Penulis: dr. Rabbinu Rangga Pribadi, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
.
Hematemesis merupakan istilah medis dari muntah darah. Hematemesis merupakan penanda adanya perdarahan di dalam saluran pencernaan, terutama saluran cerna atas yakni esofagus atau kerongkongan, lambung, dan duodenum.
Hematemesis kemungkinan tidak menyebabkan kematian secara langsung, namun kehilangan banyak darah bisa menyebabkan kondisi syok yang berakhir pada kegagalan organ dan kematian. Jika mengalami hematemesis, segeralah berobat agar mendapatkan pemeriksaan dan perawatan lanjutan lebih dari sekedar menghentikan pendarahan.
Apa saja penyebab hematemesis?
Penyebab hematemesis adalah adanya luka atau perdarahan yang berasal dari saluran cerna. Perdarahan pada saluran cerna disebabkan berbagai kondisi, yaitu:
- Esofagitis: Peradangan pada esofagus yang bisa diakibatkan karena refluks asam lambung yang berulang dan menimbulkan luka. Esofagitis juga dapat dipicu oleh adanya penggunaan obat anti nyeri seperti golongan NSAID dalam jangka panjang.
- Sindrom Mallory-Weiss: Adanya robekan pada esofagus yang disebabkan oleh peningkatan tekanan pada saluran cerna atas, misalnya karena muntah hebat. Muntah hebat dapat dipicu oleh minum alkohol terlalu banyak.
- Pecahnya varises esofagus atau lambung: Pecahnya pembuluh darah vena di esofagus atau lambung yang membesar dan mudah pecah akibat tekanan darah yang tinggi pada vena porta. Tekanan tinggi tersebut disebabkan karena terhambatnya aliran darah vena porta akibat adanya kondisi seperti sirosis hati. Pendarahan dari varises ini bisa masif dan menimbulkan kondisi yang serius.
- Tukak lambung atau duodenum: Adanya luka terbuka pada lambung atau duodenum. Penyakit ini dapat disebabkan oleh adanya infeksi bakteri, penggunaan NSAID, atau obat pengencer darah dalam jangka panjang.
- Pankreatitis kronis: Pankreatitis jangka panjang dapat merusak pembuluh darah di sekitar pankreas yang dapat pecah sehingga menimbulkan perdarahan. Darah tersebut dapat mengalir ke duodenum.
- Tumor: Tumor baik jinak maupun ganas pada saluran cerna atas bisa menyebabkan perdarahan. Tumor dapat ditemukan pada esofagus, lambung, duodenum, atau pankreas.
- Angiodisplasia: Suatu kondisi dimana adanya kelainan pembuluh darah di dalam saluran cerna yang membuat pembuluh darah melebar dan rapuh, sehingga memicu terjadinya perdarahan saluran cerna.
- Cedera traumatis: Cedera langsung dan tumpul pada area perut dapat menyebabkan pendarahan akut.
Bagaimana gejalanya?
Warna darah pada muntah bisa berbeda tergantung lokasi perdarahan dan lamanya darah tercampur dengan asam lambung. Jika perdarahan terjadi diatas lambung, maka warna darah cenderung berwarna merah segar. Namun, ketika sudah tercampur asam lambung, maka warna darah cenderung akan lebih gelap. Selain itu, hematemesis dengan darah yang berwarna merah segar dapat menandakan adanya pendarahan yang aktif dan banyak sehingga tidak cukup waktu bagi darah untuk bercampur dengan asam lambung. Muntah berwarna gelap seperti kopi, berwarna coklat, atau menggumpal mungkin menunjukkan pendarahan yang lebih lambat atau pendarahan yang telah berhenti.
Selain adanya darah pada muntahan, gejala lain yang dapat menyertai hematemesis antara lain rasa nyeri pada daerah dada, perut, dan rasa keram pada perut. Ketika darah yang keluar banyak dan berulang, maka gejala kurang darah atau anemia juga dapat dirasakan, seperti badan terasa lemah, kepala pusing, napas sesak, jantung berdebar, muka terlihat pucat, hingga pingsan.
