Penulis: dr. Virly Nanda Muzellina, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
.
Gastroenteritis adalah suatu gangguan pada sistem saluran pencernaan yang sering terjadi. Gastroenteritis umumnya dikenal oleh masyarakat sebagai “flu perut”. Istilah “gastroenteritis” sendiri berasal dari kata Yunani gastron yang berarti “perut,” dan enteron yang berarti “usus kecil.” Jadi kata “gastroenteritis” berarti “peradangan pada lambung dan usus kecil.” Secara medis, gastroenteritis didefinisikan sebagai penyakit diare, ditandai dengan peningkatan frekuensi buang air besar dengan atau tanpa muntah, demam, dan nyeri perut. Peningkatan frekuensi buang air besar sendiri didefinisikan sebagai tiga atau lebih buang air besar cair atau encer dalam 24 jam atau setidaknya 200 gram tinja per hari, dapat/ tanpa disertai lendir dan darah.
Gastroenteritis diklasifikasikan dalam berbagai cara, tetapi berdasarkan durasi gejala, dapat digambarkan sebagai akut, persisten, kronis, atau berulang. Akut bila durasi berlangsung 14 hari atau kurang dari 14 hari; persisten bila durasi berlangsung lebih dari 14 tetapi kurang dari 30 hari; dan kronis bila durasi lebih dari 30 hari, serta berulang bila diare yang kembali setelah 7 hari tanpa diare.
Apa yang menyebabkan gastroenteritis?
Terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai faktor, umumnya adalah karena infeksi mikoorganisme seperti infeksi bakteri, virus, atau parasit. Penyebab yang paling umum adalah infeksi virus seperti rotavirus. Namun, infeksi bakteri seperti Salmonella, Escherichia coli, Shigella, dan Vibrio cholerae juga bisa menjadi salah satu penyebabnya. Terjadi infeksi mikroorganisme tersebut umumnya melalui konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, kontak dengan individu yang sudah lebih dahulu terinfeksi, atau kurangnya menjaga kebersihan diri.
Baca juga: Penting! Bakteri-bakteri Ini Sering Menginfeksi Saluran Cerna
Apa saja gejala gastroenteritis?
Gejala gastroenteritis yang muncul pada pasien dapat beragam dan biasanya akan mempengaruhi kinerja dari sistem pencernaan. Gejalanya antara lain frekuensi buang air besar yang meningkat (diare), mual, muntah, perut kembung, keram perut, dan disertai dengan demam atau meriang. Gejala-gejala tersebut tentu akan mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama selama periode infeksi masih berlangsung. Gejala yang muncul tersebut juga dapat beragam, tergantung dari seberapa hebat infeksi yang terjadi dan dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh masing-masing individu.
Gejala yang muncul dari gastroenteritis sendiri pada umumnya ringan dan dapat membaik dalam beberapa hari dengan istirahat, hidrasi atau mencukupi kebutuhan cairan tubuh, dan perawatan suportif lainnya. Namun, salah satu komplikasi dari gastroenteritis yang dapat muncul adalah dehidrasi hingga pada kasus-kasus tertentu dapat terjadi kondisi syok karena kekurangan cairan tubuh. Komplikasi ini tidak selalu terjadi, tetapi lebih sering pada kelompok anak-anak dan orang tua dengan lanjut usia. Kondisi dehidrasi tersebut memerlukan perhatian khusus untuk mencegah terjadinya kondisi syok yang lebih buruk seperti yang sudah disebutkan.
Baca juga: Pentingnya Konsumsi Air Putih Untuk Pencegahan Dehidrasi
Bagaimana cara mendiagnosisnya?
Penegakkan diagnosis gastroenteritis dapat dilakukan berdasarkan wawancara kepada pasien serta dengan melakukan pemeriksaan fisik. Namun dalam beberapa kondisi tertentu, diperlukan adanya pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah dan pemeriksaan sampel tinja untuk menentukan penyebab pasti terjadinya gastroenteritis dengan tujuan agar pemberian terapi obat- obatan kepada pasien menjadi lebih tepat dan efisien.
