Penulis: dr. Muhammad Firhat Idrus, SpPD
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
.
Defekasi atau pada bahasa awam dikenal sebagai buang air besar (BAB) merupakan kegiatan alamiah yang harus dilakukan oleh manusia dengan tujuan untuk membuang sisa-sisa makanan, minuman, beserta zat beracun dari dalam tubuh yang tidak diperlukan. Tentunya selama manusia mengonsumsi makanan, kegiatan BAB tidak bisa dihindari dan sudah semestinya untuk dilakukan. Akan tetapi, bukanlah hal yang jarang ketika seseorang mengalami kesulitan BAB dalam jangka waktu yang tidak sewajarnya. Fenomena ini disebut dengan konstipasi atau sembelit.
Konstipasi diartikan sebagai proses defekasi yang tidak memuaskan atau tidak tuntas, ditandai dengan frekuensi defekasi yang tidak rutin ataupun kesulitan untuk mengeluarkan feses. Frekuensi yang tidak rutin diartikan sebagai defekasi kurang dari 3 kali dalam 1 minggu. Hal ini perlu diperhatikan karena pola defekasi setiap orang bisa saja berbeda, ada yang setiap hari, 1 kali dalam 2 hari, maupun 1 kali dalam 3 hari tergantung dari pola hidup dan pola makan orang tersebut. Berikut beberapa fakta mengenai sembelit untuk menambah wawasan kita semua.
.
Sembelit lebih sering terjadi pada wanita
Penelitian menunjukkan bahwa sembelit lebih sering terjadi pada wanita dengan perbandingan kejadian 2:1 hingga 3:1 dibandingkan dengan laki-laki. Fenomena ini tidak hanya ditemukan di negara-negara Eropa, namun juga di negara Asia seperti Cina. Kondisi sembelit cukup sering terjadi pada wanita hamil sebab pada masa kehamilan terutama trimester akhir terdapat peningkatan kadar hormon gonad yang signifikan berdampak pada penurunan pergerakan usus. Penekanan mekanik akibat pembesaran rahim juga menyebabkan gangguan dalam pengosongan usus. Pada kelompok perempuan premenopause juga ditemukan fluktuasi kadar hormon yang juga memengaruhi perlambatan pergerakan usus.
.
Sembelit akan lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia
Peningkatan kejadian sembelit seiring dengan bertambahnya usia disebabkan karena berbagai macam faktor, yaitu aktivitas fisik yang cenderung menurun, kondisi lebih sering berbaring, adanya penyakit yang mendasari, penggunaan banyak obat-obatan pencetus sembelit, hingga kurangnya konsumsi air dan serat. Sedangkan pada anak, biasanya sembelit diakibatkan karena kebiasaan menahan BAB.
.
Baca juga: Pengaruh Kondisi Psikologis Terhadap Saluran Cerna
.
Sembelit dipengaruhi oleh kondisi psikis
Suatu penelitian menunjukkan bahwa kejadian sembelit dua kali lipat lebih berisiko pada orang yang mengalami kecemasan, stress, panik, dan depresi. Adanya ketidakseimbangan kadar hormon serotonin dalam tubuh dapat berpengaruh pada gangguan suasana hati. Penyebab sembelit juga dikaitkan dengan perubahan produksi serotonin sebab serotonin merupakan hormon yang turut digunakan pada persarafan dalam saluran cerna.
.
Sembelit bukanlah suatu penyakit
Sembelit bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala atau tanda terhadap suatu proses yang sedang terjadi didalam tubuh. Proses yang dimaksud-pun bisa beragam mulai dari faktor psikis (stress atau depresi), kurangnya asupan air mineral dan serat, kelainan organ, proses infeksi, hingga proses keganasan.
.
Leave a Reply