Selain Serat, Inilah Faktor yang Memengaruhi Pola Buang Air Besar Kita

Sumber gambar: freepik.com

Setiap orang memiliki pola buang air besarnya masing-masing, ada yang rutin setiap hari, ada yang sulit buang air besar setiap hari, ada juga yang polanya tidak teratur yang mudah dipengaruhi oleh faktor lingkungan disekitarnya. Oleh karena itu pada artikel kali ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pola defekasi atau disebut juga pola BAB seseorang.

.

Mengapa kita perlu buang air besar?

Yang penting untuk dipahami adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan akan mengalami proses pencernaan. Zat-zat yang diperlukan oleh tubuh akan diserap selama proses tersebut, dan sisanya akan dikeluarkan sebagai bentuk cair melalui urin serta bentuk padat melalui buang air besar. Secara normal, pergerakan usus dalam mengeluarkan sisa dari hasil pencernaan memang berbeda-beda setiap individunya, namun secara umum frekuensi normalnya berkisar tiga kali sehari yang biasanya terjadi setelah makan atau satu kali sehari. Pada sebagian besar orang, pola buang air besar biasanya satu kali sehari namun dengan waktu yang sama setiap harinya.

.

Baca juga: Pola Buang Air Besar: Apakah Ada Arti Klinis?

.

Apa saja yang memengaruhi pola buang air besar?

Pergerakan usus yang akan memengaruhi pola defekasi dipengaruhi oleh sistem persarafan utama yaitu simpatis dan parasimpatis. Persarafan ini nantinya akan berperan memberi impuls pada pergerakan usus yang bertugas untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan, sehingga terjadi keseimbangan pada sistem saluran cerna. Berikut faktor-faktor yang memengaruhi pola buang air besar:

Asupan Air

Salah satu yang berperan penting terhadap buang air besar adalah kepadatan tinja (konsistensi tinja). Kepadatan tinja akan sangat dipengaruhi oleh viskositasnya atau yang lebih biasa disebut konsistensi air di dalamnya. Waktu transit yang lama dengan penyerapan air yang banyak akan memadatkan konsistensi tinja yang berdampak pada kerasnya tinja dengan waktu yang lebih lama untuk dikeluarkan. Sebaliknya, pada penyerapan air yang sedikit dan waktu transit dari sisa makanan yang pendek maka tinja akan menjadi lunak. Tinja yang lunak ini akan cenderung mudah dikeluarkan dan membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk dikeluarkan.

Gambar 1. Konsistensi tinja berdasarkan Bristoll Stool Chart

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*