Pentingnya Konsumsi Air Putih Untuk Pencegahan Dehidrasi

Apa itu dehidrasi?

Dehidrasi merupakan kondisi tubuh kekurangan cairan, akibat tubuh kehilangan lebih banyak cairan dibandingkan yang didapat. Kondisi ini dapat memengaruhi keseimbangan kadar garam, mineral, dan gula dalam darah. Akibatnya, fungsi tubuh pun menjadi terganggu. Jika tidak segera ditangani, dehidrasi dapat menyebabkan efek yang berbahaya seperti kerusakan organ bahkan sampai mengancam jiwa.

Kondisi dehidrasi umum terjadi dan siapa pun bisa mengalaminya, baik dehidrasi ringan, sedang, maupun berat tergantung seberapa banyak cairan yang hilang dari tubuh. Kekurangan 2% cairan tubuh saja efeknya akan sangat terasa. Kondisi-kondisi yang berisiko menimbulkan dehidrasi antara lain diare dan muntah terus-menerus terutama bila terjadi pada bayi, anak-anak, dan lanjut usia. Selain itu, dehidrasi juga berisiko muncul pada saat tubuh sedang demam. Dehidrasi juga dapat terjadi pada semua kelompok usia jika tidak minum cukup air, terutama jika sedang berolahraga atau melakukan aktivitas pada cuaca yang panas.

Tanda awal yang umumnya dirasakan ketika seseorang dehidrasi adalah merasa lebih mudah haus dan urin yang berwarna lebih gelap dibanding biasanya. Gejala lain yang dapat kita kenali sebagai tanda dehidrasi antara lain mudah lelah, pusing, sakit kepala, mulut, bibir, dan mata terasa kering, serta buang air kecil dengan jumlah dan intensitas yang jarang. Ketika dehidrasi sudah cukup berat, maka gejala sesak napas, jantung berdebar lebih cepat, cenderung mengantuk, kebingungan, atau penurunan kesadaran dapat terjadi.

.

Baca juga: Tips Sehat Mudik agar Terhindar dari Dehidrasi dan Diare

.

Apa yang harus dilakukan jika dehidrasi?

Dehidrasi biasanya dapat diatasi dengan mudah. Ketika Anda mengalami salah satu gejala dehidrasi yang telah disebutkan diatas maka perbanyaklah konsumsi cairan, diutamakan air putih, karena efektif menggantikan cairan yang hilang. Pada kondisi yang cukup parah, terutama jika Anda tidak dapat menerima asupan cairan akibat muntah terus-menerus atau sangat lemas dan cenderung mengantuk, segeralah mencari pertolongan medis untuk menerima asupan cairan melalui infus.

.

Bagaimana cara mencegah dehidrasi?

Seperti yang kita ketahui, pencegahan lebih baik daripada mengobati. Berikut beberapa tips yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi antara lain:

  • Jika sedang sakit terutama demam, muntah, atau diare, tingkatkan asupan cairan Anda.
  • Jika Anda akan berolahraga, minumlah air sebelumnya dan secara berkala selama berolahraga untuk mengganti cairan yang hilang. Pastikan juga untuk minum air setelah berolahraga.
  • Biasakan minum air putih setelah bangun tidur untuk mengisi cairan yang hilang selama tidur.
  • Jangan tunda meminum air putih ketika Anda merasa haus dan lelah. Bisa saja itu merupakan tanda awal tubuh Anda sedang kekurangan cairan.
  • Sediakan botol besar berisi air minum di meja atau tas yang Anda bawa saat beraktivitas. Dengan demikian, Anda akan teringat untuk mengonsumsinya.
  • Meskipun sedang tidak beraktivitas, minumlah air putih sesuai jumlah yang disarankan.

Setelah membaca artikel ini, jangan lagi sepelekan kebiasaan minum air putih setiap harinya. Buatlah motivasi untuk terus memenuhi target cairan setiap hari agar memicu semangat Anda untuk minum air putih. Pastikan juga air putih yang diminum layak untuk dikonsumsi agar terhindar dari penyakit akibat air yang terkontaminasi. Sayangilah tubuh Anda dengan mengonsumsi air putih yang cukup dan menerapkan pola hidup sehat!

.


Referensi
Benelam B, Wyness L. 2010. Hydration and Health: a review. 0 British Nutrition Foundation Nutrition Bulletin, 35: 3–25.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Syarat-Syarat dan Pengawan Kualitas Air Minum.

Mayo Clinic Staff. 2017. Water: How much should you drink every day? Available online at  mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/in-depth/water/art-20044256 (diakses pada tanggal 13 September 2020).

Popkin BM, D’Anci KE, Rosenberg IH. 2010. Water, Hydration, and Health. Nutr Rev, 68(8): 439-458.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*