Kembung, sendawa dan buang angin merupakan tiga hal yang sering kita alami sehari-hari. Namun apakah kita memahami apa yang terjadi pada saluran cerna ketika kita mengalami hal-hal tersebut? Pada artikel ini akan coba kami bahas mengenai kembung, sendawa dan buang angin untuk memberi pemahaman mengenai hal-hal tersebut.
.
Apa yang dimaksud dengan kembung?
Kembung merupakan salah satu keluhan pada saluran cerna yang paling banyak ditemukan. Kembung merupakan suatu perasaan penuh pada perut atau meningkatnya tekanan pada perut yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Kembung dapat juga diartikan sebagai terjadinya peningkatan tekanan pada rongga perut, peningkatan tekanan tersebut disertai dengan peningkatan ukuran lingkar perut. Keluhan ini sering ditemukan pada beberapa keadaan penyakit, seperti infeksi pada saluran cerna, gangguan penyerapan pada saluran cerna, dan keganasan atau kerusakan pada jaringan saluran cerna yang bersifat baru ataupun menahun. Selain permasalahan tersebut, keluhan kembung dapat juga merupakan respon fungsional dari tubuh.
Kembung dapat berlangsung sementara hingga beberapa bulan, dengan bersifat fluktuatif dipengaruhi oleh waktu, sehabis makan atau tidak, dan biasanya semakin memberat pada malam hari. Derajat kembung yang ditimbulkan dapat beragam mulai dari ringan hingga berat dengan disertai rasa tidak nyaman. Pada beberapa orang, gejala kembung muncul sehabis makan, bahkan ketika makanan yang dikonsumsi hanya sedikit. Keadaan ini terutama dicetuskan oleh makanan yang berserat, berlemak, dan produk susu.
.
.
Terdapat empat mekanisme yang dapat mencetuskan kembung, diantaranya:
- Mekanisme pertama, yaitu adanya peningkatan isi rongga pada saluran cerna.
- Komponen yang dimaksud dalam hal ini sebagian besar adalah gas. Keseimbangan gas pada saluran cerna akan sangat berhubungan dengan produksi gas dan pengeluarannya. Produksi gas berasal dari perpindahan aliran darah, cairan yang dikonsumsi, reaksi kimia, pengaturan keseimbangan asam lambung, sedangkan untuk saluran cerna bagian bawah dapat dihasilkan dari produksi bakteri. Untuk mengeluarkan gas pada saluran cerna dapat melalui sendawa, penyerapan melalui pembuluh darah, dikonsumsi oleh bakteri, dan buang angin. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan gangguan pada keseimbangan gas diantaranya adalah aerofagia dan konsumsi makanan yang mengandung pati atau fermentasi. Aerofagia merupakan suatu keadaan dimana seseorang menelan udara dalam jumlah yang berlebih. Sedangkan konsumsi makanan mengandung pati atau terfermentasi akan meningkatkan produksi gas yang berkaitan dengan reaksi dengan bakteri yang terdapat pada usus besar. Namun sesungguhnya kembung bukan berarti adanya produksi gas yang berlebih, bisa saja jumlahnya normal namun distribusinya yang tidak seimbang.
- Selain oleh gas, rongga saluran cerna dapat juga terisi oleh tinja. Oleh karena itu pasien dengan gangguan buang air besar sering mengeluhkan adanya kembung. Selain karena rongga usus yang teregang, perlambatan dari gerak usus juga akan menurukan frekuensi pengeluaran tinja dan angin yang memicu kembung.
- Mekanisme kedua adalah gangguan pada gerakan pengosongan saluran cerna. Gangguan pada pergerakan saluran cerna akan mengakibatkan perlambatan waktu transit, bukan hanya makanan tetapi juga gas, sehingga perlambatan gerak tersebut akan mengakibatkan peningkatan volume pada rongga saluran cerna yang menimbulkan keluhan kembung. Perlambatan ini dapat dinilai dengan adanya perlambatan dari gerak usus atau bahkan hilangnya gerakan usus secara keseluruhan.
- Mekanisme ketiga adalah adanya distribusi dari gas pada saluran cerna yang tidak seimbang, walaupun sesungguhnya kadar gas di dalam saluran cerna masih dalam kadar normal. Isi pada rongga perut diatur oleh dinding belakang perut, lapisan bawah diafragma, dan otot-otot sehingga ketika terjadi peningkatan jumlah isi usus, ketiga bagian tersebut akan menyesuaikan rongga perut. Namun pada beberapa keadaan, seperti gangguan pada kontraksi otot terkait, penyesuaian akan terganggu dan muncullah beragam gejala. Kembung merupakan salah satu gejalanya.
- Mekanisme keempat adalah adanya sensitifitas yang berlebih pada saluran cerna. Hal ini sering terjadi pada pasien dengan diagnosis sindrom dispepsia, yaitu dengan isi saluran cerna yang hanya sedikit meningkat atau bahkan normal, menimbulkan beragam gejala yang berhubungan dengan saluran cerna. Kembung merupakan salah satu gejalanya.
