Penulis: dr. Amanda Pitarini Utari, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
.
Pernahkah Anda mendengar penyakit saluran cerna IBD dan IBS? Keduanya memiliki singkatan yang mirip dan sama-sama menyerang saluran pencernaan. Keduanya sama-sama dapat menimbulkan keluhan nyeri perut, kram, dan diare. Namun, sebenarnya IBD dan IBS adalah kondisi yang berbeda. IBD merupakan singkatan dari Inflammatory Bowel Disease, sedangkan IBS merupakan singkatan dari Irritable Bowel Syndrome. Dapat kita simpulkan bahwa keduanya tidak sama. Agar lebih jelas, berikut akan kita bahas apa saja perbedaan dari keduanya.
- Pengertian dan penyebabnya
Inflammatory bowel disease (IBD) merupakan suatu peradangan yang terjadi pada saluran cerna yang disebabkan oleh kombinasi antara disregulasi respon imun atau daya tahan tubuh, ketidakseimbangan mikrobiota usus, kerentanan genetik, dan paparan lingkungan. IBD terdiri dari dua tipe, yakni Kolitis Ulseratif (peradangan terjadi di sepanjang dinding usus besar dan rektum) dan Crohn’s Disease (peradangan yang dapat terjadi di saluran pencernaan mulai dari mulut hingga anus).Irritable bowel syndrome (IBS) adalah sindroma iritasi yang umum terjadi pada usus besar. Kondisi ini disebabkan oleh gangguan pada saluran pencernaan, namun tidak tampak adanya kerusakan pada dinding usus atau struktur jaringan. Penyebab IBS tidak berhubungan gangguan imun. Makanan dan stress dapat memicu keluhan IBS yang berulang. - Keluhan dan gejala yang di timbulkan
Secara umum, keluhan dan gejala yang ditimbulkan keduanya membuat rasa tidak nyaman pada perut. Namun, pada IBD biasanya lebih berat dan dapat memburuk jika tidak ditatalaksana dengan benar. Keluhan dan gejala yang dirasakan pada penderita IBD antara lain nyeri perut hebat, tinja berdarah, diare, demam, penurunan berat badan, kelelahan, dan anemia. Selain keluhan pada perut, penderita IBD juga dapat memiliki keluhan pada organ tubuh lainnya seperti keluhan pada mata, kulit, sendi, dan gangguan darah. Sedangkan pada IBS, selain nyeri perut, keluhan dan gejala yang dirasakan adalah diare, konstipasi, atau keduanya secara bergantian. - Hasil pemeriksaan yang didapatkan
Pemeriksaan kolonoskopi adalah salah satu pemeriksaan penting yang dapat membedakan IBD dan IBS. Pada hasil kolonoskopi pada penderita IBD akan didapatkan adanya kerusakan dan peradangan pada dinding saluran cerna sedangkan pada penderita IBS tidak didapatkan adanya kerusakan pada dinding usus.Baca juga: Mengenal Kolonoskopi: Pemeriksaan untuk Melihat Kondisi Saluran Cerna Bagian Bawah - Komplikasi yang dapat ditimbulkan
Kerusakan pada dinding usus pada penderita IBD dapat bersifat permanen dan menimbulkan komplikasi yang serius. Berbeda dengan IBS dimana tidak ditemukan adanya kerusakan dan peradangan pada dinding saluran cerna.Pada penderita IBD, dapat terjadi megakolon toksik (kondisi pelebaran usus besar yang tidak normal yang kemudian dapat mendorong zat beracun ke seluruh tubuh), perforasi kolon (kondisi adanya lubang atau kebocoran pada usus besar), obstruksi atau penyumbatan usus, fistula (terbentuknya saluran baru yang tidak normal), dehidrasi berat, anemia, malnutrisi, dan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker usus. IBD merupakan penyakit kronis dan tidak bisa benar-benar sembuh atau hilang. Akan tetapi, pasien dapat mengalami remisi atau periode dimana peradangan tidak aktif. Kondisi dimana keluhan dan gejala kembali muncul disebut dengan periode relaps.Pada IBS, adanya perubahan kebiasaan BAB dapat mencetuskan timbulnya hemoroid atau wasir, dehidrasi akibat kehilangan cairan, dan biasanya tidak meningkatkan risiko terjadinya kanker usus.Baca juga: Apa yang Harus Kita Ketahui tentang Wasir?
- Tatalaksana dan pengobatan
Penatalaksanaan bagi penderita IBD tergantung pada jenis dan gejalanya. Prinsip pengobatan IBD adalah menekan sistem imun, mengobati peradangan yang aktif sampai tercapai remisi, mencegah timbulnya kekambuhan, dan mencegah terjadinya komplikasi. Obat-obat yang dapat diberikan diantaranya obat anti peradangan golongan aminosalisilat, kortikosteroid, imunomodulator, dan agen biologi. Antibiotik menjadi tambahan terapi untuk kondisi tertentu. Tindakan bedah dapat dipertimbangkan pada penderita IBD jika didapatkan adanya komplikasi seperti perdarahan saluran cerna yang massif, perforasi usus, indikasi kanker, adanya penyumbatan, dan indikasi lain sesuai diagnosis dokter. Pemilihan makanan yang sehat sangat penting bagi penderita IBD.Penatalaksanaan IBS berfokus pada meredakan gejala sehingga penderita memiliki kualitas hidup yang baik. Gejala yang ringan seringkali dapat dikontrol dengan mengelola stres dan menjalankan gaya hidup sehat seperti mengonsumsi makanan berserat, minum air putih, tidur yang cukup, serta berolahraga teratur. Selain itu, penderita juga disarankan untuk menghindari makanan pencetus seperti makanan dan minuman tinggi gas (brokoli, kubis, minuman bersoda), mengonsumsi diet rendah FODMAP, dan menghindari makanan yang mengandung gluten bagi orang yang sensitif. Dokter dapat memberikan obat-obatan seperti obat antidiare, laksatif, atau antispasmodik disesuaikan dengan keluhan dan gejalanya. Terapi lain yang dapat diberikan diantaranya probiotik atau golongan antidepresan. Penelitian menunjukkan bahwa psikoterapi berperan dalam penatalaksanaan IBS. Psikoterapi tidak hanya mengurangi gejala pada saluran cerna tetapi juga memperbaiki kesehatan mental dan fungsi dalam aktivitas sehari-hari.
Baca juga: Apa Penyebab Peradangan Usus (IBD) dan Pengobatannya? Simak Penjelasan Dokter
Berikut perbedaan antara IBD dan IBS secara singkat. Semoga bermanfaat.
Informasi lainnya tentang IBS dan IBD
Referensi
Fukudo S, Okumura T, Inamori M, Okuyama Y, Kanazawa M, Kamiya T, et al. 2021. Evidence-based clinical practice guidelines for irritable bowel syndrome 2020. J Gastroenterol. 56(3):193-217.
Guan, Q. 2019. A Comprehensive Review and Update on the Pathogenesis of Inflammatory Bowel Disease. Journal of Immunology Research: 1-16.
Lacy BE, Patel NK. 2017. Rome Criteria and a Diagnostic Approach to Irritable Bowel Syndrome. J Clin Med. 6(11):99.
Nakase H, Uchino M, Shinzaki S, Matsuura M, Matsuoka K, Kobayashi T, et al. 2021. Evidence-based clinical practice guidelines for inflammatory bowel disease 2020. J Gastroenterol. 56(6):489-526.
Leave a Reply