Peran Probiotik pada Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Penulis: Prof. dr. Marcellus Simadibrata Kolopaking, PhD, SpPD, K-GEH, FINASIM, FACG, FASGE
Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

 

Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah gangguan kronis pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya gejala-gejala pencernaan seperti kembung, begah, nyeri perut, diare, atau konstipasi yang biasanya berulang dalam jangka waktu yang lama. Hal ini umumnya memberikan dampak yang signifikan dalam kualitas hidup pada penderitanya karena menimbulkan ketidaknyamanan dalam aktivitas sehari-hari.

Penyebab utama dari Irritable Bowel Syndrome (IBS) masih belum diketahui secara pasti hingga saat ini, namun diyakini bahwa salah satu hal yang mendasari terkait dengan ketidakseimbangan mikrobiota usus. Penelitian menunjukkan bahwa pasien IBS sering mengalami kondisi dysbiosis, yaitu kondisi adanya ketidakseimbangan mikroba usus yang dapat memperburuk gejala IBS. Hal ini menyebabkan munculnya kerentanan dan terjadinya gangguan pada sistem pencernaan.

Dalam manajemen terapi IBS, selama ini dipercaya bahwa probiotik dapat membantu memulihkan keseimbangan mikrobiota usus dengan cara meningkatkan jumlah bakteri baik dan mengurangi bakteri yang mengganggu sistem pencernaan (bakteri patogen). Probiotik adalah mikroorganisme yang memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh, dan telah diteliti secara universal dalam kaitannya untuk pengobatan IBS. Bakteri probiotik yang paling sering menjadi bahan studi dalam terapi IBS meliputi Lactobacillus dan Bifidobacterium.

Salah satu mekanisme yang memungkinkan probiotik memberikan manfaat dalam manajemen terapi pasien IBS adalah melalui modulasi sistem imun. Probiotik dapat mempengaruhi aktivitas sel imun dan memicu produksi sitokin, yang dapat mengurangi peradangan pada usus. Hal ini sangat penting mengingat peradangan sering ditemukan pada pasien IBS dan berkontribusi terhadap gejala-gejala yang muncul pada pasien IBS. Selain itu, probiotik juga berperan dalam memperkuat sistem pertahanan usus. Probiotik membantu dalam meningkatkan produksi mucin, yaitu protein yang melapisi dinding usus dan berperan dalam mencegah penetrasi bakteri patogen. Sehingga probiotik membantu menjaga integritas mukosa usus dan mencegah terjadinya perpindahan bakteri yang dapat memicu respon imun dan peradangan.

Probiotik juga diketahui memiliki kemampuan untuk memproduksi asam lemak rantai pendek/short chain fatty acid (SCFA) seperti butirat dalam sistem pencernaan, yang memiliki efek anti-inflamasi dan berkontribusi pada kesehatan saluran pencernaan. Asam lemak rantai pendek ini dapat menurunkan pH di usus menjadi lebih basa, sehingga menciptakan lingkungan yang tidak kondusif bagi bakteri patogen untuk hidup, akibatnya bakteri patogen akan lebih cepat mengalami kematian. Selain itu, asam lemak rantai pendek  juga dapat memperbaiki fungsi motilitas atau peristaltik usus, yang sering kali terganggu pada pasien dengan IBS. Hal ini menyebabkan keluhan konstipasi atau sulit buang air besar menjadi lebih terkendali.

Beberapa studi klinis menunjukkan bahwa suplemen probiotik dapat mengurangi gejala-gejala IBS. Pasien yang mengonsumsi probiotik melaporkan terjadinya penurunan frekuensi nyeri perut, kembung, dan perbaikan pola buang air besar dibandingkan dengan saat sebelum konsumsi probiotik. Walaupun begitu, respon terhadap probiotik dapat bervariasi antara individu, tergantung pada jenis probiotik yang digunakan dan profil mikrobiota usus masing-masingindividu. Penggunaan probiotik juga dianggap aman dengan efek samping minimal. Baiknya efektivitas serat minimalnya efek samping probiotik membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi pasien yang mencari alternatif atau tambahan terhadap terapi farmakologis IBS yang sudah ada selama ini.

Meskipun manfaat probiotik pada manajemen terapi IBS terbukti baik, namun masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan strain atau jenis probiotik mana yang paling efektif, serta bagaimana aturan penggunaannya yang paling optimal agar dapat memberikan manfaat yang lebih baik lagi.  Secara keseluruhan, probiotik menawarkan pendekatan terapeutik yang menjanjikan untuk manajemen IBS. Dengan kemampuan mereka untuk memodulasi mikrobiota usus, mengurangi peradangan, dan memperbaiki fungsi usus, probiotik berpotensi menjadi bagian penting dalam manajemen terapi yang komprehensif untuk IBS.


Referensi:

  1. Zhang T, Zhang C, Zhang J, Sun F, Duan L. Efficacy of Probiotics for Irritable Bowel Syndrome: A Systematic Review and Network Meta-Analysis. Front Cell Infect Microbiol. 2022 Apr 1;12:859967. doi: 10.3389/fcimb.2022.859967. PMID: 35433498; PMCID: PMC9010660.
  2. Galica AN, Galica R, Dumitrașcu DL. Diet, fibers, and probiotics for irritable bowel syndrome. J Med Life. 2022 Feb;15(2):174-179. doi: 10.25122/jml-2022-0028. PMID: 35419092; PMCID: PMC8999090.
  3. Didari T, Mozaffari S, Nikfar S, Abdollahi M. Effectiveness of probiotics in irritable bowel syndrome: Updated systematic review with meta-analysis. World J Gastroenterol. 2015 Mar 14;21(10):3072-84. doi: 10.3748/wjg.v21.i10.3072. PMID: 25780308; PMCID: PMC4356930.

 

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*