Obat anti inflamasi non steroid (NSAID) atau yang biasa kita kenal sebagai obat anti nyeri (termasuk juga untuk demam dan peradangan) merupakan salah satu obat yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Keluhan nyeri dan demam biasanya menyebabkan orang membeli obat di apotek terdekat untuk meringankan gejala nyeri yang dirasakannya. Sering kali hal ini dilakukan sebelum berkonsultasi dahulu dengan dokter. Salah satu faktornya adalah karena obat anti nyeri dijual secara bebas di apotek sehingga dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Namun perlu dipahami bahwa mengonsumsi obat anti nyeri terus-menerus atau tanpa petunjuk dokter dapat berdampak pada gangguan saluran cerna. Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai dampak yang disebabkan oleh mengonsumsi obat anti nyeri yang kurang tepat pada saluran cerna.
.
Baca juga: Hati-hati Luka pada Lambung yang dapat Menimbulkan Komplikasi
.
Seberapa besar dampak dari obat anti nyeri bagi saluran cerna?
Sebagian besar efek samping yang ditimbulkan oleh obat anti nyeri bersifat ringan dan sementara. Hanya sebagian kecil yang berdampak menjadi luka pada saluran cerna, namun sebagian kecil yang menjadi luka ini dapat berkembang menjadi perdarahan ataupun kebocoran pada saluran cerna. Ada beberapa keadaan dimana seseorang menjadi lebih berisiko untuk mengalami gangguan pada saluran cerna apabila mengkonsumsi obat anti nyeri secara terus-menerus atau tidak tepat, diantaranya:
- Usia lanjut
- Penggunaan bersamaan dengan steroid (obat anti peradangan)
- Pernah mengalami gangguan saluran cerna yang disebabkan obat anti nyeri
- Penggunaan ganda obat anti nyeri
- Disertai adanya infeksi bakteri H. pylori di saluran cerna
Gejala yang ditimbulkan oleh obat anti nyeri beragam, mulai dari rasa seperti terbakar di ulu hati hingga perdarahan pada saluran cerna. Di Amerika, kejadian ini terjadi pada 70% orang dengan usia diatas 65 tahun yang mengonsumsi obat anti nyeri sekali dalam seminggu. Diperkirakan 25% dari orang yang mengkonsumsi obat anti nyeri jangka panjang akan mengalami luka (tukak) dan 2% – 4% akan mengalami perdarahan pada saluran cerna. Di Indonesia, angka kejadiannya berkisar 20% – 70%. Keadaan ini banyak ditemukan pada orang dengan nyeri sendi dan autoimun dikarenakan ketergantungan terhadap obat tersebut untuk mengurangi gejala nyeri yang dirasakan.
Obat anti nyeri yang memiliki efek lebih rendah terhadap terjadinya gangguan pada permukaan lambung dan usus diantaranya ibuprofen, naproxen, meloxikam, dan etodolak. Obat anti nyeri yang memiliki risiko menengah, yaitu sulindak, diklofenak, dan ketoprofen. Sedangkan obat anti nyeri yang memiliki risiko lebih tinggi, yaitu sulindak, piroxikam, dan ketorolac.
.
Mengapa obat anti nyeri dapat menimbulkan gangguan pada lambung?
Mekanisme pertama disebabkan oleh kandungan dari obat anti nyeri yang bersifat asam dan mudah menembus lapisan lambung. Sehingga dapat mengiritasi lapisan lambung dan apabila berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan pada dinding lambung.
Mekanisme kedua disebabkan oleh fungsi dari obat anti nyeri itu sendiri. Salah satu kerja obat anti nyeri adalah menghambat senyawa prostaglandin yang salah satu fungsinya adalah melindungi lapisan lambung dari bahan-bahan yang mengiritasi. Penurunan dari kadar prostaglandin akan memudahkan terjadinya iritasi pada permukaan lambung. Sehingga dapat kita pahami bahwa obat anti nyeri selain mengiritasi lapisan lambung juga menurunkan fungsi pertahanan dari lambung itu sendiri, dimana menjadi beban ganda yang berdampak pada gangguan saluran cerna.
Sedangkan pada usus halus, luka yang ditimbulkan oleh obat anti nyeri sedikit berbeda dari lambung, yaitu luka disebabkan oleh proses penyerapan obat di usus halus. Dalam jangka panjang, hasil penyerapan tersebut dapat merusak permukaan usus halus yang berujung pada luka atau bahkan perdarahan dan kebocoran usus halus.
.
Leave a Reply