Sembelit memiliki kriteria dalam penegakan diagnosis
Sembelit secara umum terbagi menjadi 2 kategori besar, yaitu sembelit fungsional (primer) dan sembelit organik (sekunder).
- Sembelit sekunder merupakan sembelit yang disebabkan karena adanya penyakit atau kondisi medis tertentu, serta obat-obatan, sedangkan sembelit primer merupakan kondisi yang sebenarnya tidak diketahui pasti penyebabnya.
- Seseorang dengan sembelit primer mungkin saja dalam kondisi sehat namun mengalami kesulitan BAB. Untuk membantu seorang klinisi dalam menilai sembelit fungsional, terdapat suatu kriteria diagnosis yang disebut dengan ROME IV. Di dalam ROME IV terdapat pertanyaan mengenai frekuensi mengejan saat BAB, frekuensi BAB keras, frekuensi perasaan tidak puas atau tuntas saat BAB, frekuensi perasaan adanya hambatan di anus, frekuensi kebutuhan manuver manual atau bantuan untuk mengeluarkan feses, hingga frekuensi BAB dalam seminggu.
.
Terdapat penilaian dan skala khusus mengenai kepadatan feses
Salah satu penyebab sembelit primer yaitu adanya perlambatan waktu transit feses di dalam saluran cerna. Dengan melihat kepadatan atau konsistensi feses yang keluar, seorang klinisi dapat menilai lama dari waktu transit feses di saluran pencernaan melalui suatu skala yang disebut dengan Briston Stool Scale. Pada skala tersebut, feses tipe 1 dan 2 mengindikasikan adanya sembelit dengan waktu transit yang lambat. Penilaian skala kepadatan feses juga dapat digunakan untuk memantau respon perubahan gaya hidup dan pengobatan pada sembelit.
.
Baca juga: Pola Buang Air Besar: Apakah Ada Arti Klinis?
.
Sembelit tidak selalu membutuhkan obat-obatan
Pada kasus sulit BAB yang masih baru terjadi dan sudah dipastikan tidak adanya penyakit atau kelainan yang mendasari, cara paling mudah untuk mengatasinya adalah dengan merubah pola hidup, bukan obat pencahar. Pola hidup sehat yang dapat diikuti untuk memperlancar BAB antara lain:
- Konsumsi makanan berserat minimal 25g serat/ hari
- Minum air mineral cukup 1,5 – 2L/ hari
- Aktivitas fisik rutin minimal 3 kali/ minggu selama 60 menit dengan intensitas sedang
- Jangan menunda untuk ke toilet ketika ada rasa ingin BAB.
.
Tanda bahaya sembelit
Meskipun sembelit merupakan hal yang umum terjadi dan sebagian besar kasus dapat ditangani sendiri dengan perubahan pola hidup maupun obat dari dokter, terdapat tanda-tanda tertentu yang menandakan seseorang harus segera memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan apabila terdapat sembelit, yaitu:
- Perubahan pola BAB pada pasien usia lebih dari 50 tahun
- Terdapat darah pada feses
- Terdapat gejala anemia (lemah, letih, lesu, pucat)
- Penurunan berat badan yang signifikan
- Riwayat keganasan saluran cerna terutama kanker usus besar di keluarga.
.
Referensi
Crowell MD. Role of serotonin in the pathophysiology of the irritable bowel syndrome. Br J Pharmacol. 2004;141(8):1285-1293.
Diaz, S., Bittar, K. and Mendez, M., 2022. Constipation. [online] Ncbi.nlm.nih.gov. Available at: <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513291/> [Accessed 12 January 2022].
Forootan M, Bagheri N, Darvishi M. Chronic constipation: A review of literature. Medicine (Baltimore). 2018;97(20):e10631
Haj Kheder S, Heller J, Bar JK, Wutzler A, Menge BA, Juckel G. Autonomic dysfunction of gastric motility in major depression. J Affect Disord. 2018;226:196-202.
Indonesian Society of Gastroenterology. National consensus on the management of constipation in indonesia 2010. Acta Med Indones. 2011;43(4):267-74
Leave a Reply