Batu Empedu: Penyumbat Saluran yang Dapat Menyebabkan Radang Kandung Empedu

Bagamana mengetahui apakah saya terdiagnosis batu pada kandung empedu atau tidak?

Selain dengan pemeriksaan fisik yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dilakukan dengan menggunakan alat ultrasonografi. Alat ultrasonografi ini merupakan pilihan pertama dan juga bentuk pemeriksaan utama dalam mendiagnosis batu empedu. Selain dengan menggunakan ultrasonografi, dapat pula dilakukan pemeriksaan Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP). ERCP sangat bermanfaat dalam mendeteksi batu saluran empedu, namun pemeriksaan ini cukup invasif sehingga terkadang mengakibatkan pasien merasa tidak nyaman dengan risiko terjadinya peradangan pada saluran empedu dan pankreas.

Dapat pula dilakukan pemeriksaan batu empedu dengan menggunakan Endoscopic Ultrasound (EUS). Pemeriksaan ini dengan menempatkan alat pencitraan ultrasonografi pada probe endoskopi. Keuntungannya adalah pemeriksaan ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas karena probe dari ultrasonografi akan diletakkan di dekat kandung empedu. EUS ini juga dinilai dapat memberikan hasil pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan dengan ultrasonografi dan CT-scan bila tidak disertai dengan adanya pelebaran saluran kandung empedu dan ukuran batu kurang dari satu sentimeter. EUS memberikan hasil pemeriksaan yang sama baik dengan ERCP, namun dengan prosedur yang lebih aman terhadap terjadinya komplikasi.

Selain dengan pemeriksaan yang sudah dijelaskan diatas, dapat juga dilakukan pemeriksaan terhadap adanya batu pada kandung empedu dengan Magnetic Resonance Cholangiopancreatography (MRCP). MRCP ini adalah pemeriksaan pencitraan yang menggunakan magnet. Jaringan pada kandung empedu dan batu pada kandung empedu akan tampak berbeda berdasarkan intensitas sinyal yang diberikan. Jaringan pada kandung empedu akan memberikan intensitas sinyal yang tinggi sehingga memberikan gambaran yang terang, sedangkan batu empedu akan memberikan intensitas yang rendah sehingga gambarannya akan lebih gelap. Sekarang ini MRCP memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pemeriksaan lainnya dalam mendiagnosis adanya batu pada kandung empedu. Kelebihan dari MRCP adalah tanpa risiko dengan instrumen, kontras, dan radiasi. Namun kelemahannya adalah pemeriksaan ini tidak dapat dijadikan alat untuk pengobatan dan penggunaannya tergantung operator yang mengerjakan.

.

Bagaimana tata laksana batu pada kandung empedu?

Penanganan batu kandung empedu pada pasien yang tidak merasakan gejala tidak dianjurkan. Hal ini karena pada sebagian besar pasien pada kelompok ini, batu empedu tidak akan menimbulkan keluhan dan komposisi batu tidak berhubungan dengan munculnya keluhan selama pemantauan. Pasien dengan batu empedu yang tidak disertai keluhan ditangani dengan perbaikan gaya hidup. Perbaikan gaya hidup dapat dilakukan dengan mengurangi makanan berlemak dan menurunkan asupan kalori serta memperbanyak asupan buah, sayur, dan serat. Aktifitas fisik yang rutin juga akan membantu kerja kandung empedu sehingga dapat mengeluarkan cairan empedu dengan baik dan pergerakan otot-otot yang berkerja dapat berjalan dengan baik.

Penanganan pada pasien dengan batu empedu yang disertai adanya gejala adalah dengan pemberian obat yang dapat membantu mengendalikan penyakit dan mengurangi atau bahkan mengatasi gejala yang dirasakan. Untuk keluhan nyeri dapat diberikan obat pereda nyeri seperti golongan anti inflamasi non steroid. Sedangkan untuk keluhan mual dapat diberikan obat anti mual. Asam ursodeoksikolik (UDCA) merupakan senyawa asam empedu yang akan mengurangi pembentukan batu empedu melalui proses disolusi. Obat ini diberikan selama 6 – 18 bulan dengan memberikan perhatian untuk pemberian pada kondisi peradangan kandung empedu, sumbatan total, perdarahan varises dan gangguan fungsi hati.

Sedangkan untuk batu pada kandung empedu yang menimbulkan gejala, teknik pengangkatan batu kandung empedu dengan menggunakan laparoskopi telah menggantikan prosedur pengangkatan batu secara operasi pada sebagian besar kasus. Pengangkatan kandung empedu secara laparoskopi ini memberikan nyeri yang lebih minimal, masa pulih yang lebih cepat, masa rawat yang lebih pendek dan luka bekas sayatan yang lebih minimal.. Laparoskopi adalah jenis pembedahan dengan membuat sayatan kecil di dinding perut lalu dimasukkan suatu tabung penglihat (laparoskop) untuk melihat ke dalam perut tanpa melakukan pembedahan besar.

ERCP juga dapat dijadikan sebagai alat pengobatan pada batu kandung empedu dengan melakukan pengangkatan pada sfingter secara endoskopi untuk mengeluarkan kandung empedu. Sejak 1974, teknik ini terus berkembang dan menjadi standar baku terapi tanpa operasi pada batu kandung empedu.

.


Referensi
Littlefield A, Lenahan C. Cholelithiasis presentation and management. JMWH.2019: p.289-97.

Sharada B, Srinivas D. Clinical study of cholelithiasis. Int Journal os Scientific Study. 2017, 5: p.210-14.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*