Penulis: dr. Saskia Aziza Nursyirwan, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Hobi jajan merupakan hal yang sangat umum dilakukan oleh banyak orang, terutama pada daerah dengan beragam macam makanan atau minuman yang dijual dan mudah ditemui. Namun, jajan sembarangan tanpa memperhatikan kualitas dan kebersihan makanan atau minuman dapat berpotensi membawa risiko kesehatan yang serius. Makanan dan minuman yang dijual di pinggir jalan kadang-kadang tidak diolah, dimasak, atau disimpan dengan benar. Hal ini jelas meningkatkan risiko munculnya penyakit saluran cerna seperti disentri, konstipasi, atau diare.
Tanda dan gejala
Disentri adalah penyakit saluran pencernaan yang seringkali terjadi karena infeksi bakteri, virus, atau parasit yang tertular melalui makanan. Disentri merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia. Keluhan utama yang dialami oleh penderita disentri umumnya adalah buang air besar cair dalam frekuensi yang berulang (diare) yang disertai lendir dan darah.
Gejala yang dialami oleh penderita disentri bervariasi dan dapat berubah-ubah dalam perjalanannya. Gejala paling umum yang dialami adalah diare berdarah disertai dengan lendir. Selain itu keluhan pencernaan lain seperti mual, muntah, dan penurunan nafsu makan juga dapat dialami. Pada beberapa kasus yang cukup berat, disentri bahkan dapat menyebabkan munculnya kram pada perut.
Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, disentri terbagi menjadi dua jenis yaitu disentri basiler (disebabkan oleh bakteri Shigella, Salmonella, E. coli) dan disentri amoeba (disebabkan oleh Entamoeba histolytica). Pemicu utama dari disentri adalah konsumsi air atau makanan yang terkontaminasi oleh bakteri atau parasit tersebut.
Salah satu faktor risiko utama untuk disentri adalah konsumsi makanan dan minuman yang tidak higienis yang berpotensi menjadi agen penularan ke tubuh manusia. Selain itu, sanitasi yang buruk, terutama di daerah dengan akses terbatas terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai. Hal ini membuat disentri menjadi lebih umum terjadi di negara-negara berkembang.
Diagnosis
Penegakkan diagnosis disentri melibatkan pemeriksaan tinja untuk mengidentifikasi bakteri atau parasit penyebabnya. Selain itu, pemeriksaan sampel darah juga dilakukan untuk memeriksa penanda infeksi lainnya. Pada kasus dicurigai adanya abses pada liver, dapat juga dilakukan pemeriksaan ultrasonografi perut.
Komplikasi
Penyakit disentri dapat menimbulkan beberapa komplikasi serius, terutama pada anak-anak, individu lanjut usia, atau individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat dari disentri antara lain:
- Dehidrasi
Dehidrasi akibat kehilangan cairan melalui diare yang berat merupakan komplikasi yang paling umum terjadi. Pada bayi, anak-anak, dan individu lanjut usia, komplikasi ini dapat berpotensi mengancam jiwa.
- Abses hati
Pada beberapa kasus, disentri amuba dapat menyebabkan abses atau terakumulasinya nanah di dalam hati (liver)
- Sindrom uremik hemolitik
Komplikasi ini merupakan salah satu komplikasi yang jarang terjadi, namun dapat berdampak serius karena terjadi suatu peradangan dan kerusakan pada pembuluh darah di dalam ginjal.
Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan utama pada disentri dilakukan dengan mencegah dehidrasi akibat cairan tubuh yang terbuang. Oleh karena itu, tatalaksana utama disentri melibatkan rehidrasi untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. Selain itu, antibiotik dapat diberikan jika disentri disebabkan oleh infeksi bakteri. Meskipun disentri dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan, kebanyakan kasus disentri dapat sembuh dengan baik dengan perawatan yang tepat
Pencegahan disentri melibatkan praktik hygiene yang baik, termasuk mencuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir, memasak makanan hingga matang sempurna, dan mengonsumsi air yang telah dimasak dengan baik.
Referensi
da Cruz Gouveia MA, Lins MTC, da Silva GAP. Acute diarrhea with blood: diagnosis and drug treatment. J Pediatr (Rio J). 2020 Mar-Apr;96 Suppl 1(Suppl 1):20-28. doi: 10.1016/j.jped.2019.08.006. Epub 2019 Oct 8. PMID: 31604059; PMCID: PMC9432323.
Pakbin B, Brück WM, Brück TB. Molecular Mechanisms of Shigella Pathogenesis; Recent Advances. Int J Mol Sci. 2023 Jan 26;24(3):2448. doi: 10.3390/ijms24032448. PMID: 36768771; PMCID: PMC9917014.
Kotloff KL, Riddle MS, Platts-Mills JA, Pavlinac P, Zaidi AKM. Shigellosis. Lancet. 2018 Feb 24;391(10122):801-812. doi: 10.1016/S0140-6736(17)33296-8. Epub 2017 Dec 16. PMID: 29254859.
Leave a Reply