Daging Putih dan Daging Merah, Mana yang Lebih Sehat?

Sumber gambar: freepik.com

Daging merupakan makanan yang kontroversial. Di satu sisi, daging kaya akan protein yang dibutuhkan manusia untuk membangun, memperbaiki, dan memelihara struktur tubuh. Namun di sisi lain, daging dikenal sebagai makanan yang berkolesterol tinggi sehingga sering dinilai sebagai makanan yang tidak sehat. Sebenarnya, kedua pernyataan tersebut tidak salah. Hal tersebut tergantung dari jenis daging yang kita makan, seberapa banyak dan seberapa sering kita memakannya, serta cara pengolahannya.

.

Apa perbedaan daging merah dan daging putih?

Berdasarkan warnanya, daging dibagi menjadi dua, yaitu daging merah dan daging putih. Keduanya sering dibandingkan terkait mana yang lebih sehat dan mana yang lebih bergizi. Banyak yang mengatakan daging putih lebih sehat dan baik untuk dikonsumsi dibandingkan daging merah. Namun, tidak jarang ada yang berkata sebaliknya. Jadi, manakah yang lebih baik? Untuk mengetahuinya, sebaiknya kita ketahui lebih dulu apa perbedaan keduanya.

Warna merah yang tampak pada daging merah sebenarnya bukanlah darah. Warna merah tersebut disebabkan karena daging merah memiliki suatu protein bernama mioglobin yang berfungsi menyimpan dan mengangkut oksigen ke otot melalui aliran darah. Daging merah mengandung mioglobin yang relatif lebih banyak dibandingkan daging putih. Jenis daging yang termasuk daging merah adalah daging sapi, kambing, dan kerbau. Sedangkan yang termasuk daging putih antara lain unggas seperti ayam, burung, kalkun, ikan, dan makanan laut lainnya seperti udang dan kerang.

Baca juga: Apakah Baik Mengonsumsi Daging Merah untuk Saluran Cerna Anda?

.

Benarkah daging putih lebih baik dikonsumsi dibandingkan daging merah?

Daging merupakan protein hewani yang mengandung berbagai macam asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Selain itu, daging merupakan sumber berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh seperti vitamin A, B6, B12, niasin, seng, selenium, dan zat besi. Sayangnya, daging rendah akan serat. Daging merah memiliki kadar vitamin B, seng, dan zat besi yang lebih banyak dibandingkan daging putih. Oleh karena itu, kita sering mendengar bahwa pasien anemia atau kurang darah dianjurkan untuk lebih sering mengonsumsi daging merah. Namun, beberapa penelitian menunjukkan efek negatif dari konsumsi daging merah yang terlalu banyak dan sering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi daging merah secara berlebihan dapat mencetuskan berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung koroner, diabetes, strok, obesitas, dan kanker usus. Penelitian juga menunjukkan bahwa mengonsumsi daging merah secara berlebihan, terutama daging merah olahan seperti ham, sosis, bacon, dan salami, berkaitan dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit kronis. Suatu studi membandingkan antara konsumsi daging merah (100 gram), daging merah olahan (50 gram), dan daging putih (50 gram) terhadap risiko terjadinya kanker dan penyakit jantung koroner. Hasil studi tersebut menunjukkan terdapat peningkatan risiko terjadinya kanker dan penyakit jantung koroner pada orang yang mengonsumsi daging merah olahan secara signifikan, sedangkan pada daging merah dan daging putih tidak signifikan.

Dari studi-studi sebelumnya, didapatkan suatu rekomendasi jumlah daging merah yang dianggap aman untuk dikonsumsi. Daging merah dapat dikonsumsi tidak lebih dari tiga porsi per minggu, dimana tiga porsi tersebut setara sekitar 350 – 500 gram daging merah. Selain itu direkomendasikan pula untuk membatasi konsumsi daging merah olahan. Sebab, daging merah olahan sering kali dibuat dengan pengawet natrium nitrat yang dapat meningkatkan risiko penyakit darah tinggi yang memberikan dampak negatif pada sistem jantung dan pembuluh darah. Selain itu, daging olahan juga cenderung memiliki kandungan lemak dan gula yang lebih tinggi.

Penelitian lain yang dipublikasikan oleh jurnal American Heart Association pada tahun 2017 meneliti hubungan antara konsumsi daging merah, daging merah olahan, dan daging putih terhadap risiko terjadinya strok. Hasil penelitian menunjukkan risiko terjadinya strok berbeda menurut jenis dagingnya dimana daging putih menurunkan risiko terjadinya strok sebanyak 13%, sedangkan daging merah dan daging merah olahan meningkatkan risiko terjadinya strok sebanyak 11% dan 17 % berturut-turut. Sehingga rekomendasi penelitian tersebut adalah pertimbangan untuk mengganti daging merah dan olahan dengan daging putih untuk pencegahan strok dalam praktik sehari-hari.

Daging merah terkenal akan kandungan kolesterol dan lemak jenuhnya yang tinggi. Sedangkan daging putih dikenal lebih sehat karena mengandung asam lemak tidak jenuh dan omega 3 yang sering ditemukan pada ikan salmon yang memiliki dampak positif bagi kesehatan, khususnya kesehatan jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, kita sering mendengar anggapan bahwa daging putih lebih baik dikonsumsi dibandingkan daging merah karena kandungan kolesterolnya yang lebih rendah. Tetapi sebuah studi tahun 2019 menentang pernyataan tersebut. Studi menunjukkan konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat meningkatkan kadar LDL atau kolesterol jahat. Yang menarik, studi ini juga menunjukkan bahwa asupan daging putih yang berlebihan pun dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol jahat sama seperti daging merah.

.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*