
Penulis: Prof. dr. Marcellus Simadibrata Kolopaking, PhD, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACG, FASGE
Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Saat ini dampak dari penyakit pada saluran cerna atas yang disebabkan oleh bakteri Helicobacter pylori (H. pylori) ataupun buang air besar (BAB) cair yang disebabkan oleh bakteri dan virus masih menjadi permasalahan yang sering ditemukan di kawasan Asia terutama negara berkembang. Buang air besar cair yang disebabkan oleh bakteri mengakibatkan hampir 1,3 juta kematian pada tahun 2013, sedangkan penyakit saluran cerna lainnya mengakibatkan 221.300 kematian. Beberapa bakteri utama penyebab kejadian tersebut adalah Clostridium difficille, Aeromonas dan Shigella. Bakteri-bakteri tersebut merupakan bakteri yang ada di sekitar kita dan rentan menimbulkan penyakit.
Saat ini, semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa mikroorganisme pada saluran cerna berperan penting dalam respon pertahanan tubuh. Perubahan pada mikroorganisme akan berdampak pada beragam gangguan pertahanan tubuh, peradangan pada saluran cerna dan pada beberapa proses metabolisme yang berhubungan dengan pencernaan.
Mikroorganisme pada saluran cerna banyak terdapat di tubuh manusia, terutama di usus besar (kolon) dan sebagian di usus halus. Mikroorganisme ini akan berbeda berdasarkan usia, lokasi geografis, etnis, kondisi sosial ekonomi dan pola makan. Mikroorganisme pada usus akan membantu fungsi metabolisme vitamin, produksi garam empedu dan metabolisme zat-zat lainnya. Mikroorganisme juga berperan pada pergantian sel permukaan saluran cerna, keseimbangan dinding mukosa saluran cerna, serta perlindungan dan proses daya tahan tubuh di dalam saluran cerna. Mikroorganisme normal membutuhkan keseimbangan antara fungsi kerja enzim dan fungsi metabolisme pencernaan. Sedangkan mikroorganisme yang abnormal merupakan mikroorganisme yang akan mengganggu keseimbangan tersebut.
Yang sering dilakukan dan berdampak pada terganggunya mikroorganisme saluran cerna adalah mengonsumsi antibiotik yang tidak sesuai anjuran dokter. Hal tersebut dapat berpengaruh hingga dua tahun setelah mengonsumsi antibiotik.
Apa itu probiotik dan bagaimana cara kerjanya dalam menjaga saluran cerna kita?
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan mengenai kesehatan dan mikroorganisme, ketertarikan mengenai manipulasi mikroorganisme semakin berkembang. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang apabila diberikan dalam jumlah yang cukup akan memberikan keuntungan bagi kesehatan. Namun sebenarnya, kandungan di dalamnya bukan hanya mikroorganisme hidup, terdapat juga mikroorganisme mati maupun zat hasil mikroorganisme lainya yang bermanfaat bagi saluran cerna. Oleh karena itu, istilah probiotik terkadang juga dapat dikatakan sebagai farmabiotik (obat-obatan), yaitu kandungan biologi yang memengaruhi mikroorganisme dan memberikan dampak yang menguntungkan bagi kesehatan.
Mikroorganisme yang terkandung di dalam probiotik seharusnya tidak menimbulkan sakit bagi orang yang mengonsumsinya. Selain itu, mikroorganisme tersebut juga harus mampu melewati kandungan asam yang ada di lambung serta enzim pencernaan yang ada. Setelah mencapai saluran cerna, mikroorganisme akan tumbuh di saluran cerna dan membantu mengurangi risiko timbulnya penyakit pada saluran cerna.
Beberapa bakteri yang sering digunakan sebagai probiotik diantaranya Lactobacillus, bifidobacterium, Escherichia coli dan Streptococcus thermophilis. Sedangkan, jamur yang sering digunakan sebagai bahan probiotik adalah Saccharomyces.
Apa risiko yang ditimbulkan dari konsumsi probiotik?
