Salah satu permasalahan yang muncul dengan adanya kemajuan teknologi dari aspek produksi makanan adalah beredar dengan luasnya makanan yang mengandung pengawet. Pengawet makanan terkadang tidak hanya sendiri melainkan disertai dengan adanya penguat rasa, warna, dan aroma. Tanpa kita sadari pengawet dari makanan merupakan komponen makanan yang biasa kita konsumsi sehari-hari. Salah satu risiko yang dapat ditimbulkan oleh pengawet makanan adalah keganasan pada usus, atau yang pada artikel ini akan kita sebut sebagai kanker kolorektal. Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker yang dipengaruhi oleh pola makan kita sehari-hari.
.
Apa itu pengawet makanan?
Bahan pengawet makanan merupakan bahan tambahan pada makanan yang dapat meningkatkan durasi makanan sehingga dapat dikonsumsi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Selain manfaat tersebut pengawet makanan juga dapat memberikan nilai tambah pada makanan dengan memberikan rasa, warna, ataupun daya tarik lainnya. Unsur yang digunakan untuk mengawetkan dapat bersifat alami ataupun buatan/sintetis. Pengawet makanan tidak sepenuhnya memberikan manfaat bagi kita karena banyak dampak yang dapat diberikan oleh pengawet makanan apabila dikonsumsi secara berlebihan. Salah satu pengawet makanan yang sering kita konsumsi adalah Sodium Nitrat dan Sodium Nitrit, yang sering kali digunakan untuk mengawetkan daging dan menambahkan warna dan rasa pada produk daging olahan. Kedua bahan pengawet tersebut berperan sebagai faktor risiko timbulnya kanker kolorektal. Oleh karena itu penggunaan pengawet makanan diatur oleh badan pengawas makanan.
Tujuan diberikan pengawet makanan adalah untuk menghambat proses pembusukan yang disebabkan oleh bakteri. Antioksidan juga akan meningkatkan kualitas makanan karena dapat menghambat proses oksidasi terhadap makanan. Selain itu terdapat juga beragam proses lainya seperti pengasaman yang digunakan untuk mengawetkan makanan.
.
Baca juga: Kanker Usus Besar: Deteksi Dini dan yang Perlu Diketahui
.
Apa itu kanker kolorektal?
Kanker kolorektal merupakan salah satu keganasan yang menyerang jaringan usus besar. Keganasan ini merupakan permasalahan kesehatan yang cukup besar di seluruh dunia dengan mencapai 1,4 juta kasus di tahun 2012. Pola makan dinilai berperan terhadap risiko kejadian kanker kolorektal.
Kanker kolorektal memiliki tanda dan gejala yang kurang sensitif sehingga sulit bagi kita untuk mengetahui tanda dan gejala pada tahapan awal. Keluhan yang dirasakan biasanya berhubungan dengan nyeri pada perut bagian bawah, namun keluhan ini biasanya hilang timbul sehingga pencarian pertolongan ke dokter sering terlambat. Proses diagnostik dini biasanya dilakukan melalui pemeriksaan kolonoskopi. Diagnostik lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan CT-scan. Pemeriksaan ini terutama dilakukan pada pasien usia lanjut yang memiliki tanda yang sulit diidentifikasi seperti penurunan berat badan dan rasa tidak nyaman pada perut yang sering kali sudah berlangsung sejak lama.
.
Leave a Reply