Kanker Usus Besar: Deteksi Dini dan yang Perlu Diketahui

Sumber gambar: universitycancercenters.com

Penulis: Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, SpPD, K-GEH, FACG, FASGE dan
dr. Saskia Aziza Nursyirwan, SpPD
Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) – Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo

  

Di wilayah Asia Tenggara, insidens rata-rata kanker kolorektal adalah 6,95 per 100.000 penduduk dengan rata-rata usia 47 tahun. Berdasarkan data tahun 2008, Indonesia menempati urutan ke-empat sebagai negara dengan insidens kanker kolorektal tertinggi yaitu 17,2 per 100.000 penduduk, setelah Singapura (34,6), Brunei Darussalam (26,7) dan Malaysia (17,5) per 100.000 penduduk. Sementara tingkat kematian (angka mortalitas) kanker kolorektal Indonesia menempati urutan ke-tiga tertinggi yaitu 12,9 per 100.000 penduduk, setelah Singapura (14,2) dan Brunei Darussalam (13,4) per 100.000 penduduk. Data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menunjukkan bahwa kanker kolorektal merupakan kanker terbanyak diantara seluruh kanker pada organ gastrointestinal (pencernaan) yaitu sebesar 71,4% diikuti dengan kanker lambung (14,9%), dan kanker esofagus (7,6%). Rata-rata usia kasus kanker kolorektal adalah sebesar 52 tahun dengan kelompok terbanyak adalah pasien yang berusia 30-60 tahun. Kanker kolorektal juga dapat terjadi pada pasien yang berusia dibawah 30 tahun dengan kekerapan 9%.

  

Apa itu usus besar dan apa fungsinya?

Usus besar, atau disebut juga kolon, merupakan saluran cerna bagian bawah. Panjang usus besar manusia kurang lebih 150 cm.

Fungsi usus besar, diantaranya:

  • Bertanggung jawab untuk tahap akhir dari proses pencernaan yaitu untuk menyerap sisa air dan elektrolit dari makanan yang tidak dapat dicerna
  • Menerima dan menyimpan sisa makanan yang tidak dicerna di usus kecil
  • Menghilangkan limbah padat (kotoran) dari tubuh.

  

Apa itu kanker usus besar?

Kanker usus besar atau kanker kolorektal merupakan pertumbuhan tumor ganas di usus besar yang tumbuh dari lapisan usus besar. Awalnya berupa polip adenoma (lesi pre-kanker) dan dalam kurun waktu kurang lebih 10 – 15 tahun dapat tumbuh menjadi ganas (kanker/karsinoma), membesar ukurannya dan menyumbat usus besar, serta kemudian dapat terjadi penyebaran sel kanker ke organ-organ tubuh lain (metastasis) seperti ke hati, paru, otak, dan organ lainnya.

*lesi adalah jaringan yang fungsinya terganggu akibat kanker usus besar  

Gambar 1. Perjalanan usus besar dari normal hingga tumbuh polip adenoma, dan dalam kurun waktu 10-15 tahun dapat tumbuh menjadi kanker usus besar

Apa saja faktor risiko terjadinya kanker usus besar?

Faktor risiko kanker usus besar, diantaranya genetik, riwayat keturunan dari keluarga, pola hidup tidak sehat, yaitu diet kurang serat (buah-buahan dan sayuran), tinggi lemak jenuh, dan daging olahan, kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol, dan obesitas.

  

Fakta mengenai kanker usus besar

  • Kanker usus besar dapat dicegah
  • Kanker usus besar merupakan kanker urutan ke-dua terbanyak yang diderita setelah kanker payudara pada perempuan dan kanker urutan ke-tiga setelah kanker paru dan kanker prostat pada laki-laki
  • Umumnya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun, namun bila memiliki riwayat keluarga, kanker usus besar dapat terjadi pada usia lebih muda
  • Angka harapan hidup lebih tinggi jika ditemukan pada stadium dini
  • Kanker usus besar stadium dini umumnya tidak bergejala, oleh karena itu penting melakukan pemeriksaan ke dokter untuk deteksi dini
  • Pada stadium yang lebih lanjut, gejala kanker usus besar diantaranya:

    

Deteksi dini kanker usus besar

Deteksi dini kanker usus besar dimulai sejak umur 50 tahun. Namun, individu dengan faktor risiko kanker usus besar sebaiknya menjalani skrining pada umur yang lebih muda (disarankan untuk dibicarakan dengan dokter).

