Benarkah Kurang Tidur jadi Penyebab Maag Kambuh?

Sumber gambar: freepik.com

Penulis: Prof. dr. Marcellus Simadibrata Kolopaking, PhD, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACG, FASGE
Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

 

Kurangnya waktu tidur sering dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat memicu kambuhnya gejala maag. Hal ini terutama disebabkan karena kurang tidur memiliki dampak terhadap sistem pencernaan dan keseimbangan hormon dalam tubuh seseorang. Kurang nya waktu tidur, terutama apabila berlangsung dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan respon peningkatan stres tubuh, yang pada akhirnya dapat memicu produksi asam lambung berlebih, dan berpotensi memperburuk gejala maag pada penderitanya. Beberapa alasan mengapa kurang tidur dapat menyebabkan kambuhnya maag antara lain sebagai berikut.

 

1. Kurang tidur memicu peningkatan produksi asam lambung

Secara fisiologis, kurangnya tidur dapat memicu peningkatan hormon kortisol, yang dikenal sebagai hormon stres. Tingginya kadar hormon kortisol berpegaruh terhadap beberapa hal seperti tingginya kadar gula darah dan juga meningkatnya produksi asam lambung. Peningkatan produksi asam lambung inilah yang berdampak langsung pada dinding lambung, membuatnya lebih rentan terhadap iritasi. Jika asam lambung ini terus diproduksi secara berlebihan, dinding lambung bisa menjadi lebih rentan mengalami peradangan, yang kemudian memicu gejala maag.

2. Kurang tidur memicu gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh

Kurang tidur juga dapat memengaruhi keseimbangan hormon lainnya dalam tubuh, seperti ghrelin dan leptin. Kedua hormon tersebut adalah hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Ketidakseimbangan produksi kedua hormon ini dapat memicu kebiasaan makan yang tidak teratur dan cenderung berlebihan. Konsumsi makanan dalam jumlah berlebih terutama dengan pola yang tidak teratur tersebut maka akan meningkatkan risiko terjadinya iritasi lambung dan memperparah gejala maag.
Selain dampak berdampak terhadap fisik, kurangnya waktu tidur juga dapat berpengaruh terhadap kondisi emosional seseorang, seperti mudah mengalami stres, cemas, dan depresi. Adanya gangguan kondisi emosional ini dapat memperburuk gejala maag karena akan memicu munculnya hormon stres seperti adrenalin. Ketika hormon ini meningkat, lambung akan menghasilkan lebih banyak asam lambung, yang dapat memicu kambuhnya gejala maag.

3. Kurang tidur mengganggu pola makan teratur

Selain itu, kurang tidur dapat memperparah gejala maag karena kurangnya waktu tidur mengganggu pola makan teratur. Seseorang yang kurang tidur cenderung memiliki waktu makan yang tidak teratur dan ini potensial berdampak buruk pada sistem pencernaan. Jika seseorang memiliki pola tidur yang tidak baik dan menggunakan waktunya untuk makan di waktu yang tidak biasa, seperti di waktu larut malam atau dini hari, hal ini dapat menyebabkan terganggunya pola produksi asam lambung dan mengganggu proses pencernaan dalam jangka panjang. Pola makan yang tidak teratur ini membuat lambung harus bekerja ekstra, yang pada akhirnya dapat memicu kambuhnya gejala maag.

4. Kurang tidur mengganggu sistem imunitas tubuh

Beberapa penelitian membuktikan bahwa kualitas tidur yang buruk dapat mengurangi efektivitas sistem imun tubuh. Pada penderita maag yang tidak memiliki pola tidur yang baik, sistem imunitasnya relatif lebih lemah. Hal ini dapat memperlambat proses penyembuhan luka di dinding lambung atau duodenum yang terjadi akibat produksi asam lambung. Akibatnya, seseorang yang memiliki riwayat maag akan lebih rentan mengalami kekambuhan jika kurang tidur dalam jangka waktu panjang, karena sistem imun tidak dapat bekerja optimal dalam melakukan recovery lapisan lambung.

 5. Kurang tidur memperlambat proses pencernaan

Kurang tidur juga memengaruhi pergerakan otot-otot lambung dan usus, yang bisa memperlambat proses pencernaan. Terganggunya proses pencernaan ini menyebabkan makanan berada lebih lama di lambung dibanding waktu yang seharusnya. Hal ni dapat meningkatkan produksi asam lambung dan kemungkinan terjadinya refluks asam lambung. Refluks asam lambung ini dapat menyebabkan sensasi terbakar pada dada atau nyeri pada ulu hati, sehingga gejala yang dirasakan menjadi lebih berat.

Baca juga: Pengaruh Stress dan Depresi terhadap Saluran Cerna

Secara keseluruhan, kurang tidur dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kambuhnya maag pada sebagian orang. Untuk mengelola kondisi maag, penting bagi penderita untuk menjaga pola tidur yang sehat dan teratur, menghindari makanan yang dapat memicu produksi asam lambung, serta menjaga kesehatan mental untuk meminimalisir stres yang berlebihan. Kombinasi dari pola tidur yang cukup dan gaya hidup yang seimbang akan membantu dalam pencegahan kambuhnya gejala maag.


Referensi:

  1. Kawada T. Epigastric Pain Syndrome, Functional Dyspepsia, and Sleep Disturbance. Dig Dis Sci. 2021 Jul;66(7):2466-2467. doi: 10.1007/s10620-021-07036-9. Epub 2021 May 27. PMID: 34046823.
  2. Li Y, Gong Y, Li Y, He D, Wu Y, Wang H, Cong X, Wei M, Lin L. Sleep disturbance and psychological distress are associated with functional dyspepsia based on Rome III criteria. BMC Psychiatry. 2018 May 18;18(1):133. doi: 10.1186/s12888-018-1720-0. PMID: 29776354; PMCID: PMC5960153.
  3. Nakamura F, Kuribayashi S, Tanaka F, Kawami N, Fujiwara Y, Iwakiri K, Kusano M, Uraoka T. Impact of improvement of sleep disturbance on symptoms and quality of life in patients with functional dyspepsia. BMC Gastroenterol. 2021 Feb 18;21(1):78. doi: 10.1186/s12876-021-01659-y. PMID: 33602148; PMCID: PMC7890897.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*