Bagaimana penatalaksanaan dan pengobatan gastroenteritis?
Pengobatan gastroenteritis biasanya berfokus pada meredakan gejala yang timbul, serta mencegah terjadinya dehidrasi. Untuk itu dalam beberapa kasus dapat diberikan obat-obatan untuk mengurangi gejala diare, mual, serta muntah, dan dalam beberapa kasus dapat diberikan antibiotik jika dipastikan bahwa penyebab terjadinya gejala adalah infeksi bakteri. Untuk pencegahan dehidrasi, hal ini dapat dilakukan dengan cara rehidrasi untuk menggantikan cairan yang hilang akibat diare dan muntah. Pasien gastroenteritis yang tidak dehidrasi dianjurkan untuk asupan cairan dengan adekuat, minum ringan, sari buah, ataupun sup, sedangkan pasien gastroenteritis dengan dehidrasi dianjurkan untuk rehidrasi dengan minum cairan isotonik yang merupakan campuran garam elektrolit seperti Oralit yang diberikan segera bila diare hingga diare berhenti. Walaupun air putih sangat penting dalam mencegah dehidrasi, tetapi air putih tidak mengandung garam elektrolit yang dibutuhkan dala mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Pada kondisi dehidrasi sedang-berat, diperlukan pemberian infus cairan secara intravena.
Pada umumnya, kasus gastroenteritis dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari tanpa diberikan obat-obatan. Namun, pada kasus dengan gejala yang berat, pengobatan diperlukan untuk mencegah perburukan pada pasien, serta pengobatan difokuskan untuk menjaga pasien tetap terhidrasi dan dapat beraktivitas dengan baik. Mengenali tanda bahaya pada gastroenteritis seperti tanda dehidrasi, diare kronis, terjadi penurunan berat badan, demam, hingga adanya darah pada tinja sangatlah penting. Jika terdapat tanda bahaya, segera bawa pasien ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Rawat inap menjadi indikasi apabila pasien gastroenteritis mengalami dehidrasi sedang-berat, muntah terus-menerus, diare memberat dalam 48 jam, usia lanjut, pasien dengan penurunan sistem imun, diare akut dengan komplikasi.
Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah gastroenteritis?
Salah satu aspek penting dalam pencegahan gastroenteritis adalah menjaga kebersihan diri, terutama mencuci tangan dengan benar dan secara teratur. Selain itu, makanan yang aman dan terjaga higienitasnya juga berperan penting dalam mencegah infeksi. Tidak lupa bahwa kebersihan lingkungan sekitar juga harus selalu dijaga untuk mengurangi resiko terkena infeksi. Pada anak-anak, vaksinasi terutama rotavirus dapat membantu melindungi dari jenis gastroenteritis akibat infeksi virus.
Meskipun gastroenteritis umumnya bukan suatu kondisi medis yang serius, kondisi ini dapat berisiko bagi anak-anak, orang tua lanjut usia, atau individu dengan sistem kekebalan yang lemah karena dapat menimbulkan komplikasi yang serius. Oleh karena itu, penerapan gaya hidup sehat, serta pencegahan terjadinya infeksi adalah hal yang penting untuk dilakukan.
Referensi
Elliott EJ. Acute gastroenteritis in children. BMJ. 2007 Jan 6;334(7583):35-40.
Fajfr M, Neubauerová V, Fajfrová J. Virové gastroenteritidy [Viral gastroenteritis]. Klin Mikrobiol Infekc Lek. 2012 Feb;18(1):11-6.
Leung AK, Kellner JD, Davies HD. Rotavirus gastroenteritis. Adv Ther. 2005 Sep- Oct;22(5):476-87.
Makmun D dkk. 2009. Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut pada Dewasa di Indonesia. PGI
Simadibrata M dkk. 2023. Diare Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Sattar SB et al. 2023. Bacterial Gastroenteritis. StatPearls
Stuempfig ND et al. 2023. Viral Gastroenteritis. StatPearls
Leave a Reply