Berikut beberapa penyakit saluran cerna akibat disfungsi saraf otonom:
1. Dismotilitas dan Refluks Esofagus
Angka kejadian dismotilitas esofagus sekitar 60%. Tidak ada perbedaan antara DM tipe I, tipe II, dan jenis kelamin. Refluks gastro-esofagus (GERD) terjadi pada 41% penderita DM, 66,7% esofagitis erosif (peradangan di esofagus) pada penderita DM dengan neuropati (gangguan saraf), dan sering pula dijumpai esofagitis erosif tanpa gejala. Gejala khas adalah dada terasa panas dan adanya aliran makanan kembali dari lambung ke kerongkongan. Pemantauan pH esofagus dapat menentukan adanya refluks dan dismotilitas, sedangkan pemeriksaan esofagoskopi dapat menentukan adanya esofagitis atau tidak. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki keluhan dismotilitas dan refluks esofagus. Kondisi lain seperti obesitas, hiperglikemia, serta berkurangnya sekresi bikarbonat dari kelenjar air liur (kelenjar parotis) berkontribusi terhadap kejadian refluks dan dismotilitas esofagus pada penderita DM.
Baca juga: Diabetes dan Hubungannya dengan Gangguan Kerongkongan dan Lambung
Berikut tatalaksana yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala:
- Obat prokinetik, yaitu untuk memperbaiki gerakan lambung sehingga akan melancarkan pengosongan lambung. Contohnya adalah metoklopramid
- Obat penghambat pompa proton (PPI), yaitu untuk menurunkan pH asam lambung, mengurangi dan mencegah peradangan di kerongkongan akibat paparan cairan lambung karena klep kerongkongan bawah yang longgar atau terbuka. Contohnya adalah omeprazol, lansoprazol, dan esomeprazol
- Antibiotik eritromisin, yaitu untuk mengurangi waktu transit esofagus dan pengosongan lambung.
Leave a Reply