Apa saja perubahan yang terjadi pada tubuh ketika diare?
Pemeriksaan awal pada pasien diare dilakukan dengan melihat tanda vital, yaitu tekanan darah yang menurun, denyut nadi yang meningkat dengan teraba lemah lebih dari biasanya, dan peningkatan suhu badan. Dilakukan juga pemeriksaan pada bagian perut dengan mendengar pergerakan dari usus serta pembesaran area perut. Pemeriksaan nyeri pada area perut juga perlu dilakukan dengan seksama untuk melihat adanya peradangan pada organ dalam perut.
Pergerakan usus yang cepat berdampak pada memendeknya waktu yang dibutuhkan oleh asupan makanan dan minuman melewati usus sehingga penyerapan cairan akan berkurang dan keluar bersamaan dengan buang air besar. Hal ini lah yang menyebabkan buang air besar menjadi lebih cair. Selain itu, peradangan pada saluran cerna terutama usus akan mengakibatkan fungsi penyerapan terganggu sehingga penyerapan cairan tidak terjadi sepenuhnya. Peradangan dapat menghasilkan lendir ataupun perdarahan pada permukaan usus sehingga menghasilkan buang air besar yang cair dengan bercampur adanya lendir dan darah.
Oleh karena itu, informasi yang jelas dan lengkap dari penderita diare ditambah dengan pemeriksaan yang menyeluruh dan teliti oleh dokter akan membantu penanganan diare dengan baik, mengurangi ancaman kekurangan cairan dan menemukan sumber diare dengan tepat dan akurat.
.
Kapan diperlukan pemeriksaan lanjutan ketika terjadi diare?
Pada diare yang menetap beberapa hari, terkadang diperlukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menemukan penyebabnya. Pemeriksaan tinja dapat melihat apakah terdapat bakteri, parasit, atau telur cacing sebagai penyebab infeksi. Pemeriksaan darah putih (leukosit) dapat menunjukkan adanya infeksi. Pengukuran kadar garam didalam tubuh dan fungsi ginjal dapat dilakukan untuk menilai ada tidaknya dehidrasi. Apabila buang air besar disertai dengan adanya darah dapat dipertimbangkan untuk dilakukan kolonoskopi untuk melihat sumber infeksi atau adanya suatu keganasan.
Ketika diare berlanjut selama lebih dari 7 hari maka terkadang diperlukan kultur dari tinja untuk menilai risiko penyebaran infeksi penyakit. Terutama pasien dengan sakit berat dan adanya tanda disentri seperti nyeri perut atau buang air besar disertai lendir dan darah.
.
Baca juga: Diet BRAT: Diet Saat Mengalami Gangguan Saluran Pencernaan
Punya keluhan sakit maag/ lambung/ GERD?
Isi survei kami di bit.ly/surveiherbalYGI
.
Bagaimana penanganan kasus diare?
Penanganan pada pasien diare yang utama adalah memastikan asupan cairan yang cukup. Pasien diare tidak dianjurkan berpuasa kecuali dalam keadan muntah hebat. Asupan cairan yang dianjurkan yaitu seperti sari buah, teh, minuman tidak bergas, makanan yang mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Cairan dengan garam, biskuit dengan garam, dan minuman olahraga dapat membantu pada keadaan diare akut. Susu sapi harus dihindari karena akan memperberat diare apabila disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan beralkohol perlu dihindari karena akan meningkatkan gerak usus yang memperberat diare.
Pemberian probiotik pada pasien diare akut saat ini kurang dianjurkan, kecuali pada pasien dengan kondisi diare yang berhubungan dengan riwayat konsumsi antibiotik. Terapi pemberian cairan melalui mulut (rehidrasi oral) yang mengandung garam penting diberikan untuk mengganti cairan yang keluar melalui diare. Selain itu, penanganan ini memberikan efektivitas biaya dengan hasil yang baik dalam menurunkan angka perawatan di rumah sakit.
Beberapa obat anti diare yang biasa digunakan diantaranya golongan opioid yaitu Loperamide. Loperamide mempunyai efek samping minimal dan tidak menimbulkan ketergantungan (adiksi) dengan cara kerja menghambat gerak usus. Namun penggunaan Loperamide pada kasus disentri dapat memperlama penyembuhan penyakit bila tidak disertai antibiotik. Selain itu, obat yang bersifat mengeraskan tinja seperti Attapulgite dapat diberikan sebanyak dua tablet empat kali sehari ketika diare hingga berhenti. Infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri yang ringan dan tidak menyerang jaringan usus dapat sembuh dengan sendirinya. Namun pada infeksi bakteri berat perlu diberikan antibiotik.
Pencegahan diare akut penting dipahami, terkadang diperlukan konsultasi dengan dokter pada pasien dengan risiko tinggi komplikasi. Orang yang akan melakukan perjalanan ke wilayah yang memiliki risiko tinggi infeksi diare perlu melakukan konsultasi dan evaluasi mengenai makanan dan minuman yang akan dikonsumsi. Menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan atau sanitizers yang mengandung alkohol akan membantu menurunkan angka diare akut terutama ketika dalam perjalanan.
.
Diare merupakan penyakit yang sering ditemukan. Namun dapat kita perhatikan bahwa banyak sekali penyebab diare dan dampak yang dapat ditimbulkan. Oleh karena itu perlu pemahaman mengenai diare agar setiap penderita dapat memberikan informasi dengan baik kepada dokter mengenai diare yang dialami. Selain itu, perlu dipahami bahwa penanganan utama dan awal pada pasien diare adalah asupan cairan yang cukup.
.
Referensi
Kasper, et al. 2015. Harrison Principle of Internal Medicing 19th Edition: McGraw Hill
Simadibrata, Marcellus. Daldiyono. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid 1. Jakarta: Interna Publishing
2016. Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktis Klinis. Jakarta: Interna Publishing
2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Mark, S Riddle. 2016. ACG Clinical Guideline Diagnosis Treament & Prevention of Acute Diarrhea Infection. American Journal of Gasteroenterology
Farthing, M. 2012. Acute Diarrhea In Adults and Children in Global Prespective. World Gasteroenterolgy Organization
Leave a Reply