Diabetes dan Lambung
Efek dari kerusakan saraf otonom pada lambung penderita diabetes juga terkait dengan gangguan pergerakan lambung. Layaknya organ pencernaan yang lain, lambung bertugas untuk berkontraksi (mengerut) dan relaksasi (mengembang) sedemikian rupa sehingga makanan dapat dengan baik digerus, dicerna, dan disalurkan ke saluran pencernaan setelahnya. Pengosongan lambung yang lebih cepat bisa didapatkan pada penderita diabetes diawal proses penyakitnya, sedangkan melambatnya pengosongan lambung atau yang disebut dengan gastroparesis lebih sering didapatkan pada penderita diabetes yang kronis atau sudah lama, sehingga gejala diare dan konstipasi bisa menjadi salah satu yang dikeluhkan. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa pergerakan makanan di lambung tergantung dari proses kontraksi dan relaksasi di lambung. Ketika terjadi gangguan pada proses tersebut, penderita akan mudah merasa kenyang, mual, muntah, kembung, atau pun nyeri pada perut.
.
Sedangkan hubungan antara diabetes dengan gangguan pencernaan pada organ yang lain seperti usus halus dan usus besar belum sepenuhnya dipelajari, meskipun sudah terdapat teori terkait dengan gangguan saraf otonom yang menyebabkan gangguan peristaltik pada saluran cerna. Pada ganguan pergerakan makanan di usus, makanan akan lebih lama dikeluarkan dari tubuh yang akan menyebabkan terjadinya konstipasi atau sembelit. Pada tahap berikutnya dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan bakteri dalam usus dan memunculkan keluhan-keluhan pada perut lainnya seperti diare.
Baca juga: Ingin Usus Tetap Sehat? Lakukan Ini!
Gangguan sistem pencernaan pada penderita diabetes merupakan suatu proses yang kompleks dan saling berhubungan. Teori yang mendasari pun tidak hanya kerusakan saraf otonom, meskipun teori ini yang masih diterima secara luas hingga kini. Gangguan ini biasanya tidak dirasakan oleh penderita sampai menimbulkan gejala yang nyata. Gangguan yang ditemukan ini bukanlah pertanda suatu kegawatdaruratan pada penderita diabetes, namun bisa menjadi salah satu indikator progresifitas penyakit dan terapi selama ini. Apabila Anda atau keluarga menderita diabetes dan ditemukan gejala-gejala saluran cerna yang tidak kunjung membaik setelah memperbaiki pola makan dan gaya hidup sehat, segera periksakan diri ke dokter. Bagi Anda yang menderita diabetes namun belum memiliki keluhan saluran cerna, jangan tunggu sampai keluhan itu muncul. Tetap jaga gula darah Anda dalam kadar yang normal dengan rutin kontrol, menjalankan pola hidup sehat, dan meminum obat sesuai dengan anjuran dokter. Salam sehat.
.
Referensi
Ahmed, W. and Ahmed Vohra, E., 2004. Esophageal Motility Disorders in Diabetics. Journal of the Pakistan Medical Association, 54(12).
Krishnasamy, S. and Abell, T., 2018. Diabetic Gastroparesis: Principles and Current Trends in Management. Diabetes Ther, 9(1), pp.1-42.
Sun, X., 2015. Association between diabetes mellitus and gastroesophageal reflux disease: A meta-analysis. World Journal of Gastroenterology, 21(10), p.3085.
Yarandi, S. and Srinivasan, S., 2014. Diabetic gastrointestinal motility disorders and the role of enteric nervous system: Current status and future directions. Neurogastroenterology & Motility, 26(5), pp.611-624.
Leave a Reply