Kolangitis: Infeksi pada Saluran Empedu yang Perlu Diketahui

Sumber gambar: freepik.com

Penulis: Prof. Dr. dr. Daldiyono, SpPD, K-GEH, FINASIM
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

 

Kolangitis adalah kondisi medis di mana terjadi infeksi atau inflamasi pada saluran empedu. Kondisi ini umumnya terjadi akibat adanya penyumbatan yang menghambat aliran empedu, seperti adanya batu empedu, striktur atau penyempitan saluran empedu, atau tumor yang menyumbat saluran empedu. Terjadinya sumbatan ini mengakibatkan aliran empedu pada sistem pencernaan tidak lancar dan dapat menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu. Kolangitis merupakan keadaan darurat medis yang perlu ditangani segera karena dapat berkembang menjadi komplikasi yang mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

  1. Penyebab

    Penyebab utama kolangitis adalah obstruksi saluran empedu yang memungkinkan bakteri masuk dan menginfeksi saluran dalam sistem empedu. Bakteri yang biasanya menjadi penyebab antara lain Escherichia coli, Klebsiella, dan Enterococcus. Selain itu, faktor risiko lainnya termasuk prosedur endoskopik pada saluran empedu, stenosis post operasi, atau adanya alat seperti stent di saluran empedu yang malfungsi sehingga menyebabkan kebuntuan.

  2. Gejala klinis

    Gejala khas kolangitis dikenal sebagai triad Charcot, yang meliputi demam, nyeri perut di bagian kanan atas, dan ikterus (kondisi di mana kulit dan sklera mata berwarna kuning). Pada kasus yang lebih parah, kolangitis dapat menyebabkan hipotensi dan perubahan kesadaran, yang dikenal sebagai pentad Reynolds. Gejala ini menunjukkan adanya sepsis atau persebaran infeksi ke seluruh tubuh secara sistemik dan merupakan kegawatan medis. Hal ini juga merupakan komplikasi dari kolangitis yang menandakan adanya infeksi yang berat dan berlangsung lama.

  3. Penegakkan diagnosis

    Diagnosis kolangitis dilakukan melalui kombinasi pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium darah, dan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan laboratorium darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan sel darah putih (leukosit) dan peningkatan kadar enzim hati seperti alkaline phosphatase (ALP), aspartate transferase (AST), dan bilirubin.
    Selain pemeriksaan laboratorium darah, pemeriksaan radiologi seperti ultrasonografi (USG) atau MRI kolangiopankreatografi (MRCP) dilakukan untuk mengidentifikasi adanya obstruksi atau kelainan pada saluran empedu.

  4. Tata laksana

    Penanganan kolangitis memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan pemberian antibiotik spektrum luas untuk mengatasi infeksi bakteri. Selain itu, tindakan dekompresi saluran empedu, seperti melalui  Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP) atau drainase perkutan transbilier (PTBD), sering kali diperlukan untuk menyelesaikan masalah obstruksi dan mengatasi gejala pada pasien.
    Pengelolaan kolangitis juga melibatkan stabilisasi kondisi pasien dengan cairan intravena dan terapi suportif lainnya. Pada beberapa kasus, intervensi bedah mungkin diperlukan jika metode lain tidak berhasil atau jika terdapat komplikasi seperti abses atau perforasi.

  1. Komplikasi

    Komplikasi kolangitis yang umumnya terjadi dan sulit untuk ditangani antara lain sepsis, abses hati atau adanya penumpukan nanah di hati, dan yang paling berat dapat menyebabkan kegagalan organ multipel. Oleh karena itu, deteksi dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah perkembangan kondisi yang lebih serius.
    Pencegahan kolangitis melibatkan pengelolaan faktor risiko seperti mengobati batu empedu atau striktur saluran empedu. Pada pasien yang berisiko tinggi, penggunaan antibiotik profilaksis sebelum prosedur saluran empedu dapat membantu mencegah infeksi.

 

Secara keseluruhan, kolangitis adalah kondisi medis yang serius, namun dengan diagnosis yang cepat dan tepat kolangitis dapat dikelola dan ditangani dengan baik untuk menghindari terjadinya komplikasi lanjutan. Selain itu, pengelolaan gaya hidup yang sehat serta kesadaran akan pemeriksaan medis yang tepat adalah kunci untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat penyakit ini.


Referensi:

  1. An Z, Braseth AL, Sahar N. Acute Cholangitis: Causes, Diagnosis, and Management. Gastroenterol Clin North Am. 2021 Jun;50(2):403-414. doi: 10.1016/j.gtc.2021.02.005. Epub 2021 Apr 23. PMID: 34024448.
  2. Trivella J, John BV, Levy C. Primary biliary cholangitis: Epidemiology, prognosis, and treatment. Hepatol Commun. 2023 Jun 2;7(6):e0179. doi: 10.1097/HC9.0000000000000179. PMID: 37267215; PMCID: PMC10241503.
  3. Lleo A, Wang GQ, Gershwin ME, Hirschfield GM. Primary biliary cholangitis. Lancet. 2020 Dec 12;396(10266):1915-1926. doi: 10.1016/S0140-6736(20)31607-X. PMID: 33308474.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*