Bagi sebagian orang, mudik merupakan suatu proses perjalanan yang membutuhkan waktu lama, ada yang beberapa jam namun ada pula yang hingga berhari-hari. Apalagi diperparah dengan kepadatan lalu lintas bagi yang menggunakan jalur darat. Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai pentingnya asupan cairan yang cukup saat mudik dan risiko diare pada orang yang sedang dalam perjalanan. Kedua hal ini merupakan permasalahan kesehatan yang sering diabaikan namun dapat berdampak pada gangguan selama perjalanan atau hingga kematian.
,
Bagaimana fungsi cairan di dalam tubuh?
Sebagian dari komponen tubuh manusia merupakan cairan. Pada bayi misalnya, komposisi cairan dalam tubuh berkisar 70 – 75% dari berat badan. Sedangkan pada orang dewasa, komposisi cairan berkisar 50 – 60% dari berat badan. Cairan tidak saja terdiri dari air, namun juga terdiri dari beberapa mineral yang berfungsi dalam menjaga keseimbangan cairan.
Ketidakseimbangan cairan akan terjadi ketika jumlah cairan yang masuk tidak sebanding dengan cairan yang keluar. Hal ini sering ditemukan pada orang yang mudik saat berpuasa. Selama berpuasa tentu saja ada batasan waktu dalam mengonsumsi air, namun yang menjadi permasalahan adalah persediaan dan asupan cairan saat berbuka dan menjelang imsak dalam perjalanan sering dirasa kurang. Hal ini lah yang berdampak pada gangguan keseimbangan cairan.
Dalam hal cairan, orang tua dan orang dengan berat badan berlebih perlu perhatian khusus karena biasanya cairan dalam tubuh mereka lebih sedikit. Sehingga, risiko kekurangan cairan jauh lebih besar dibandingkan dengan orang diluar kriteria tersebut.
,
Apa dampak dari kekurangan asupan cairan?
Kurangnya cairan beserta beberapa elektrolit disebut sebagai dehidrasi. Hilangnya cairan dapat disebabkan oleh asupan cairan yang kurang atau pengeluaran yang berlebih, baik melalui keringat, ginjal, saluran cerna, ataupun pernafasan. Kehilangan cairan akibat asupan yang kurang seperti pada orang yang kehabisan persediaan air selama perjalanan atau pada orang-orang dengan gangguan menelan sangat berisiko pada saat perjalanan. Pada beberapa orang dengan gangguan di otak atau pada usia lanjut sering ditemukan adanya gangguan pada rangsang haus. Pada orang normal, ketika terjadi kekurangan cairan di dalam tubuh, akan timbul rasa haus, sehingga orang cenderung meningkatkan asupan cairannya. Namun, pada orang yang mengalami gangguan pada rangsang haus, orang tersebut tidak akan merasa haus ketika terjadi kekurangan cairan. Sehingga, sering terjadi gangguan asupan cairan apabila orang tersebut tidak membiasakan rutin meminum air putih.
Kehilangan cairan melalui ginjal adalah melalui produksi air kencing (urin). Kehilangan cairan melalui urin dapat disertai kehilangan elektrolit. Beberapa pasien dengan gangguan pada kendali hormon anti urin di otak ataupun gangguan pada ginjal dapat berdampak pada produksi urin yang berlebih. Berikut beberapa keadaan lain yang dapat berdampak pada keluarnya cairan melalui urin bersama dengan elektrolit:
- Peningkatan asupan makanan yang banyak mengandung garam, gula, protein atau substansi lain dengan asupan air yang tidak adekuat.
- Konsumsi makanan yang banyak mengandung susu dan krim dengan asupan air yang kurang pada pasien dengan perdarahan lambung.
- Pemberian makanan yang mengandung karbohidrat tinggi pada pasien paska luka bakar berat.
- Kondisi-kondisi medis yang mengakibatkan kepekatan pada cairan di luar sel.
