Penulis: dr. Muhammad Firhat Idrus, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Tindakan pembedahan terbuka atau konvensional sudah lama kita kenal dalam dunia kedokteran, dimana dokter memerlukan irisan atau sayatan yang lebar pada lokasi yang akan dibedah. Teknologi di bidang medis semakin berkembang dan canggih sehingga pasien bisa memperoleh tindakan yang lebih nyaman dan baik. Artikel ini akan memperkenalkan dan menjelaskan lebih lanjut mengenai tindakan laparoskopi, yaitu tindakan pembedahan yang menggunakan teknologi canggih dan memiliki keunggulan dibandingkan bedah konvensional.
Laparoskopi merupakan suatu tindakan bedah invasif yang minimal karena dokter tidak melakukan sayatan yang besar seperti pada tindakan bedah konvensional. Selain untuk pembedahan, tindakan ini juga dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu penyakit di area perut dan panggul dengan melihat organ dalam atau mengambil sampel jaringan (biopsi). Laparoskopi dikerjakan oleh dokter yang berpengalaman dan memiliki pelatihan khusus.
Laparoskopi atau disebut juga sebagai bedah teropong adalah suatu tindakan pembedahan dengan menggunakan teropong berkamera yang dimasukkan ke dalam perut melalui sayatan kecil di kulit, dimana gambar yang didapat dari kamera tersebut dapat dilihat oleh dokter dari layar monitor. Laparoskopi paling sering digunakan dalam bidang ginekologi (sistem reproduksi pada wanita), gastroenterologi (sistem pencernaan), dan urologi (sistem saluran kemih).
Apa saja keunggulan tindakan laparoskopi?
Laparoskopi memiliki banyak keunggulan bila dibandingkan dengan bedah konvensional. Pada tindakan laparoskopi, sayatan yang dilakukan sangat kecil sehingga luka bekas operasi hampir tidak terlihat sehingga mengurangi munculnya jaringan parut atau scar yang terbentuk setelah operasi. Selain itu, luka operasi yang ditimbulkan lebih kecil dimana kerusakan jaringan dan otot lebih sedikit sehingga rasa nyeri yang timbul dan perdarahan juga minimal. Setelah tindakan laparoskopi, waktu pemulihan pada pasien dapat terjadi lebih cepat sehingga waktu perawatan di rumah sakit pun akan lebih singkat.
Bagaimana tindakan laparoskopi dikerjakan?
Laparoskopi dilakukan dengan anestesi umum, sehingga pasien akan tertidur dan tidak merasakan sakit selama prosedur berlangsung. Sebelum tindakan, dokter akan berdiskusi dengan pasien mengenai prosedur yang akan dijalankan, keunggulan tindakan laparoskopi, dan komplikasi apa yang mungkin terjadi. Penting bagi pasien untuk memberi tahu riwayat alergi dan penyakit yang dideritanya, sebab terdapat kondisi khusus yang perlu dinilai dan dipertimbangkan oleh dokter untuk kelayakan pasien menjalani tindakan laparoskopi. Riwayat obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien juga penting untuk disampaikan agar dokter dapat menyarankan jenis obat apa saja yang perlu dihentikan sementara dan apa yang dilanjutkan. Dokter akan melakukan penilaian kondisi dan fisik pasien, meminta pemeriksaan laboratorium darah, elektrokardiogram, rontgen dada, atau pemeriksaan pencitraan lainnya yang dibutuhkan.
Pada saat hari tindakan, dokter anastesi akan memastikan bahwa pasien sudah dalam kondisi ter’tidur’ dan dokter yang melakukan pembedahan dapat memulai tindakan laparoskopi. Dokter akan membuat satu atau lebih sayatan kecil pada perut pasien dengan ukuran masing-masing sekitar 1-1.5 cm. Sayatan kecil ini dibuat untuk memungkinkan dokter memasukkan alat laparoskopi, alat bedah kecil, dan tabung yang digunakan untuk memompa gas ke dalam perut guna memudahkan dokter melihat kondisi organ dalam dan melakukan tindakan.
Setelah pemeriksaan, pengambilan sampel, atau tindakan bedah selesai, gas akan dikeluarkan dari perut pasien, alat laparoskopi dan bedah dikeluarkan, dan sayatan akan ditutup. Selanjutnya, pasien akan dipindahkan dari ruang operasi dan dilakukan observasi paska tindakan.
Komplikasi apa yang dapat terjadi?
Laparoskopi merupakan prosedur yang umum dilakukan dan jarang terjadi komplikasi yang serius. Komplikasi minor yang dapat terjadi adalah infeksi paska tindakan, perdarahan ringan atau memar, serta nyeri pada sekitar sayatan, mual, muntah, dan perut terasa kembung. Komplikasi serius dari tindakan ini antara lain reaksi alergi berat terhadap obat anastesi, kerusakan pembuluh darah, kerusakan pada organ, dan emboli paru.
Apa yang perlu diperhatikan setelah menjalani laparoskopi?
Setelah tindakan laparoskopi, pasien akan diobservasi terlebih dahulu dan dokter akan mengizinkan pulang jika kondisi pasien baik dan stabil. Selama proses pemulihan, pasien diperbolehkan untuk beraktivitas ringan. Dokter akan menentukan jadwal kontrol untuk menilai dan mengevaluasi kondisi pasien.
Penting untuk diperhatikan, jika pasien mengalami demam, mual dan muntah yang terus menerus, adanya rasa nyeri yang berat, dan keluar cairan berbau pada area sayatan paska tindakan, maka segera bawa pasien ke dokter untuk tatalaksana dan evaluasi lebih lanjut.
Laparoskopi merupakan tindakan medis yang modern dan memiliki banyak keunggulan termasuk mempercepat masa pemulihan dan penurunan rasa nyeri, sehingga pasien merasa lebih nyaman dan bisa segera kembali beraktivitas setelah tindakan.
Referensi
American Cancer Society. Laparoscopy. American Cancer Society website. https://www.cancer.org/cancer/diagnosis-staging/tests/endoscopy/laparoscopy.html. Updated January 14, 2019.
Pryor A and Bates AT. Abdominal access techniques used in laparoscopic surgery. UpToDate website.https://www.uptodate.com/contents/abdominal-access-techniques-used-in-laparoscopic-surgery. Updated August 25, 2023.
Pryor A, Mann WJ, and Bates AT. Complications of laparoscopic surgery. UpToDate website. https://www.uptodate.com/contents/complications-of-laparoscopic-surgery. Updated June 14, 2023.
Leave a Reply