat dapat menyebabkan makanan dan cairan lambung naik ke kerongkongan dan jika terjadi terus-menerus maka dapat memicu timbulnya GERD. Makanan yang masuk juga memicu produksi asam lambung untuk mencerna makanan sehingga asam lambung akan menjadi lebih banyak. Ketika seseorang langsung berbaring dan bersiap tidur setelah makan, dikhawatirkan dapat menimbulkan gejala heartburn akibat asam lambung yang naik ke kerongkongan.

Menggemukkan tubuh
Makan merupakan aktivitas untuk memberikan tubuh energi sedangkan tidur merupakan upaya untuk mengembalikan energi tubuh. Sebaiknya setelah makan, lakukan aktivitas ringan terlebih dahulu agar tidak ada kalori yang berlebih dan disimpan dalam bentuk lemak. Hal ini sudah banyak dikaji di penelitian bahwa kebiasaan tidur setelah makan dapat meningkatkan indeks massa tubuh (body mass index) dan meningkatkan lemak di perut (abdominal obesity).

Memicu penyakit metabolik
Kebiasaan langsung tidur setelah makan dapat meningkatkan resistensi insulin di dalam tubuh. Insulin merupakan suatu hormon yang berfungsi untuk memasukkan gula dalam darah kedalam sel tubuh. Jika terdapat resistensi insulin, maka gula yang beredar di dalam darah sulit dimasukkan kedalam sel-sel tubuh yang membutuhkan gula sebagai sumber tenaga. Apabila proses ini berlanjut terus-menerus dikhawatirkan dapat menimbulkan kondisi kencing manis atau diabetes mellitus tipe 2. Selain itu, tingginya kadar gula yang tidak terpakai oleh tubuh akan disimpan dalam bentuk lemak. Apabila kadar lemak ditubuh sesorang terlalu tinggi dan melebihi dari batas sewajarnya maka dapat menimbulkan suatu penyakit bernama dislipidemia. Kadar lemak yang tinggi ini bila dibiarkan terus-menerus dapat menempel pada pembuluh darah dan menimbulkan sumbatan pada aliran darah ke organ seperti jantung dan otak. Penyumbatan yang terjadi dapat menyebakan serangan jantung dan stroke tergantung letaknya.

.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*