Penulis: dr. Rabbinu Rangga Pribadi, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Saluran cerna manusia mengandung jutaan hingga milyaran bakteri, baik bakteri yang baik maupun yang berpotensi merugikan. Bakteri baik berfungsi untuk menjaga keseimbangan mikrobiota usus dengan menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya. Mereka melakukan ini dengan bersaing untuk mendapatkan nutrisi dan ruang, serta menghasilkan zat-zat anti bakteri alami yang dapat membunuh atau menghambat bakteri patogen atau bakteri yang merugikan
Bakteri baik, seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium, memiliki peran penting dalam proses pencernaan. Mereka membantu memecah serat dan komponen makanan yang sulit dicerna, seperti karbohidrat kompleks dan protein. Dengan memecah molekul-molekul ini, bakteri baik memudahkan tubuh untuk menyerap nutrisi penting, seperti vitamin dan mineral, yang mendukung kesehatan secara keseluruhan. Bakteri baik menghasilkan enzim-enzim tertentu yang membantu usus kecil menyerap vitamin, seperti vitamin K dan beberapa jenis vitamin B. Bakteri baik juga membantu menjaga integritas dinding usus, yang memungkinkan penyerapan nutrisi lebih efektif dan mencegah kebocoran zat-zat berbahaya ke dalam aliran darah.
Bakteri baik dalam usus menghasilkan asam lemak rantai pendek (short-chain fatty acids atau SCFA) seperti asetat, propionat, dan butirat. SCFA ini memiliki berbagai manfaat kesehatan, termasuk mengurangi peradangan, memperkuat barrier mukosa usus, dan mendukung kesehatan usus besar. SCFA juga memberikan energi bagi sel-sel usus, yang penting untuk menjaga fungsi usus yang optimal.
Sebagian besar sistem kekebalan tubuh terletak di saluran cerna. Bakteri baik memainkan peran penting dalam merangsang respon imun tubuh. Mereka membantu memproduksi antibodi dan sel kekebalan yang melawan infeksi dan penyakit. Selain itu, bakteri baik dapat mengatur respon imun tubuh untuk mencegah reaksi yang berlebihan, seperti alergi atau penyakit autoimun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri baik dapat membantu mencegah dan mengatasi berbagai gangguan pencernaan, seperti sindrom iritasi usus besar (IBS), penyakit radang usus (IBD), dan diare akibat infeksi atau antibiotik. Mereka bekerja dengan mengurangi peradangan, memperbaiki mukosa usus yang rusak, dan meningkatkan produksi lendir pelindung di saluran cerna.
Bakteri baik juga memiliki peran dalam mengatur metabolisme dan berat badan. Mereka membantu metabolisme lemak dan mempengaruhi produksi hormon yang terkait dengan rasa lapar dan kenyang, seperti leptin dan ghrelin. Sebuah mikrobiota usus yang sehat dapat membantu mencegah penumpukan lemak yang tidak diinginkan dan mengurangi risiko obesitas serta penyakit metabolik lainnya. Untuk individu dengan intoleransi laktosa, bakteri baik tertentu, seperti Lactobacillus, dapat membantu memecah laktosa dalam susu menjadi asam laktat. Hal ini dapat mengurangi gejala intoleransi laktosa, seperti kembung, sakit perut, dan diare. Konsumsi produk fermentasi yang mengandung bakteri baik, seperti yogurt atau kefir, sering direkomendasikan bagi mereka yang memiliki intoleransi laktosa.
Saluran cerna sering disebut sebagai “otak kedua” karena hubungan eratnya dengan otak melalui brain-gut axis. Bakteri baik menghasilkan neurotransmiter, seperti serotonin, yang memainkan peran penting dalam suasana hati dan kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa menjaga keseimbangan bakteri baik dalam usus dapat mengurangi gejala depresi, kecemasan, dan gangguan suasana hati lainnya.Di sisi lain, kesehatan usus yang baik dapat mempengaruhi kondisi kulit. Ketidakseimbangan bakteri usus sering dikaitkan dengan kondisi kulit seperti jerawat, eksim, dan rosacea. Dengan menjaga populasi bakteri baik, kita dapat mengurangi peradangan dalam tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit. Bakteri baik membantu memelihara fungsi penghalang kulit dan mengurangi produksi zat yang memicu peradangan kulit.
Dengan demikian, bakteri baik memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan saluran cerna dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Menjaga keseimbangan mikrobiota usus melalui pola makan sehat, kaya serat, dan konsumsi probiotik dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi kesehatan.
Referensi:
- Jandhyala SM, Talukdar R, Subramanyam C, Vuyyuru H, Sasikala M, Nageshwar Reddy D. Role of the normal gut microbiota. World J Gastroenterol. 2015 Aug 7;21(29):8787-803. doi: 10.3748/wjg.v21.i29.8787. PMID: 26269668; PMCID: PMC4528021.
- Adak A, Khan MR. An insight into gut microbiota and its functionalities. Cell Mol Life Sci. 2019 Feb;76(3):473-493. doi: 10.1007/s00018-018-2943-4. Epub 2018 Oct 13. PMID: 30317530; PMCID: PMC11105460.
- Chen Y, Zhou J, Wang L. Role and Mechanism of Gut Microbiota in Human Disease. Front Cell Infect Microbiol. 2021 Mar 17;11:625913. doi: 10.3389/fcimb.2021.625913. PMID: 33816335; PMCID: PMC8010197.
Leave a Reply