Penulis: dr. Kaka Renaldi, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Apa itu polip usus besar?
Polip usus besar merupakan sebuah pertumbuhan jaringan dari dinding usus besar. Polip bisa berjumlah sedikit ataupun banyak. Kebanyakan polip ini bersifat jinak dan tidak berbahaya, tetapi beberapa bisa berubah dan tumbuh menjadi kanker usus besar. Kanker usus besar ini yang berbahaya dan menyebabkan kematian bila tidak ditangani. Karena itu, penting dilakukan screening pada kelompok orang yang berisiko.
Pertumbuhan polip ini bisa muncul dalam beberapa bentuk seperti datar, benjolan, atau bertangkai. Secara umum polip dibagi menjadi polip neoplastik (berpotensi ganas) dan non-neoplastik (tidak berpotensi ganas). Polip neoplastik disebut juga polip adenoma. Polip ini merupakan lesi yang akan berubah menjadi adenokarsinoma usus besar. Sementara polip non-neoplastik merupakan polip yang tumbuh berlebih karena kelainan pematangan dan berbentuk kecil.
Bagaimana terjadinya polip usus besar?
Polip bisa tumbuh akibat gangguan pertumbuhan dan pematangan dinding usus. Pada polip non-neoplastik, terdapat akumulasi sel pada usus besar. Sedangkan pada polip neoplastik, terjadi kerusakan pada sel yang mengarah pada kanker. Belum diketahui apakah yang menyebabkan polip tumbuh, tetapi faktor genetik dan gaya hidup sepertinya berperan. Polip yang awalnya jinak bisa menunjukan tanda pertumbuhan yang abnormal yang disebut displasia. Semakin banyak displasia yang terjadi, maka semakin tinggi juga kemungkinan perubahan polip menjadi kanker usus besar. Tidak semua polip akan mengalami perubahan ini, tetapi tidak diketahui apakah polip akan menjadi ganas atau tidak.
Apa yang meningkatkan risiko terjadi polip?
Beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko munculnya polip. Kondisi ini terdiri dari kondisi yang tidak dapat diubah, seperti:
- Keluarga dengan riwayat kanker usus besar atau polip usus besar
- Umur lebih dari 50 tahun
- Memiliki penyakit Inflammatory Bowel Disease (IBD)
- Memiliki penyakit genetik keturunan, seperti Sindrom Lynch, Familial Adenomatous Polyposis (FAP), Sindrom Gardner, MYH-associated polyposis (MAP), Sindrom Peutz-Jeghers, dan Sindrom poplyposis bergerigi.
- Memiliki riwayat kanker pada masa kecil
Selain itu, terdapat kondisi yang bisa diubah. Dengan menghindari kondisi ini bisa mengurangi risiko dan mencegah polip. Kondisi yang bisa diubah, seperti:
- Berat badan berlebih atau obesitas
- Merokok
- Kurang olahraga
- Mengonsumsi alkohol berlebih
- Memiliki kebiasaan makan tinggi lemak, daging merah, dan rendah serat
Apa tanda dan gejala polip usus besar?
Polip usus besar seringkali tidak menunjukan adanya tanda dan gejala. Karena itu, polip usus besar jarang diketahui kecuali melalui program pemeriksaan skrining. Pada beberapa kasus, polip ini bisa menimbulkan gejala berupa:
- Keluar darah dari anus. Darah keluar bisa terjadi spontan dan bercampur buang air besar. Pendarahan bisa jelas terlihat berwarna merah, tetapi kadang pendarahan yang terjadi tidak jelas sehingga memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksi darah
- Perubahan kebiasaan buang air besar berupa diare atau konstipasi yang berlangsung lebih dari seminggu
- Nyeri perut. Nyeri perut bisa muncul ketika polip cukup besar dan menyumbat usus besar. Akibatnya akan muncul nyeri keram pada perut
Apabila terdapat gejala ini, maka sebaiknya cepat berobat ke dokter.
Kapan dan bagaimana cara deteksi dini dan skrining?
