Penulis: Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, K-GEH, MMB, FINASIM, FACP
Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Masakan Padang selalu menarik untuk dibicarakan. Siapa yang tidak mengenal masakan Padang. Hampir di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia sertadi kota-kota besar dunia dapat ditemukan restoran atau rumah makan yang menjual nasi Padang. Untuk masyarakat Muslim, tidak perlu khawatir jika berada di daerah yang mayoritas penduduknya non muslim, cari saja rumah makan Padang, Insha Allah makanan tersebut halal.
Bahkan ada joke jika saja di bulan ada kehidupan manusia, pasti ada yang menjual nasi Padang. Salah satu turis asing bahkan mengabadikan nasi Padang dalam bentuk lagu yang menjadi viral beberapa waktu lalu di media sosial kita. Kelezatan nasi Padang dan penggunaan tangan saat makan menjadi kenangan tersendiri bagi seseorang yang baru pertama kali menyicipi masakan Padang.
Cara menyajikannya yang khas dimana lauk pauk disajikan dalam piring-piring kecil dan langsung disediakan di meja makan disertai sebakul nasi panas atau semangkuk nasi dalam piring menjadi kenangan tersendiri yang membuat daya tarik untuk pelanggannya datang kembali ke rumah makan tersebut. Pada satu kesempatan saya mengajak sejawat saya dari Jepang untuk makan nasi Padang, teman saya yang orang Jepang tersebut menanyakan apakah kita harus membayar semua yang disajikan diatas meja, saya bilang kita hanya membayar apa yang kita makan dan diapun terperangah, tidak habis pikir dan terkesan dengan cara penyajian seperti itu. Tentu ini juga menjadi daya tarik sendiri bagi seseorang yang baru pertama kali mampir ke rumah makan padang, membayar hanya apa yang kita makan.
Dari sudut kesehatan, nasi Padang selalu dihubungkan dengan makanan tinggi lemak dan kolesterol serta kandungan makannya banyak mengandung purin sehingga dapat meningkatkan kadar asam urat darah. Apakah demikian adanya?
Tetapi sebenarnya jika kita tahu bagaimana secara bijaksana makan nasi Padang, kita tetap bisa menikmatinya dan tetap sehat.
Ada hal yang memang harus diperhatikan, yaitu masakan Padang yang disajikan di restoran Padang dalam bentuk jero-jeroan dan sea food. Belum lagi masakan Padang yang diulang-ulang untuk dipanaskan, gulai masakan Padang yang lezat tersebut akan banyak mengandung kadar lemak jenuh yang berisi kadar kolesterol tinggi. Yang pada akhirnya akan meningkatkan kadar kolesterol jahat (kolesterol LDL) misal rendang atau gulai ayam atau kambing yang dipanaskan berulang-ulang, jelas kadar kolesterolnya akan semakin tinggi.
Masakan Padang memang sebagian besar mengandung kadar kolesterol tinggi, tetapi dalam setiap hidangan makanan di rumah makan Padang selalu juga dihidangkan sayur-sayuran mentah seperti mentimun dan rebusan daun singkong. Serat yang terkandung dalam kedua sayuran ini dapat membantu mengurangi asupan kolesterol di usus halus. Pada umumnya kedua macam sayuran ini selalu tersedia di rumah makan Padang. Bumbu yang menjadi penyedap rasa dalam kandungan makanan Padang ternyata mengandung anti oksidan yang tinggi untuk menetalkan racun yang ada di dalam tubuh kita. Usahakan hanya mengkonsumsi satu macam lauk. Satu hal lagi yang kadang perlu diperhatikan yaitu kadar garam yang tinggi, lidah kita bisa mengukur asin atau tidaknya makanan tersebut sehingga kurangi makanan yang terlalu asin. Telah ada penelitian yang menyatakan bahwa makanan Padang aman dikonsumsi jika tidak berlebihan. Terlebih jika dikonsumsi dengan sayur-sayuran dan ditutup dengan buah-buahan. Mengenai waktu yang tepat kapan buah dapat dikonsumsi, sebenarnya tidak ada patokan waktunya sebelum atau sesudah makan. Lambung kita seperti sebuah kantong, jika diisi pasti akan penuh dan jika sudah penuh pasti tidak bisa menampung makanan lagi. Jika kita terus makan, kita akan merasa kembung dan bisa saja menjadi muntah. Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana kita bisa mengatur agar buah tetap bisa dikonsumsi saat kita makan.
Jika ingin mengonsumsi buah sebelum makan, setidaknya cenderung akan membatasi makan kita. Namun jika dikonsumsi sesudah makan dan kita tidak menyisakan tempat di lambung kita untuk buah, bisa saja karena kekenyangan, kita tidak akan mengkonsumsi buah. Terlebih biasanya suasana di rumah makan Padang membuat kita tidak bisa berlama-lama karena sudah ada tamu lain yang juga akan makan.
Terkait minum, sebaiknya sesudah makan kita mengkonsumsi air putih hangat atau minum teh tawar hangat yang selalu diberikan gratis jika ke rumah makan Padang.
Leave a Reply