Penulis: dr. Kaka Renaldi, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Apa itu Disfagia?
Disfagia merupakan istilah medis untuk keadaan sulit menelan. Keluhan yang dirasakan bisa dari kesulitan untuk memulai menelan atau makanan yang tidak masuk secara lancar. Keluhan ini sedikit berbeda dengan odynophagia yang berarti nyeri saat menelan atau sensasi globus yaitu perasaan adanya benda di kerongkongan tetapi tidak menyebabkan gangguan menelan. Berbagai keadaan bisa menyebabkan terjadinya disfagia sehingga penting untuk memeriksakan diri bila mengalami keluhan ini.
Bagaimana Proses Menelan yang Normal?
Menenelan merupakan masuknya makanan atau minuman melalui kerongkongan menuju lambung. Menelan merupakan proses kompleks yang melibatkan berbagai saraf dan otot. Proses menelan dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
- Pada tahap pertama, fase oral, makanan masuk ke mulut lalu dikunyah dan dicampur oleh saliva (air liur)
- Pada tahap kedua, fase faring, makanan akan didorong ke kerongkongan sementara pita suara akan ditutup untuk mencegah makanan masuk ke paru-paru
- Pada tahap ketiga, makanan melalui kerongkongan dan masuk ke lambung. Makanan didorong ke lambung melalui gerakan peristaltik oleh otot di kerongkongan.
Apa Saja Penyebab Disfagia?
Pada penyakit disfagia, terjadi gangguan pada rangkaian proses menelan. Secara umum, gangguan yang menyebabkan disfagia, yaitu:
- Gangguan pada saraf dan otot menelan, koordinasi antar otot akan terganggu sehingga gerakan mengunyah, gerakan lidah, dan peristaltik tidak bisa mendorong makanan dengan efektif. Gangguan saraf juga bisa menyebabkan berkurangnya fungsi sensor makanan pada mulut yang berfungsi memulai proses menelan. Penyakit yang menyebabkan gangguan ini seperti:
- Stroke
- Penyakit saraf, seperti multiple sclerosis, muscular dysthrophy, Parkinson, serta tumor pada otak
- Scleroderma, yang menyebabkan bagian bawah kerongkongan menjadi sempit
- Achalasia, merupakan keadaan dimana kerongkongan menyempit akibat kerja otot di kerongkongan yang berlebih
- Infeksi tetanus, polio, dan rabies
- Gangguan struktur pada saluran cerna. Apabila terdapat massa/benda yang menyumbat saluran dari mulut hingga kerongkongan akan menyebabkan makanan sulit untuk masuk. Selain benda/massa, kerongkonan bisa mengalami penyempitan bila terjadi kerusakan yang menyebabkan makanan sulit untuk masuk. Penyakit yang menyebabkan gangguan ini seperti:
- GERD (Gastroesophageal reflux disease), yaitu keluarnya asam lambung dan merusak jaringan kerongkongan sehingga menyempit
- Massa tumor yang menekan saluran cerna
- Striktur esofagus, yaitu penyempitan pada kerongkongan
- Divertikula, yaitu timbulnya kantung-kantung di dinding saluran cerna.
Disfagia pada bagian mulut dan faring (disfagia orofaring) kebanyakan disebabkan gangguan otot dan saraf, sementara disfagia kerongkongan (disfagia esofagus) kebanyakan disebabkan oleh gangguan struktur.
Bagaimana Gejala Disfagia?
Gejala yang dirasakan berupa kesulitan saat memulai atau dalam proses menelan. Keluhan bisa dirasakan pada makanan dengan konsistensi (padat, cair atau keduanya) atau ukuran/jumlah tertentu. Keluhan lainnya yang dapat dirasakan juga seperti:
- Kesulitan mendorong makanan
- Muncul batuk atau rasa tercekik saat menelan
- Perubahan suara menjadi sengau atau serak
- Rasa makanan tertinggal pada kerongkongan, leher, ataupun dada
- Keluar air liur berlebih
- Muntah
Apa yang Bisa Dilakukan?
