Apakah Benar Pekerja Shift Lebih Berisiko Mengalami Irritable Bowel Syndrom (IBS) dan Bagaimana Pengobatannya?

Bagaimana pengobatan IBS?

Setelah penegakan diagnosis oleh doker, pengobatan IBS memerlukan pengobatan dengan mengonsumsi obat (farmakologi) dan non-farmakologi, seperti diet pada makanan tertentu, berolahraga, dan terapi lainnya.

Pengobatan Farmakologi

IBS merupakan kelainan dengan banyak faktor penyebab, sehingga penanganannya juga sangat beragam. Pasien perlu mendapat penjelasan dan diikutsertakankan dalam pemilihan pengobatan diri masing-masing. Penanganan dengan menggunakan obat bergantung pada gejala mana yang dominan (diare atau konstipasi). Beberapa obat yang digunakan di antaranya anti spasmodik, minyak pepermint, selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), obat anti depresi trisiklik, agonis opioid, antibiotik, bile salt sequestrants, probiotik, campuran agonis/antagonis opioid, dan antagonis5-HT3, aktivator saluran klorida, polyethylene glycol (PEG), psyllium, dan agonis guanylate cyclase C.

.

Pengobatan Non-Farmakologi

Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala IBS. Pendekatan non-farmakologi diantaranya dengan cara modifikasi diet, terapi fikiran dan tubuh (mind-body therapy), olahraga, terapi perilaku kognitif, terapi psikologi multikomponen, psikoterapi dinamik dan hipnoterapi. Pasien IBS lebih sering sensitif terhadap makanan. Pasien dapat memiliki intoleransi terhadap gluten, gandum, laktosa, oligosakarida, disakarida dan monosakarida yang difermentasi, dan polyols (atau FODMAPs) serta malabsorpsi fruktosa. Penanganan tanpa menggunakan obat yang pernah diteliti di antaranya, yaitu diet bebas gluten selama 6 minggu, diet rendah FODMAP, suplemen serat larut (soluble fiber supplementation), probiotik, fecal microbiota transplantation (FMT), peningkatan aktivitas fisik, yoga, teknik pengobatan tradisional cina seperti akupunktur, elektroakupunktur dan moxibustion. Intervensi penanganan mandiri secara komprehensif (comprehensive self-management/ CSM) melibatkan gabungan strategi perilaku kognitif, diet, relaksasi, dan edukasi.

.

Diet pada Penderita IBS

Penderita IBS perlu menerapkan pola makan dan perilaku hidup sehat. Penderita IBS harus memiliki pola makan yang teratur (sarapan, makan siang, makan malam dengan snack secukupnya), serta jarak antara waktu makan yang teratur. Penderita jangan makan dalam porsi besar, jangan makan terburu buru, posisi harus duduk saat makan, dan mengunyah makanan dengan sempurna.

Konsumsi alkohol sebaiknya dihindari, disesuaikan dengan gejala pencernaan atau dibatasi jumlahnya, minimal tidak mengonsumsi alkohol 2 hari dalam seminggu. Penderita IBS sebaiknya mengurangi makanan pedas dan makanan berlemak bila muncul gejala IBS, yaitu tidak lebih dari 40-50 gr dalam sehari. Sementara tidak mengonsumsi susu belum terbukti mengurangi gejala IBS.

Penderita IBS dianjurkan mengonsumsi diet yang mengandung serat secara bertahap sampai 20-30 gr dalam sehari. Dianjurkan juga mengonsumsi diet rendah laktosa jika dijumpai hasil lactose hydrogen breath test yang positif.

Pilihan probiotik yang optimal belum diketahui dengan jelas. Penderita IBS sebaiknya hanya memilih satu jenis probiotik yang dikonsumsi selama 4 minggu, dan apabila dirasa ada manfaatnya, dapat diteruskan walaupun efek jangka panjang belum jelas.

.

Baca juga: Ingin Usus Tetap Sehat? Lakukan Ini!

.

Aktivitas Fisik Pada Penderita IBS

Penderita IBS perlu meningkatkan aktivitas fisik sesuai kondisi masing-masing. Dianjurkan memilih aktivitas yang sedang, seperti yoga, jalan kaki, bersepeda, berenang minimal 30 menit perhari. Aktivitas fisik tersebut sebaiknya dilakukan minimal 5 hari dalam seminggu.

.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*