Penulis: Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM, FACP
Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Kanker usus besar merupakan salah satu kanker yang menyebabkan kematian utama baik pada wanita dan pria seluruh dunia saat ini. Penyakit kanker ini bisa dicegah dan diobati. Semakin dini ditemukan, semakin baik prognosisnya. Jika kasus kanker usus besar ini ditemukan pada stadium awal maka harapan hidup 5 tahunnya mencapai 92%, sebaliknya jika kanker usus ini ditemukan pada stadium IV/lanjut maka harapan hidup 5 tahunnya hanya 12%.
Gaya hidup menjadi salah satu penyebab kenapa kanker usus besar tetap bertahan sebagai penyebab utama kematian dan angka kejadiannya terus meningkat di masyarakat. Dalam praktik kedokteran sehari-hari, kasus kanker usus sudah umum ditemukan. Bahkan kasus-kasus baru yang ditemukan saat ini terjadi pada usia yang lebih muda. Faktor genetik memang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker usus besar tetapi gaya hidup merupakan hal yang utama. Beberapa faktor risiko yang telah teridentifikasi dan konsisten dalam berbagai penelitian termasuk penelitian di Indonesia adalah diet tinggi daging merah dan daging olahan, serta kurang makan sayur dan buah. Anjuran untuk mengontrol berat badan dengan mengonsumsi daging merah yang berlebihan dan tidak mengonsumsi buah karena mengandung karbohidrat merupakan anjuran yang menyesatkan.
Rokok merupakan faktor risiko utama, bukan saja perokok aktif tapi juga perokok pasif. Beberapa kasus kanker usus besar yang saya temukan bukan terjadi pada perokok aktif, namun orang terdekat dan sekitarnya merokok sehingga mereka yang terkena kanker usus besar tersebut merupakan perokok pasif. Indonesia masih menjadi surga untuk perokok karena para perokok masih bebas merokok dimana saja. Berbeda dengan di beberapa kota besar di negara maju yang sudah sulit untuk mencari tempat untuk merokok. Beberapa faktor risiko lain adalah kegemukan, kurang bergerak, dan peminum alkohol.
Ada beberapa faktor risiko yang tidak bisa diubah, diantaranya:
- Umur, umur diatas 50 tahun menjadi batasan untuk memulai skrining kanker usus besar
- Faktor genetik berupa riwayat kanker atau polip usus pada keluarga
- Riwayat penyakit radang usus kronis (Inflammatory bowel disease/IBD) sebelumnya
- Dan riwayat penyakit kencing manis atau diabetes mellitus merupakan faktor risiko yang juga harus diantisipasi.
Gejala yang timbul jika kanker usus besar sudah terjadi antara lain buang air besar berdarah, pola buang air besar (defekasi) yang berubah baik mudah diare atau sembelit secara bergantian, sakit perut berulang, berat badan turun, pucat tanpa sebab yang jelas, bahkan bisa saja teraba ada benjolan di perut.
Kanker usus besar awalnya tanpa gejala, oleh karena itu masyarakat yang memiliki risiko tinggi terjadinya kanker usus besar sebaiknya kontrol ke dokter. Akan dilakukan pemeriksaan skrining untuk mendeteksi secara dini penyakit ini. Pemeriksaan kolonoskopi dan dilanjutkan dengan biopsi merupakan metode utama untuk menemukan kanker pada usus.
Akhirnya kenali faktor risiko, kontrol ke dokter jika mempunyai faktor risiko, kenali gejalanya dan segera berobat ke dokter. Selalu menjaga agar tetap melakukan gaya hidup sehat. Sekali lagi penyakit kanker usus besar bisa dicegah dan diobati. Semakin dini ditemukan, semakin baik harapan hidup 5 tahun kedepan untuk pasien.
Leave a Reply