Kita semua pernah mendengar bahwa cukup tidur itu baik untuk kesehatan. Jika tidur Anda tidak cukup, kemungkinan besar Anda akan dapat menderita berbagai masalah kesehatan. Saat Anda sedang tidur, organ dalam tubuh termasuk pencernaan akan tetap bekerja. Namun, kerjanya akan lebih lambat karena Anda sedang beristirahat dan tidak masuk makanan atau minuman. Selama tidur, organ pada tubuh akan ‘membangun’ dan memperbaiki dirinya sendiri. Sistem pencernaan menggunakan gula yang dikonsumsi saat makan pagi, siang, dan malam untuk memicu proses ini.
Peneliti meyakini bahwa terdapat koneksi antara otak dan saluran cerna yang berjalan dua arah. Karena itulah, dapat diperkiraan bahwa tidur dapat memengaruhi sistem pencernaan, begitu pula sebaliknya. Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa gangguan tidur merupakan faktor risiko untuk terjadinya banyak penyakit pada saluran cerna, seperti radang usus, refluks asam lambung, tukak lambung, dan luka pada usus.
Selama masa pandemi ini, banyak orang yang mengeluhkan perubahan pola tidur dikarenakan munculnya rasa cemas, khawatir, atau akibat perubahan waktu, rutinitas sekolah dan kerja yang menyebabkan waktu tidur menjadi berubah dibandingkan biasanya. Gangguan tidur dapat menyebabkan fisik menjadi kurang prima bahkan mengganggu mental Anda yang pada akhirnya dapat berpengaruh pada kesehatan, salah satunya kesehatan saluran cerna. Berikut akan dibahas hubungan antara pola tidur dan sistem pencernaan kita.
.
Bagaimana hubungan pola tidur dengan sistem pencernaan?
Gangguan pola tidur mengganggu keseimbangan mikroba usus
Studi menunjukkan mikroba dalam usus bekerja sesuai dengan ritme sirkadian atau siklus ‘bangun-tidur’. Terganggunya pola tidur ternyata bukan cuma berpengaruh pada kondisi tubuh tapi juga bakteri dalam usus. Akibat ketidakseimbangan bakteri usus, saluran cerna akan rentan terhadap penyakit bahkan memicu timbulnya penyakit lain seperti diabetes dan obesitas.
.
Gangguan pola tidur membuat saluran cerna rentan terhadap peradangan
Munculnya peradangan pada usus seringkali dipicu oleh respon kekebalan tubuh yang menurun. Sistem kekebalan terkait erat dengan tidur. Ketika seseorang kurang tidur, sistem kekebalan menciptakan sel-sel radang yang berlebih yang mengakibatkan gangguan pencernaan. Ketika Anda sudah mengalaminya, pola tidur Anda akan semakin terganggu dan cenderung sulit tidur. Dan jika sulit tidur, pencernaan Anda kemungkinan akan lebih memburuk lagi.
.
Gangguan pola tidur membuat Anda merasa lebih mudah lapar
Pernahkah Anda memperhatikan bahwa ketika Anda merasa kurang tidur dan istirahat, Anda menjadi lebih mudah lapar dan banyak ngemil? Ternyata, keadaan kurang tidur dan istirahat dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon. Produksi hormon ghrelin yang membuat Anda lapar menjadi lebih banyak dibandingkan hormon leptin yang membuat Anda merasa kenyang.
.
Baca juga: Ritme Sikardianmu Terganggu? Seperti Ini Hubungannya dengan Saluran Cerna
.
Gangguan pola tidur mencetuskan stres
Ketika orang tidak mendapatkan cukup tidur, mereka akan lebih rentan stres terutama jika alasan mereka tidak bisa tidur karena kecemasan. Keadaan stres dapat mengganggu pencernaan Anda. Karena, ketika stres tubuh Anda sedang dalam mode ‘fight or flight’. Sebagian besar darah dan sumber energi Anda dialihkan ke anggota tubuh dan bagian tertentu di otak Anda. Sehingga proses pencernaan menjadi lambat atau terganggu untuk sementara waktu yang dapat menyebabkan sakit perut dan timbul gejala gangguan saluran cerna lainnya.
.
Gangguan pola tidur dapat mengganggu pola BAB
Pola tidur yang terganggu ternyata juga memiliki efek pada pola BAB kita. Tidak hanya sembelit, diare juga bisa terjadi apabila pola tidur kita berubah. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Sebenarnya, penyebab terjadinya perubahan pola BAB akibat gangguan pola tidur ini sudah dijelaskan pada poin-poin sebelumnya. Perubahan mikroba usus dan menurunnya sistem imun akibat gangguan pola tidur dapat menyebabkan timbulnya penyakit saluran cerna seperti Irritable Bowel Syndrome (IBS) dan Inflammatory Bowel Disease (IBD) yaitu sindrom iritasi usus dan peradangan usus yang dapat menimbulkan gejala baik sembelit maupun diare. Selain itu, gangguan pola tidur, stres, perubahan hormon, dan makanan juga dapat mencetuskan terjadinya sindrom iritasi usus. Diare lebih sering dikeluhkan daripada sembelit pada saat stres, tetapi semua itu tergantung pada masing-masing individu.
Perlu juga diketahui bahwa pola tidur, pemilihan makanan, dan pola BAB ternyata memiliki keterkaitan satu sama lain. Pernahkah Anda terlalu lelah untuk membuat sarapan yang bergizi karena terlalu mengantuk? Ketika kurang tidur, kita cenderung tidak membuat pilihan makanan yang bergizi. Pilihan makanan yang kurang bergizi ini mengurangi asupan serat yang bisa menyebabkan sembelit. Selain itu, kopi dan minuman tinggi gula sering menjadi pilihan untuk mengurangi rasa kantuk dipagi hari. Konsumsi kafein dan makanan/minuman tinggi gula memiliki efek laksatif yang menyebabkan keluhan diare. Selain itu saat Anda kurang tidur, otak akan lebih banyak memproduksi hormon lapar. Ketika Anda memilih makanan junk food sebagai pilihan dibandingkan makanan bergizi, makanan olahan yang mengandung tinggi lemak tersebut bisa menimbulkan keluhan BAB baik sembelit maupun diare.
Selain kurang tidur, nyatanya tidur berlebihan juga memiliki efek tidak baik pada saluran cerna. Tidur berlebihan dapat mengganggu usus dengan mengganggu ritme sirkadian. Berbaring di tempat tidur untuk waktu yang lama dapat memperlambat pergerakan usus Anda. Selain itu, dengan banyaknya tidur, tubuh menjadi kurang aktif. Menurut penelitian, orang yang tidur terlalu lama berisiko tinggi mengalami obesitas sehingga dapat menimbulkan masalah kesehatan berikutnya, termasuk masalah kesehatan pencernaan.
.
Leave a Reply