.
Apa yang dimaksud dengan bersendawa?
Sendawa merupakan gangguan pada gastrointestinal (lambung dan usus) yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman, disebabkan oleh adanya penimbunan udara dan peningkatan volume pada lambung. Pada keadaan tersebut muncul refleks relaksasi pada otot kerongkongan (esofagus) bagian bawah sehingga udara dapat berjalan keatas hingga rongga mulut. Keadaan ini terkadang disertai dengan suara. Sendawa sering ditemukan pada keadaan seperti sindrom dispepsia atau gastroesofageal refluks disease (GERD).
Sendawa sering dirasakan sebagai suatu keadaan yang normal, namun apabila frekuensinya sangat meningkat dan menetap maka menjadi sangat mengganggu. Pada pasien dispepsia, sendawa dapat ditemukan pada hampir 80% pasien. Selain disebabkan oleh GERD dan dispepsia, faktor psikis dan sosial dinilai memiliki faktor penting pada terjadinya sendawa, seperti stres terhadap kehidupan atau beban kerja yang terlalu berat. Hal ini disebabkan adanya peningkatan hipersensitifitas pada permukaan lambung dan perubahan saraf otonom sehingga memicu terjadinya sendawa.
Penting untuk kita dapat membedakan antara aerofagia dan sendawa yang berlebih. Aerofagia merupakan suatu keadaan dimana seseorang menelan udara dalam jumlah yang berlebih sehingga menimbulkan peningkatan volume lambung. Terdapat dua mekanisme perpindahan udara dari lambung ke esofagus. Pertama, adanya tekanan negatif pada dinding dada saat menarik nafas, mengakibatkan relaksasi pada otot bawah esofagus, sehingga udara tertarik dari lambung ke esofagus. Yang kedua, adanya kontraksi pada otot-otot faring (rongga mulut) yang menarik perpindahan udara dari lambung ke esofagus.
.
Apa yang dimaksud dengan buang angin?
Buang angin atau yang secara medis sering disebut sebagai flatus, merupakan suatu proses keluarnya gas melalui usus bagian akhir atau rektum yang berlangsung cukup sering setiap harinya tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman. Beberapa orang terkadang mengeluhkan “kenapa buang angin saya sering sekali” atau “kenapa buang angin saya bau sekali”. Hal ini disebabkan oleh produksi gas yang dihasilkan pada saluran cerna, yang terkadang dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi.
Sumber gas yang dikeluarkan pada saat buang angin dapat berasal dari empat sumber. Sumber pertama adalah udara yang masuk tertelan melalui makanan atau minuman atau bahkan keduanya. Kedua, melalui gas yang dihasilkan dari proses pencernaan makanan antara makanan dan asam lambung. Ketiga, berasal dari produksi bakteri yang berada di dalam saluran cerna dengan makanan atau cairan tubuh yang dihasilkan pada saluran cerna. Keempat, berasal dari perpindahan gas yang berada di dalam pembuluh darah.
Keluarnya gas dipengaruhi oleh dua hal, yaitu adanya peningkatan produksi gas dan dipengaruhi oleh refleks gerak usus. Faktor dari luar yang memengaruhi adalah adanya asupan serat yang berlebih. Selain itu, dipengaruhi juga oleh makanan. Setelah seseorang makan, ada yang dinamakan sebagai refleks gastrokolon, yaitu adanya peningkatan gerak usus yang akan meningkatkan frekuensi buang gas. Tentu saja semakin banyak makanan yang dikonsumsi, rangsangan refleks gastrokolon lebih besar, dibandingkan dengan asupan makanan yang sedikit. Namun, setiap orang memiliki frekuensi dan volume yang berbeda-beda.
Pada malam hari, ada kecenderungan penurunan gerak usus besar terutama kolon. Sehingga akan terjadi penurunan dari buang gas maupun buang air besar di malam hari. Mekanisme ini juga yang mendasari pada pagi hari orang cenderung lebih banyak buang air besar ataupun buang gas, yang merupakan timbunan dari gas dan tinja pada malam harinya.
Penting bagi kita untuk memahami apa itu kembung, buang angin, dan sendawa, sehingga kita dapat dengan mudah menyadari ketika merasa tidak sehat pada tubuh kita. Selain itu, kita juga dapat melakukan penanganan awal sebelum berkonsultasi dengan dokter apabila gangguan kesehatan tak kunjung membaik.
.
Referensi
Iovino, Paola. Et all. 2014. Bloating and Functional Gastrointestinal Disorders: Where Are We And Where Are We Going. World Journal of Gastroenterology 2014 October 21; 20 (39): 14407-14419
Sun, Xiaomin. Et all. 2015. Clinical Features and Pathophysiology of Belching Disorders. Int J Clin Exp Med 2015;8(11): 21906-21914
Tomlin, J. Et all. 1991. Investigation of Normal Flatus Production in Healthy Volunteer. Gut 1991 32, 665-669
Leave a Reply