Pengeluaran air terbanyak dari tubuh memang melalui urin. Namun perlu kita perhatikan bahwa tubuh tidak hanya mengeluarkan cairan melalui urin, tapi juga melaui pernafasan. Hal ini karena paru-paru mengatur kelembapan udara melalui cairan dalam tubuh. Cairan yang keluar melalui paru-paru sekitar 350 cc dan akan lebih banyak pada udara dingin dan aktivitas berat. Udara dingin saat perjalanan mudik terkadang membuat orang nyaman dan terhindar dari rasa haus, namun sebenarnya kehilangan cairan terus berlanjut. Selain dari paru-paru, cairan yang keluar melalui keringat berkisar 300 – 400 cc, cairan ini akan meningkat pada udara panas dan aktivitas fisik. Cairan yang keluar melalui buang air besar yang normal berkisar 100 cc, jumlah ini akan meningkat pada keadaan diare yaitu buang air besar dengan konsisten cair. Sedangkan cairan yang keluar melalui urin berkisar 1400 cc.
Banyaknya asupan cairan yang perlu kita konsumsi memang bukanlah jumlah yang baku, karena kebutuhan asupan sebenarnya harus disesuaikan dengan cairan yang keluar ditambah insensible water loss atau cairan yang keluar tanpa disadari (40 ml per jam). Namun asupan cairan 2000 – 2500 cc dianggap cukup apabila tidak ada permasalahan kesehatan atau kondisi tertentu yang dapat mengakibatkan gangguan pada keseimbangan cairan.
.
Baca juga: Pentingnya Konsumsi Air Putih Untuk Pencegahan Dehidrasi
.
Saat ini, penyebab terbanyak untuk kejadian dehidrasi adalah diare. Bukan hanya menimbulkan kesakitan namun juga berdampak pada kematian. Beberapa tahapan dehidrasi terkadang memberikan tanda dan gejala, yang apabila dicermati dengan baik akan membantu dalam penanganan kekurangan cairan. Berikut beberapa tahapan diare beserta tanda dan gejalanya.
- Dehidrasi ringan (defisit cairan 5% dari berat badan). Pada keadaan ini biasanya keadaan umum pasien masih tampak baik dengan denyut nadi dan pernafasan yang normal. Dapat ditemui adanya rasa haus pada pasien dan mata tampak sedikit cekung. Namun, pada pemeriksaan kulit dan produksi urin biasanya masih dalam batas normal.
- Dehidrasi sedang (defisit cairan 5 – 10% dari berat badan). Pada keadaan ini, pasien tampak gelisah dengan rasa haus sangat meningkat, irama nadi dan pernafasan mulai meningkat. Keluhan disertai mata tampak cekung, elastisitas kulit menurun pada cubitan, dan produksi urin yang mulai berkurang.
- Dehidrasi berat (defisit cairan lebih dari 10% berat badan). Pada keadaan ini, pasien dapat tidak merespon terhadap rangsangan dari orang disekitarnya, rasa haus dapat sangat meningkat atau bahkan tidak ada karena pasien sudah terlalu lemas untuk merespon rasa hausnya. Pada irama nadi dan nafas, semakin terjadi peningkatan yang lebih hebat dari tahapan sebelumnya. Keluhan disertai mata sangat cekung, elastisitas kulit sangat lambat, dan produksi urin dapat tidak ada sama sekali.
Penanganan dehidrasi adalah dengan mengembalikan keadaan cairan yang normal untuk menjaga keseimbangan fungsi tubuh. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan asupan air putih. Apabila pasien sangat lemah sehingga sulit minum, muntah terus-menerus sehingga tidak ada asupan yang masuk, atau diare dengan frekuensi sering dan jumlah banyak, sehingga asupan melalui minum tidak dapat mengimbangi cairan yang keluar, maka diperlukan penanganan lebih lanjut oleh tenaga medis. Jika kondisi ini terjadi saat Anda mudik, maka berkonsultasilah pada dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.
,
Leave a Reply