Tes yang dilakukan untuk mendeteksi dini kanker usus besar, yaitu pemeriksaan darah samar tinja tiap tahun dan kolonoskopi tiap 10 tahun. Jika hasil pemeriksaan tinja positif, dilanjutkan dengan pemeriksaan kolonoskopi.

  

Perkembangan teknologi dalam penanganan kanker usus besar

Perkembangan teknologi endoskopi telah membantu tatalaksana lesi kanker kolorektal stadium dini menjadi lebih akurat dan cepat. Endoskopi adalah metode untuk melihat bagian di dalam tubuh menggunakan tabung fleksibel yang memiliki kamera kecil di ujungnya. Kolonoskop (alat untuk endoskopi kolon) saat ini sudah tersedia beberapa jenis dan fitur yang dapat membantu endoskopis (yang melakukan endoskopi) untuk menemukan lesi dini kanker kolorektal dengan lebih mudah. Temuan lesi pre-kanker dan deteksi dini kanker kolorektal dari pemeriksaan kolonoskopi dapat dilanjutkan dengan tindakan pengangkatan lesi tersebut.

Tatalaksana lesi pre-kanker dan kanker stadium dini dapat dilakukan per endoskopi. Angka kesintasan (bertahan hidup) pasien dengan kanker kolorektal akan lebih baik jika lesi ditemukan pada stadium awal. Kanker kolorektal stadium I memiliki angka kesintasan 5 tahun sebesar 93,9% sedangkan pada stadium IV hanya sebesar 8%.

Oleh karena itu upaya deteksi dini sangat penting untuk dilakukan sehingga lesi kanker kolorektal dapat ditemukan pada stadium awal atau lesi pre-kanker sehingga tindakan pengangkatan cukup dilakukan dengan endoskopi dan angka bertahan hidup lebih baik.

 

Bagaimanakah cara pengambilan lesi pre-kanker berupa polip dilakukan per endoskopi?

Pengambilan lesi pre-kanker berupa polip adenoma dapat dilakukan selama kolonoskopi, tindakan ini disebut pula dengan nama polipektomi. Dengan diangkatnya polip adenoma ini maka mencegah timbulnya kanker usus besar di kemudian hari. Berikut adalah ilustrasi tindakan polipektomi pada saat kolonoskopi.

Gambar 2. Tindakan polipektomi untuk mengangkat polip di usus besar, sehingga mencegah berkembangnya polip adenoma menjadi kanker usus besar

Dengan makin berkembangnya teknik kolonoskopi baik dalam hal diagnostik maupun terapi, diharapkan masyarakat juga semakin sadar akan pentingnya deteksi dini untuk mencegah kanker usus besar. Segera periksakan diri dan keluarga Anda, terutama bagi Anda yang memiliki riwayat kanker usus besar di keluarga dan mulailah perilaku hidup sehat sedini mungkin.

   

Sumber:
Kokki, I., Papana, A., Campbell, H. & Theodoratou, E. Estimating the incidence of Colorectal cancer in South East Asia. Croat. Med. J. 54, 532–540 (2013)

Kimman, M., Norman, R., Jan, S., Kingston, D. & Woodward, M. The Burden of Cancer in Member Countries of the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Asian Pac. J. Cancer Prev. 13, 411–420 (2012)

Lansdorp-vogelaar, I., Ballegooijen, M. Van, Zauber, A. G., Habbema, J. D. F. & Kuipers, E. J. Effect of Rising Chemotherapy Costs on the Cost Savings of Colorectal Cancer Screening. J. Natl. Cancer Inst. 101, 1412–1422 (2009)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*