Konsumsi probiotik bukanlah sepenuhnya tanpa risiko. Beberapa orang yang dapat berisiko pada pemberian probiotik diantaranya adalah bayi yang lahir prematur, orang dengan sistem daya tahan tubuh yang rendah, dan pasien kondisi kritis. Pada beberapa kondisi tersebut, probiotik dapat berkembang menjadi beberapa kejadian infeksi, sehingga pemberiannya haruslah dengan pertimbangan dari dokter.
Bagaimana peranan probiotik pada beragam masalah di saluran cerna?
1. Buang air besar cair yang berhubungan dengan konsumsi antibiotik
Kejadian buang air besar cair dapat ditemukan pada orang yang sering mengonsumsi antibiotik secara bebas. Hal ini dikarenakan terganggunya mikroorganime baik di saluran cerna yang tergantikan oleh bakteri jahat, dan yang paling banyak ditemukan adalah Clostridium difficille. Pemberian probiotik pada keadaan ini disarankan. Hal ini dikarenakan hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa probiotik dapat mencegah dan mengobati gangguan pada saluran cerna yang ditimbulkan oleh Clostridium difficile. Namun, pemberian pada orang lanjut usia atau diatas 65 tahun tidak menunjukkan manfaat yang bermakna.
2. Sindrom iritasi saluran cerna / Irritable Bowel Syndrome (IBS)
IBS merupakan suatu kondisi sakit atau rasa tidak nyaman pada perut yang sering disertai oleh perubahan konsistensi buang air besar, baik cair ataupun keras, yang pada perjalanan penyakitnya banyak dipengaruhi oleh unsur psikologis. Penggunaan probiotik pada pasien IBS pada beberapa penelitian menunjukan hasil yang cukup baik pada penggunaan selama empat hingga delapan minggu dalam mengurangi gejala. Namun pada beberapa penelitian, masih didapatkan gejala yang menetap pada konsumsi antibiotik. Oleh karena itu penggunaan antibiotik pada keadaan IBS masih perlu penelitian lebih lanjut.
3. Peradangan saluran cerna / Inflammatory Bowel Disease (IBD)
IBD merupakan peradangan pada saluran cerna yang sering ditemukan pada pasien, terutama melalui pemeriksaan kolonoskopi. Penggunaan probiotik pada IBD masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Hal ini dikarenakan masih kurangnya data yang menunjukkan manfaat dari pemberian probiotik pada IBD. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa probiotik mampu mengurangi gejala, meningkatkan angka pengendalian penyakit dan menurunkan angka kekambuhan. Namun pada beberapa penelitian lainnya, tidak ada perbedaan bermakna antara yang diberikan probiotik dan tidak.
4. Diare saat melakukan perjalanan
Pada orang yang bepergian, masuknya ke wilayah baru membuat seseorang berisiko untuk terpapar bakteri baru yang ada di wilayah tersebut. Bakteri tersebut berisiko menimbulkan terjadinya peningkatan frekuensi buang air besar cair. Probiotik dapat digunakan untuk mencegah terjadinya buang air besar cair saat sedang dalam perjalanan. Diare saat bepergian sering terjadi akibat masuknya mikrorganisme jahat di tempat tujuan perjalanan, akibat kontaminasi pada makanan atau kebersihan. Disinilah peran mikroorganisme baik dalam probiotik, yaitu untuk menangkal dampak penyakit yang dapat ditimbulkan oleh mikrooganisme jahat yang masuk kedalam saluran cerna.
5. Infeksi Helicobacter pylori
Infeksi H. pylori banyak sekali ditemukan di beberapa wilayah. Apabila berlangsung lama, infeksi ini berisiko menimbulkan luka-luka pada saluran cerna terutama lambung. Penggunaan probiotik pada pasien dengan infeksi H. pylori dapat mengurangi efek samping yang ditimbulkan dari pengobatan. Selain itu, mikroorganisme yang terkandung dalam probiotik membantu kerja antibiotik membunuh bakteri H. pylori tersebut.
Referensi
Ghoshal, Uday. Et all. 2017. The Role of Microbiome and The Use of Probiotics in Gastrointestinal Disorders in Adult in The Asia Pacific Region Background and Recomendation of a Reginal Consensus Meeting. Journal Gasteroenterology and Hepatology
Leave a Reply