Diabetes dan Hubungannya dengan Gangguan Kerongkongan dan Lambung

Sumber gambar: pixabay.com

Pernahkah Anda mendengar penyakit diabetes? Rasanya penyakit ini tidaklah asing didengar dalam percakapan sehari-hari. Penyakit diabetes merupakan kondisi tidak mampunya tubuh untuk menyerap gula didalam darah oleh karena tidak adanya atau berkurangnya hormon insulin ataupun resistensi insulin. Penyakit diabetes bukanlah penyakit yang sulit untuk ditemukan, bisa saja penyakit ini terdapat dalam anggota keluarga Anda atau bahkan Anda sendiri. Gejala dari penyakit diabetes pun cukup umum diketahui oleh orang awam seperti sering buang air kecil, sering merasa haus, sering lapar, turunnya berat badan, sulitnya penyembuhan luka, dan lain-lain.

Tetapi pernahkah Anda mendengar adanya keluhan gangguan pencernaan pada penderita diabetes? Ternyata gangguan pencernaan pada penderita diabetes pun bukanlah hal yang jarang ditemukan, gangguan ini dapat berupa gangguan pergerakan esofagus atau kerongkongan, refluks esofagus (naiknya asam lambung ke kerongkongan), dan gangguan pergerakan lambung. Hingga saat ini, teori yang paling kuat mendasari adanya gangguan sistem pencernaan pada penderita diabetes adalah terjadinya kerusakan saraf otonom, yaitu saraf yang mengatur kerja dari organ-organ dengan sendirinya tanpa diatur oleh kita. Kerusakan saraf otonom pada penderita diabetes sebetulnya merupakan salah satu komplikasi diabetes, yaitu neuropati atau kerusakan saraf. Kerusakan saraf otonom mengakibatkan perubahan kerja dari sistem pencernaan terutama esofagus dan lambung. Perubahan yang dimaksud bermacam-macam terkait masing-masing organ.

.

Baca juga: Apakah Konsumsi Makanan dan Minuman Manis Dapat Memengaruhi Saluran Cerna?

.

Diabetes dan Esofagus

Esofagus merupakan saluran pencernaan yang menghubungkan antara mulut dengan lambung. Dengan adanya kerusakan saraf otonom akibat diabetes, tonus atau kekuatan sfingter (klep yang mencegah naiknya isi lambung ke esofagus) akan menurun sehingga menyebabkan makanan yang telah masuk lambung dan tercampur dengan asam lambung akan lebih mudah untuk naik lagi ke esofagus, hal ini dinamakan dengan refluks esofagus. Apabila gejala ini berlangsung terus-menerus dapat mengakibatkan keluhan seperti nyeri ulu hati, perut terasa terbakar, mual, kembung, atau bahkan berlanjut menjadi kondisi GERD. Disamping menurunnya tonus dari sfingter esofagus, pada penderita diabetes juga bisa didapatkan menurunnya peristaltik atau pergerakan meremas pada esofagus yang disebut dengan dismotilitas. Ketika terjadi dismotilitas esofagus, makanan yang sudah ditelan akan lebih lama sampai kedalam lambung. Gejala yang sering dilaporkan pada pasien yang mengalami dismotilitas esofagus adalah kesulitan menelan, nyeri dada, dan rasa terbakar pada dada.

.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*