Kenali Batu Empedu: Penyebab, Gejala, dan Kapan Harus ke Dokter

Penulis: dr. Amanda Pitarini Utari, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

 

Batu empedu adalah suatu endapan keras yang terbentuk di dalam kantong empedu akibat ketidakseimbangan komponen penyusun cairan empedu, seperti kolesterol, bilirubin, dan garam empedu. Batu empedu ini awalnya hanya berukuran kecil seperti butiran pasir, namun dalam kondisi yang tidak tertangani dengan baik, batu empedu ini dapat membesar hingga seukuran bola pingpong. Meskipun beberapa kasus batu empedu tidak menimbulkan gejala, namun kondisi terbentuknya batu empedu ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius jika batu menyumbat saluran empedu.

  1. Penyebab terbentuknya batu empedu

    Penyebab utama terbentuknya batu empedu antara lain kelebihan kolesterol dalam tubuh, kelebihan kadar bilirubin akibat gangguan hati atau adanya pemecahan sel darah yang berlebih, serta dapat juga disebabkan adanya gangguan pengosongan kantong empedu yang menyebabkan empedu mengendap dan membentuk kristal di dalam kantong empedu. Faktor risiko lainnya termasuk obesitas, pola makan tinggi lemak, diabetes, serta penggunaan obat-obatan tertentu seperti kontrasepsi oral yang meningkatkan kadar lemak dalam tubuh.

  2. Gejala batu empedu

    Pada umumnya, orang tidak menyadari bahwa mereka memiliki batu empedu hingga batu tersebut menyumbat saluran empedu dan menimbulkan gejala. Gejala khas yang sering muncul adalah nyeri hebat di perut bagian kanan atas atau di bawah tulang rusuk yang dapat menjalar ke punggung atau bahu kanan. Rasa nyeri ini biasanya terjadi setelah mengonsumsi makanan berlemak dan dapat berlangsung beberapa menit hingga beberapa jam. Nyeri biasanya dirasakan hilang timbul dengan karakter nyeri yang tajam. Gejala juga dapat disertai dengan demam pada beberapa kasus dengan disertai infeksi.
    Selain nyeri, batu empedu juga dapat menyebabkan gejala pencernaan seperti mual, muntah, perut kembung, serta gangguan pencernaan lainnya seperti sulit mencerna makanan berlemak. Jika batu empedu menyumbat saluran empedu dalam waktu lama, dapat terjadi peradangan kantong empedu yang ditandai dengan demam, nyeri perut yang semakin berat, serta kulit dan mata yang menguning.

  1. Pemeriksaan untuk mendeteksi batu empedu

    Adanya gejala seperti yang disebutkan sebelumnya, atau adanya gejala-gejala seperti nyeri perut hebat yang tidak kunjung reda, demam tinggi, muntah berulang, serta kulit atau mata yang menguning adalah tanda bahwa batu empedu mungkin sudah menyebabkan komplikasi serius dan memerlukan penanganan medis segera. Dalam hal ini sudah perlu dilakukan tindakan pemeriksaan atau diagnostik. Diagnosis batu empedu biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan pencitraan seperti USG abdomen atau CT scan abdomen. Selain itu, pemeriksaan laboratorium seperti tes darah lengkap, fungsi hati, dan marker infeksi biasanya juga dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi atau penyumbatan saluran empedu.

    Baca selengkapnya: ERCP: Teknik Mutakhir untuk Diagnosis hingga Pengangkatan Batu Saluran Empedu

  1. Pengobatan batu empedu

    Penanganan batu empedu bergantung pada gejala yang muncul, serta ukuran, jumlah, dan lokasi dari batu empedu. Jika batu empedu tidak menimbulkan gejala yang mengganggu pada pasien, maka biasanya tidak perlu tindakan medis khusus seperti operasi untuk tata laksananya. Namun, jika batu empedu sudah menyebabkan nyeri atau komplikasi diperlukan tata laksana medis yang meliputi pemberian obat, tindakan endoskopi hingga tindakan operasi seperti kolesistektomi (pengangkatan kantong empedu).

  1. Pencegahan batu empedu

    Pencegahan batu empedu dapat dilakukan dengan menjaga pola makan sehat, mengurangi konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol, serta memperbanyak asupan serat dari buah dan sayur. Mengonsumsi air putih teratur juga merupakan salah satu upaya pencegahan pembentukan batu empedu. Menjaga berat badan ideal dengan pola hidup aktif juga dapat membantu mengurangi risiko pembentukan batu empedu, terutama bagi individu dengan faktor risiko tinggi.

 

Jika seseorang mengalami gejala serupa dengan gejala yang disebutkan di atas atau memiliki faktor risiko terbentuknya batu empedu, maka pemeriksaan diagnostik segera sebaiknya dilakukan supaya dapat dilakukan penanganan dini untuk mencegah komplikasi yang lebih serius dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan mengenali penyebab, gejala, serta waktu yang tepat untuk berkonsultasi ke dokter, maka kita dapat lebih waspada terhadap penyakit yang dapat timbul akibat batu empedu dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat demi menjaga kesehatan sistem pencernaan.


Referensi:

  1. Lammert F, Gurusamy K, Ko CW, Miquel JF, Méndez-Sánchez N, Portincasa P, van Erpecum KJ, van Laarhoven CJ, Wang DQ. Gallstones. Nat Rev Dis Primers. 2016 Apr 28;2:16024. doi: 10.1038/nrdp.2016.24. PMID: 27121416.
  2. Patel H, Jepsen J. Gallstone Disease: Common Questions and Answers. Am Fam Physician. 2024 Jun;109(6):518-524. PMID: 38905549.
  3. Gutt C, Schläfer S, Lammert F. The Treatment of Gallstone Disease. Dtsch Arztebl Int. 2020 Feb 28;117(9):148-158. doi: 10.3238/arztebl.2020.0148. PMID: 32234195; PMCID: PMC7132079.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*