Perlu diperhatikan apakah darah yang dimuntahkan tersebut benar dari saluran cerna atau bukan. Jika seseorang mengalami luka pada mulut seperti gusi berdarah atau sariawan, bisa saja sumber darah yang dimuntahkan itu berasal dari rongga mulut. Terkadang muntah darah akibat tertelan darah epistaksis (mimisan) bisa disalahartikan sebagai hematemesis. Pemeriksaan yang cermat biasanya dapat membedakan keduanya. Pasien dengan epistaksis yang berat biasanya menyadari bahwa ia mengalami mimisan. Selain itu hemoptisis (batuk darah) juga dapat disalahartikan menjadi hematemesis. Darah yang keluar pada hemoptisis berasalah dari saluran napas. Untuk membedakannya, hemoptisis merupakan batuk yang disertai dengan darah berwarna merah dan biasanya berbusa.
Apa yang harus dilakukan jika mengalami hematemesis?
Adanya darah di dalam muntahan tidaklah normal, sehingga perlu dicari tahu apa penyebabnya. Konsultasikanlah kepada dokter untuk mengetahui penyebab dan tatalaksana yang tepat untuk kondisi tersebut. Ceritakan mengenai gejala yang dirasakan, gejala apa yang menyertai, sejak kapan keluhan dirasakan, apa warna dan berapa banyak darah yang dimuntahkan, riwayat obat-obatan dan penyakit yang dimiliki, riwayat penyakit keluarga, serta kebiasaan merokok atau alkohol. Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan dan melakukan pemeriksaan fisik seperti tekanan darah, nadi, dan pemeriksaan dari kepala hingga kaki, serta penunjang yang dibutuhkan untuk membantu mendiagnosis penyakit.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami hematemesis dan mengeluhkan pusing, dada berdebar, sesak napas, hingga pingsan, maka segeralah cari bantuan medis untuk penanganan yang tepat.
Pemeriksaan dan perawatan apa yang dilakukan?
Dokter akan mengumpulkan informasi dari hasil wawancara dan pemeriksaan fisik untuk menentukan sebab hematemesis. Dokter akan memastikan apakah darah tersebut benar dari saluran cerna atau dari saluran pernapasan. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan sesuai dengan kecurigaan dan kondisi pasien. Pemeriksaan yang umumnya dikerjakan adalah pemeriksaan darah lengkap seperti hemoglobin, fungsi hati, dan endoskopi saluran cerna bagian atas untuk mencari lokasi dan menghentikan perdarahan.
Tatalaksana yang diberikan oleh dokter bergantung pada penyebab perdarahan dan seberapa berat perdarahan tersebut. Pemberian cairan infus, oksigen, obat-obatan, transfusi darah, hingga penghentian darah dengan tindakan invasif ditentukan sesuai dengan kondisi pasien. Dokter juga akan memberikan saran obat-obatan apa yang boleh dilanjutkan dan apa yang kiranya perlu ditunda atau diganti untuk mencegah perdarahan berulang.
Setelah membaca artikel ini, diharapkan para pembaca dapat lebih memahami mengenai hematemesis, penyebab, gejala, serta apa yang harus dilakukan jika mengalami kondisi tersebut. Semoga bermanfaat!
Referensi
Lumley ES, Peter MB. Haematemesis. InnovAiT. 2021, 14:484-489.
Syam, Ari F., et al. The Causes of Upper Gastrointestinal Bleeding in the National Referral Hospital: Evaluation on Upper Gastrointestinal Tract Endoscopic Result in Five Years Period. Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology, and Digestive Endoscopy. 2005, 6: 71-74.
Wilson ID. Hematemesis, Melena, and Hematochezia. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW, editors. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths. 1990. Chapter 85.
Leave a Reply