Hobi Travelling? Yuk Waspadai Traveler’s Diarrhea

Sumber gambar: freepik.com

Penulis: dr. I Ketut Mariadi, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi-Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana – Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar

  .

Dalam era globalisasi, berwisata merupakan sesuatu yang lazim dilakukan di seluruh penjuru dunia. Tercatat lebih dari satu milyar kedatangan internasional pada tahun 2014 di berbagai bandara internasional di dunia dan jumlah ini diperkirakan akan bertambah setiap tahunnya. Bagi pembaca yang suka berwisata, mempersiapkan masalah kesehatan yang mungkin muncul saat bepergian merupakan hal yang tidak kalah penting selain menyiapkan dokumen perjalanan. Salah satu penyakit yang paling sering terjadi adalah diare. Sekitar 20% hingga 50% dari jutaan wisatawan akan mengalami setidaknya satu episode diare, sehingga traveler’s diarrhea menjadi penyakit medis yang paling umum menimpa wisatawan.

   .

Apa itu traveler’s diarrhea?

Traveler’s diarrhea merupakan buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair lebih dari tiga kali sehari dan disertai dengan gejala seperti kram perut, mual, muntah, dan demam yang dialami oleh wisatawan akibat terpapar bakteri atau virus di daerah tujuannya. Negara tujuan merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya traveler’s diarrhea, di mana daerah Afrika, Asia Selatan, dan Timur Tengah merupakan daerah yang paling berisiko. Selain itu, usia muda dan metode traveling backpacker juga meningkatkan risiko terjadinya traveler’s diarrhea.

   .

Apa penyebab traveler’s diarrhea?

Makanan dan minuman yang terkontaminasi menjadi media terbaik tumbuhnya kuman yang dapat menyebabkan traveler’s diarrhea. Beberapa jenis makanan seperti salad, buah yang tidak dicuci, daging dan makanan laut (seafood) mentah atau tidak dimasak dengan baik, produk susu yang tidak diolah dengan baik dan air dari keran merupakan jenis makanan yang meningkatkan risiko wisatawan mengalami diare selama bepergian.

Traveler’s diarrhea bisa diakibatkan oleh bakteri, virus, protozoa dan hanya sebagian kecil karena cacing. Jenis kuman ini sangat tergantung pada negara tujuan wisatawan. Di Amerika Serikat, traveler’s diarrhea lebih banyak disebabkan oleh virus, sementara di negara berkembang lebih banyak diakibatkan oleh bakteri. Organisme terbanyak penyebab traveler’s diarrhea adalah bakteri Escherichia Coli yang mencapai 71% dari semua kasus, khususnya di negara Amerika Selatan, kepulauan Karibia dan Afrika. Sedangkan di beberapa negara seperti Thailand dan India, organisme terbanyak penyebab traveller’s diarrhea adalah bakteri Campylobacter. Protozoa dan parasit seperti Entamoeba histolytica lebih jarang ditemukan namun harus dipertimbangkan apabila diare terjadi lebih dari dua minggu. Traveler’s diarrhea akibat parasit lebih banyak didapatkan ketika wisatawan kembali ke negara asal, karena organisme ini memiliki masa inkubasi* yang lebih lama. Dalam beberapa kasus, terkadang traveler’s diarrhea diakibatkan oleh lebih dari satu organisme.

*masa inkubasi adalah waktu antara masuknya suatu bibit penyakit (seperti bakteri, virus, parasit, protozoa, dan cacing) ke dalam tubuh sampai timbulnya gejala-gejala penyakit.

   .

Bagaimana gejala traveler’s diarrhea?

Biasanya, gejala berkembang dalam minggu pertama perjalanan dan lebih dari 90% kasus terjadi dalam 2 minggu pertama. Sekitar 80% dari wisatawan dengan diare mengeluh kram perut, 10% sampai 25% mengalami demam, 20% mengalami muntah, dan antara 5% dan 10% melaporkan ada darah atau lendir dalam tinja mereka. Pada kebanyakan kasus, diare biasanya hanya berlangsung selama 3 sampai 4 hari.

    .

Bagaimana penanganan traveler’s diarrhea?