Deteksi dini dan skrining polip usus besar berguna untuk program pencegahan kanker usus besar. Jika kamu memiliki faktor risiko yang sudah disebutkan diatas, sebaiknya mengikuti program skrining untuk polip usus besar. Program skrining dilakukan diatas umur 50 tahun. Pemeriksaan ini bisa diulang tiap 5 atau 10 tahun tergantung temuan saat skrining. Ada beberapa pemeriksaan yang digunakan untuk skrining, tetapi yang direkomendasikan adalah dengan pemeriksaan endoskopi usus besar (kolonoskopi). Program skrining ini bisa mengurangi jumlah kasus kanker usus besar.
Apa pemeriksaan yang dokter lakukan?
Saat berobat, dokter akan menggali riwayat perjalanan penyakit dan faktor risiko yang ada serta melakukan pemeriksaan fisik. Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan adanya polip usus besar. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan seperti:
- Kolonoskopi. Kolonoskopi merupakan endoskopi saluran cerna yang khusus melihat kolon (usus besar). Pemeriksaan ini memasukan kamera dan melihat langsung usus besar. Pemeriksaan ini bisa melihat langsung jika terdapat polip sekaligus bisa mengambil sampel jaringan
- Pemeriksaan pencitraan. Pemeriksaan pencitraan seperti CT-Scan dan rontgen dengan kontras digunakan untuk mendeteksi adanya polip yang cukup besar
- Pemeriksaan feses. Pemeriksaan feses bisa melihat apakah terdapat darah pada feses yang tidak terlihat mata. Adanya darah pada feses bisa mengindikasikan adanya polip usus besar, walaupun ada juga penyebab yang lain.
Apa terapi yang akan dokter lakukan?
Apabila ditemukan polip usus besar dari skrining atau pemeriksaan, dokter akan melakukan pengangkatan. Walaupun polip tidak pasti berubah menjadi ganas, pengangkatan polip bisa mencegah kemungkinan polip berubah menjadi kanker usus besar. Terapi dokter dilakukan melalui beberapa cara:
- Pengangkatan dengan endoskopi. Pengangkatan dengan endoskopi bisa dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan untuk diagnosis. Karena praktis dan efektif, saat ini endoskopi kolonoskopi menjadi metode diagnosis dan terapi utama untuk kasus polip.
- Pembedahan. Pada polip yang terlalu besar atau yang sulit diangkat dengan endoskopi dilakukan pengangkatan dengan pembedahan. Pada polip di penyakit genetik seperti FAP, mungkin dilakukan pengangkatan usus besar karena polip yang terlalu banyak.
Setelah dilakukan pengangkatan, kamu masih perlu diperiksa ulang mulai 6 bulan sampai 10 tahun sekali tergantung dari jenis dan jumlah polip. Ini karena polip bisa tumbuh berulang, sehingga ini diperlukan untuk mencegah terjadinya kanker usus besar.
Sumber:
Lightner AL, Mathis KL. The Management of Colonic Polyps. In:Cameron JL, Cameron AM. Current Surgical Therapy.12th ed.Elsevier: 2017
Lieberman DA. Colon Polyp Surveillance: Clinical Decision Tool.Gastroenterology, 2014-01-01, Volume 146, Issue 1, Pages 305-306
Blanke CD, Faigel DO.Neoplasms of the Small and Large Intestine. In: Goldman L, SChafer AL. Goldman-Cecil medicine. 25th ed. Saunders
Elsevier Interactive Patient Education. Colon Polyps[homepage on the internet]. (accessed 9 December 2018;27 June2018). available from: https://www.clinicalkey.com/#!/content/patient_handout/5-s2.0-pe_ExitCare_DI_Colon_Polyps_en
Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Kanker Kolorektal.Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
American Society for Gastrointestinal Endoscopy. Colorectal Polyps[homepage on the internet]. (accessed 9 Desember 2018;Agustus 2015). available from: https://www.asge.org/home/about-asge/newsroom/media-backgrounders-detail/colorectal-polyps
Mayo Clinic Staff. Colon Polyps[homepage on the internet].(Accessed 9 Dec 2018;18 Aug 2017). available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/colon-polyps/symptoms-causes/syc-20352875
National Health Services. Bowel Polyps[homepage on the internet].(accessed 9 Dec 2018;7 Sept 2017). available from: https://www.nhs.uk/conditions/bowel-polyps/
Leave a Reply