Inilah Gangguan Saluran Cerna yang Dialami oleh Penderita Diabetes Mellitus dan Cara Mengatasinya!

Sumber gambar: freepik.com

Penulis: Dr. dr. Neneng Ratnasari, SpPD, K-GEH
Sub Bagian Gastroentero-Hepatologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada – RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta

Penyakit diabetes mellitus (DM) atau penyakit kencing manis adalah suatu penyakit menahun yang terjadi karena ada gangguan atau kekurangan hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas serta gangguan pada reseptor insulin di hati. Diagnosis penyakit DM ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium, yakni terbukti adanya peningkatan kadar gula darah puasa dan gula darah 2 jam setelah makan serta kontrol gula darah dalam 2 – 3 bulan terakhir (HbA1c) > 6,5%. Perkiraan kadar HbA1c terhadap kadar gula darah dapat dilihat pada tabel 1. Tanda klinis khas penderita DM adalah 3P, yaitu polifagi (banyak makan atau mudah lapar), poliuria (banyak kencing) dan polidipsi (banyak minum). Berdasarkan klasifikasinya, penyakit diabetes dapat dibagi menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes tipe lain. Komplikasi jangka panjang akan terjadi apabila kontrol gula darah tidak tercapai. Komplikasi tersebut disebabkan oleh gangguan sirkulasi peredaran darah yang disebut pembuluh darah mikro (mikrovaskuler) dan pembuluh darah makro (makrovaskuler).

Tabel 1. Perkiraan Kadar Gula Darah terhadap Kadar HbA1c

(Sumber gambar: webmd.com)

Gangguan saluran cerna pada penderita DM merupakan keluhan yang paling sering. Hampir 75% penderita DM mengalami masalah di saluran cerna. Penyakit ini disebabkan karena komplikasi jangka panjang dari DM yang memengaruhi persarafan otonom sehingga menyebabkan disfungsi saraf otonom. Penyakit tersebut diantaranya adalah dismotilitas esofagus (gerakan kerongkongan yang lambat), gastroparesis (pengosongan lambung lambat), refluks esofagus (kembalinya makanan dari lambung ke kerongkongan) dan enteropati (ada permasalah fungsional di usus halus dan usus besar). Masalah-masalah saluran cerna tersebut dapat menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan angka kesakitan secara signifikan. Disfungsi (tidak berfungsi secara normal) persarafan otonom akibat dari penurunan insulin-growth factor Idapat menyebabkan kerusakan otot polos dan disfungsi saluran cerna berupa tidak normalnya fungsi motorik dan hipersensitivitas* organ perut. Mekanisme lain dari disfungsi saraf otonom adalah penurunan sintesis oksida Nitrit saraf, stress oksidatif, dan ketidakseimbangan neuropeptida enterik.

*Hipersensitivitas adalah reaksi berlebihan, tidak diinginkan karena terlalu sensitifnya respon imun (merusak, menghasilkan ketidaknyamanan, dan terkadang berakibat fatal) yang dihasilkan oleh sistem imun.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*