Minum air yang cukup adalah hal utama yang perlu dilakukan untuk mengganti cairan dan mencegah dehidrasi. Jika sampai terjadi dehidrasi berat, khususnya pada anak-anak dan usia tua, perlu diberikan tambahan oralit saat diare. Prinsipnya adalah jumlah cairan yang masuk harus sebanding dengan jumlah cairan yang keluar. Obat diare seperti Loperamide juga efektif untuk mengurangi gejala, lama diare dan jumlah diare. Pemberian antibiotik awal untuk kasus traveler’s diarrhea terbukti efektif dan mengurangi gejala. Jenis antibiotik yang direkomendasikan adalah Ciprofloxacin atau Azitromizin.

   ,

Kapan harus mencari pertolongan ke dokter?

Setiap wisatawan direkomendasikan untuk membawa pre-travel kit traveler’s diarrhea saat mereka bepergian dan dapat menggunakannya dengan efektif. Pre-travel kit traveler’s diarrhea berisi resep oralit, instruksi mengenai keamanan makanan dan minuman yang higienis, obat antidiare (Loperamide), antibiotik yang dilengkapi dengan petunjuk penggunaan, obat profilaksis antimikroba jika diperlukan, dan kontak rumah sakit terdekat atau di luar negeri.

Jika wisatawan mengalami demam yang terus menerus, diare disertai darah, nyeri perut hebat, muntah yang hebat dan tidak dapat minum cairan serta gejala bertambah berat setelah dilakukan penanganan awal mandiri, maka disarankan mencari fasilitas pelayanan kesehatan terdekat. Wisatawan yang digolongkan berisiko tinggi mengalami traveler’s diarrhea adalah anak-anak, orang tua, dan pasien dengan riwayat penyakit berat sebelumnya seperti penyakit ginjal dan jantung. Populasi ini harus mendapatkan perhatian lebih jika mengalami traveler’s diarrhea.

   .

Bagaimana cara mencegahnya?

Sebagian besar penyebab traveler’s diarrhea adalah makanan dan minuman yang kurang higienis, sehingga perlu dilakukan konseling mengenai kebersihan makanan dan minuman. Berikut adalah strategi untuk menjaga kebersihan selama bepergian.

Jenis makanan berisiko tinggiStrategi untuk menghindari
SaladMengonsumsi buah dan sayuran yang sudah dikupas dan dicuci bersih
Daging mentah, ikan, telurMengonsumsinya dalam bentuk yang sudah matang
Produk susu yang tidak diolah dengan baikMengonsumsi produk susu yang sudah dilakukan pasteurisasi
Air keran, produk makanan yang diolah dengan air keran seperti es batu atau jusMengonsumsi air yang sudah dikemas atau disinfeksi
Makanan di pinggir jalan
Makanan yang disajikan pada suhu ruanganMemanaskan makanan sebelum dimakan

Antibiotiok profilaksis adalah antibiotik yang digunakan untuk orang yang belum terkena infeksi, namun diduga mempunyai peluang besar untuk terinfeksi atau jika terinfeksi dapat menimbulkan dampak buruk. Antibiotik profilaksis juga efektif mencegah traveler’s diarrhea hingga 90%. Fluorokuinolon dan Rifaximin telah terbukti sangat efektif dalam pencegahan diare. Namun, antibiotik profilaksis boleh diberikan hanya dalam penggunaan singkat dan hanya saat keadaan dan populasi khusus. Pada beberapa wisatawan yang akan bepergian ke daerah Asia Selatan, karena tingginya angka resistensi terhadap Florokuinolon, maka dapat diberikan Azitromizin. Hingga saat ini vaksin untuk mencegah traveler’s diarrhea masih dalam tahap penelitian.

.

Informasi tentang diare saat perjalanan di sini

  .


Sumber:
Centers for Disease Control and Prevention. Food and water safety. Available at: http://wwwnc.cdc.gov/travel/page/food-water-safety. Diakses 29 Oktober 2018

Giddings SL, Stevens AM, Leung DT. Traveler’s Diarrhea. Med Clin North Am. 2016; 100(2): 317–330

Lalani T, Maguire JD, Grant EM, et al. Epidemiology and self-treatment of travelers’ diarrhea in a large, prospective cohort of department of defense beneficiaries. J Travel Med. 2015; 22(3):152– 160]

Mayo clinic. Traveler’s diarrhea. Available at: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/travelers-diarrhea/symptoms-causes/syc-20352182.  Diakses 29 Oktober 2018

Yates J. Traveler’s Diarrhea. Am Fam Physician. 2005;71(11):2095-2100

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*