Inilah Efek Minuman Berkarbonasi pada Saluran Cerna

Sumber gambar: freepik.com

Minuman berkarbonasi merupakan salah satu jenis minuman yang tidak asing dan banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebagai negara tropis, minuman berkarbonasi menjadi salah satu minuman yang banyak dipilih oleh masyarakat Indonesia untuk menghilangkan dahaga. Sebagian besar orang menganggap konsumsi minuman berkarbonasi tidak berbahaya, meski tak sedikit pula orang khawatir akan dampak dari minuman ini pada kesehatan khususnya pada sistem pencernaan. Apakah Anda telah mengetahui apakah efek minuman berkarbonasi pada saluran cerna?

.

Apa itu minuman berkarbonasi?

Minuman berkarbonasi adalah minuman yang mengandung gas karbon dioksida terlarut dan proses pembuatannya menggunakan tekanan tinggi. Gas karbon dioksida yang dimaksud pada dasarnya sama dengan gas alam yang kita keluarkan saat bernapas. Minuman berkarbonasi sudah ditemukan sejak pertengahan tahun 1700-an oleh ilmuwan Inggris dan saat ini telah banyak dikembangkan dan dikonsumsi di seluruh dunia. Namun, kebanyakan minuman berkarbonasi yang dijual dipasaran selain mengandung air berkarbonasi juga ditambahkan asam fosfat, kafein, gula, serta bahan kimia lainnya dalam bentuk bahan pengawet, pewarna, dan perasa agar terasa lebih segar.

Minuman berkarbonasi akan menghasilkan gas karbon dioksida yang menimbulkan gelembung atau buih saat kemasan minuman dibuka. Gas karbon dioksida yang tidak keluar akan terlarut dan berinteraksi dengan air membentuk asam karbonat serta zat tambahan lainnya seperti asam fosfat sehingga menimbulkan suasana asam pada minuman ini.

.

Apakah efek minuman berkarbonasi pada saluran cerna?

Tingginya daya konsumsi masyarakat terhadap minuman berkarbonasi perlu mendapatkan perhatian dari segi kesehatan. Seperti minuman pada umumnya, minuman berkarbonasi diminum dan masuk kedalam saluran pencernaan manusia dimulai melalui mulut, kerongkongan, sampai akhirnya masuk ke lambung dan usus. Sebagian besar gas karbon dioksida dalam minuman berkarbonasi sebenarnya tidak mencapai lambung. Banyak yang hilang atau menguap ketika kemasan minuman dibuka dan sejumlah kecil gas karbon dioksida akan cepat diserap melalui dinding saluran pencernaan.

Karbon dioksida dan air bereaksi secara kimia untuk menghasilkan asam karbonat, yaitu asam lemah yang terbukti menstimulasi ujung saraf yang peka terhadap rangsangan di mulut sehingga saat minum, Anda akan merasakan sensasi lidah seperti tajam menggelitik. Walaupun memiliki pH yang asam, namun nyatanya air berkarbonasi tidak sampai memengaruhi pH tubuh Anda menjadi asam.

.

Baca juga: Hati-hati GERD, Jika Lengah akan Berakhir Petaka

.

GERD

Setelah melewati mulut, minuman akan melewati kerongkongan dan lambung. GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) merupakan salah satu penyakit saluran cerna yang sering dikaitkan dengan konsumsi minuman berkarbonasi. GERD adalah penyakit asam lambung yang naik ke kerongkongan yang menimbulkan gejala dada seperti terbakar dan rasa pahit di daerah mulut. Gas karbon dioksida dari minuman berkarbonasi yang berlebihan dalam lambung dapat memperberat kerja lambung dengan melenturkan katup LES (Lower Esophangeal Sphincter) yaitu katup antara lambung dan kerongkongan sehingga menyebabkan berbaliknya asam lambung ke kerongkongan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengurangi konsumsi minuman berkarbonasi dapat mengurangi gejala pada orang yang menderita GERD, namun tidak ditemukan hubungan yang signifikan bahwa minuman berkarbonasi dapat menyebabkan GERD pada orang yang sehat. Lain halnya dengan minuman berkarbonasi yang mengandung gula tinggi. Gula berkontribusi menyebabkan peningkatan berat badan dan obesitas, sedangkan obesitas merupakan faktor risiko penting terjadinya GERD dan berhubungan dengan meningkatnya keparahan gejala GERD.

.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*