Beberapa hal bisa dilakukan untuk membuat proses menelan lebih mudah dan aman, seperti:
- Duduk tegak dan membengkokan kepala kedepan saat makan
- Tetap tegak sampai 15-20 menit setelah makan
- Tidak berbicara saat makan
- Makan perlahan
- Memotong makanan kecil-kecil dan kunyah sampai makanan lumat
- Membuat konsistensi makanan lebih halus
- Membantu menelan dengan menelan ludah atau minum air
Apabila disfagia terjadi terus menerus dan disertai gejala-gejala lain yang tidak membaik sebaiknya segera menemui dokter. Apabila tidak ditangani, disfagia bisa menyebabkan komplikasi, seperti malnutrisi dan dehidrasi akibat tidak bisa makan dan minum, serta infeksi pada paru-paru atau tercekik akibat makanan yang salah masuk ke saluran pernapasan.
Pemeriksaan Apa yang Akan Dokter Lakukan?
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk mencari tahu penyebab dari disfagia. Pemeriksaan penunjang yang mungkin dokter lakukan seperti:
- Pemeriksaan rontgen dengan kontras Barium untuk melihat bentuk saluran cerna
- Fluoroskopi untuk menilai fungsi menelan pasien
- Endoskopi untuk melihat dengan langsung bentuk dari saluran cerna. Bisa juga dilakuan utnuk melihat gerakan saat terjadi proses menelan
- Manometri untuk melihat tekanan pada saluran cerna akibat kerja otot
- Pemeriksaan pencitraan dengan CT-Scan, MRI, dan rontgen untuk melihat bentuk saluran cerna
Apa Terapi dan Penanganan yang Akan Diberikan Dokter?
Terapi disfagia dilakukan berdasarkan penyebabnya. Tujuan utama terapi disfagia adalah menjaga asupan makan dan menghindari masuknya makanan ke paru-paru selain menangani penyakit yang mendasarinya. Penanganan tersebut berbentuk:
- Merubah konsistensi dan jenis makanan
- Melakukan gerakan tertentu dan terapi menelan agar mempermudah masuknya makanan
- Pemasangan selang makan. Pemasangan selang makan bertujuan agar nutrisi tetap terjaga. Pemasangan selang ini bisa dilakukan melalui mulut/hidung (Naso/oro-gastric tube) atau langsung menuju lambung tanpa melewati kerongkongan (Percutaneous Endoscopic Gastrostomy)
- Terapi obat. Beberapa obat bisa diberikan pada penyebab tertentu.
- Obat untuk asam lambung seperti Ranitidin atau Omeprazole diberikan pada penyempitan aibat luka esofagus karena asam lambung pada penyakit GERD
- Toksin Botulinum bisa diberikan untuk mengurangi kaku pada kerongkongan
- Obat seperti Diltiazem, Nitrat, dan Amlodipin bisa mengurangi gangguan otot di kerongkongan
- Penanganan menggunakan endoskopi. Melalui endoskopi bisa dilakukan pelebaran kerongkongan dengan balon atau stent
- Operasi. Operasi bisa dilakukan untuk melebarkan kerongkongan, membuang bagian kerongkongan yang terkena penyakit, atau membuat jalur lain untuk makan tanpa melewati kerongkongan.
Referensi:
Malgelada et al. Dysphagia Global Guidelines & Cascades. World Gastroenterology Organisation Global Guidelines.2014
Devault KR. Symptoms of Esophageal Disease.in: M. H., Feldman, M., Friedman, L. S., & Brandt, L. J. Sleisenger and Fordtran’s gastrointestinal and liver disease: Pathophysiology, diagnosis, management. 10th ed.Philadelphia: Saunders/Elsevier:2015
Jalil AAA, Katzka DA, Castell DO. Approach to the Patient with Dysphagia.The American Journal of Medicine (2015) 128, 1138.e17-1138.e23
National Institute of Health. Dysphagia[homepage on the internet.(accessed:2018 des 3;2017 march 6). available from: https://www.nidcd.nih.gov/health/dysphagia
Gyawali CP. Dysphagia[homepage on the internet].(accessed:2018 des 3;2010 Nov). avaliable from:http://patients.gi.org/topics/dysphagia/#tabs2
Mayo Clinic. Dysphagia[homepage on the internet].(accessed:2018 des 3;2018 Feb 3). available from:https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dysphagia/symptoms-causes/syc-20372028
Blahd W. Swallowing Problems[homepage on the internet].(accessed:2018 des 3;2016 Des 5). available from:https://www.webmd.com/digestive-disorders/swallowing-problems#1
National Health Services. Dysphagia(Swallowing Problem){homepage on the internet].(accessed 2018 des 3;2018 jan 19). available from:https://www.nhs.uk/conditions/swallowing-problems-dysphagia/
Leave a Reply