Hidangan dengan bumbu pedas menggunakan cabai yang banyak merupakan makanan yang selalu digemari oleh masyarakat di Indonesia. Tidak heran, berbagai gerai makanan dengan menu yang pedas menjadi laris-manis. Tanggal 16 Januari dijadikan sebagai hari makanan pedas internasional dimana pada hari tersebut berbagai negara merayakannya dengan menyajikan hidangan terpedasnya.
Dibalik maraknya citarasa makanan pedas, tidak jarang orang meyakini bahwa makanan pedas itu berbahaya bagi kesehatan tubuh khususnya saluran cerna. Banyak juga orang mengatakan bahwa berhenti makan makanan pedas merupakan salah satu solusi untuk menjadi sehat. Terdapat kebingungan tentang apakah makanan pedas itu aman atau berbahaya. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai kandungan cabai dan pengaruh makanan pedas terhadap saluran cerna.
.
Mengenal kandungan cabai
Capsaicin adalah zat aktif pada cabai yang membuat rasanya pedas dan panas. Capsaicin secara alami banyak ditemukan pada biji cabai rawit, cabai merah, paprika, dan jalapeno. Capsaicin sering digunakan sebagai penambah citarasa makanan, memberi rasa pedas, dan mengawetkan makanan. Selain itu, dalam dunia medis, capsaicin dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada otot, sendi, dan syaraf karena memiliki khasiat sebagai anti-nyeri.
Capsaicin adalah zat aktif pada cabai yang membuat rasanya pedas dan panas. Capsaicin secara alami banyak ditemukan pada biji cabai rawit, cabai merah, paprika, dan jalapeno. Capsaicin sering digunakan sebagai penambah citarasa makanan, memberi rasa pedas, dan mengawetkan makanan. Selain itu, dalam dunia medis, capsaicin dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada otot, sendi, dan syaraf karena memiliki khasiat sebagai anti-nyeri.
.
Makanan pedas dan tukak pada lambung
Tukak pada lambung atau dalam bahasa medis disebut ulkus lambung dapat terjadi karena penurunan fungsi perlindungan lambung terhadap asam lambung. Penyebab tukak lambung paling sering adalah penggunaan obat anti-nyeri dan jamu penghilang nyeri yang tidak tepat atau berlebihan serta infeksi bakteri Helicobacter pylori. Makanan pedas seringkali disalahkan sebagai penyebab tukak pada lambung. Berlawanan dengan pernyataan tersebut, beberapa penelitian menunjukan bahwa capsaicin tidak merangsang pengeluaran asam lambung. Capsaicin ternyata dapat merangsang alkali dan produksi lendir pada permukaan lambung, serta menghambat pengeluaran asam lambung. Capsaicin juga dapat merangsang peningkatan aliran darah pada lapisan lambung yang membantu dalam pencegahan dan penyembuhan tukak lambung. Studi di Korea menunjukkan bahwa capsaicin dapat menghambat pengeluaran sel radang dari lapisan lambung yang terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Selain itu, capsaicin juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri tersebut dengan memberikan suasana alkali.
Perlu diperhatikan bahwa efek capsaicin ini berlaku dengan jumlah atau dosis tertentu dan berbeda pada setiap orangnya. Jika sudah memiliki penyakit tukak lambung sebelumnya, maka makanan pedas dapat memperberat gejala yang dirasakan seperti nyeri perut, rasa perih terbakar, dan mulas.
.
Makanan pedas dan kanker lambung
Terdapat kontroversi antara konsumsi cabai/ capsaicin terhadap risiko timbulnya kanker lambung. Berbagai studi telah dilakukan dan memberikan hasil yang beragam. Diketahui bahwa risiko timbulnya kanker lambung karena konsumsi makanan pedas akan bergantung pada jumlah dan seberapa sering mengonsumsinya. Sebuah penelitian meta-analisis pada tahun 2014 menunjukkan bahwa asupan rendah capsaicin dapat menjadi efek protektif terhadap kanker lambung sedangkan asupan tinggi capsaicin dapat menjadi efek rentan seseorang terkena kanker lambung. Pada meta-analisis tahun 2021 menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan pedas dalam jumlah yang banyak dan sering dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker lambung, yang menunjukkan bahwa memakan cabai yang berlebihan dengan paparan yang lama mungkin tidak baik untuk perut Anda. Namun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memastikan apakah makanan pedas merupakan faktor risiko definitif dari timbulnya kanker lambung.
.
Baca juga: Kanker Lambung: Apa yang Perlu Kita Ketahui?
..
Makanan pedas dan mikrobiota usus
Ketidakseimbangan bakteri dalam usus telah dikaitkan dengan peningkatan risiko timbulnya penyakit autoimun, alergi, obesitas, penyakit radang usus (IBD), diabetes, kanker, penyakit kardiovaskular, dan sirosis hati. Mengembalikan keanekaragaman mikrobiota usus dengan memperbaiki pola makan dan menambah suplemen makanan dapat menjadi strategi inovatif dalam melawan berbagai penyakit. Capsaicin yang terdapat dalam cabai, beberapa tahun terakhir telah menarik perhatian karena efeknya terhadap bakteri usus, dimana capsaicin dikatakan dapat membantu menghilangkan bakteri penyebab penyakit dan mendorong pertumbuhan bakteri menguntungkan. Suatu studi menunjukkan bahwa diet yang diperkaya dengan capsaicin jangka pendek dan dosis tinggi (10 mg /hari selama dua minggu) dapat meningkatkan keanekaragaman bakteri baik dalam usus manusia.
Leave a Reply