Posisi pada saat buang air besar mungkin bukanlah suatu hal yang diperhatikan oleh masyarakat. Terdapat beragam posisi pada saat buang air besar yang dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya pada suatu wilayah. Sebagai contoh, di Asia dan Afrika banyak orang yang buang air besar dengan posisi jongkok, namun orang-orang di negara Barat akan cenderung buang air besar pada posisi duduk. Banyak yang menilai posisi duduk lebih baik untuk buang air besar karena merupakan ciri orang Barat yang menjadi kiblat kebudayaan modern. Namun mari kita lihat pengaruh posisi buang air besar dari segi kesehatan.
.
Mengapa terdapat perbedaan posisi pada saat seseorang buang air besar?
Awal mula digunakannya kloset duduk adalah pada abad ke-19 dimana masa tesebut merupakan awal mula terbentuknya sistem pembuangan limbah di negara Barat. Pada abad ke-20, beberapa dokter yang bertugas di daerah pedesaan di Afrika cukup dibingungkan dengan banyaknya kejadian wasir (hemorrhoid), sulit buang air besar (konstipasi), benjolan pada rongga perut akibat sobeknya dinding dalam perut (hernia), dan divertikulosis (adanya kantung pada rongga usus yang rentan terhadap terjadinya infeksi). Kecurigaan permasalahan tersebut dikarenakan sulit buang air besar atau mengejan pada saat buang air besar yang berdampak pada peningkatan tekanan pada saat mengejan dan terjadi secara berulang sehingga menjadi permasalahan kesehatan tersebut. Solusi yang ditawarkan pada saat itu adalah perbaikan asupan serat pada makanan, namun hal ini tidak mengurangi secara signifikan angka kejadian permasalahan kesehatan tersebut. Sehingga barulah dilakukan penelitian lebih lanjut perihal pengaruh budaya posisi saat buang air besar dengan permasalahan kesehatan pada saluran cerna.
.
Bagaimana proses di dalam tubuh kita ketika seseorang buang air besar dilihat dari posisi duduk dan jongkok?
Proses buang air besar memiliki tiga komponen utama untuk menjamin keberlangsungannya. Komponen pertama adalah kontraksi dari otot usus besar bagian bawah (rektum), kedua adalah sudut antara rektum dan anus yang lurus, dan ketiga adalah proses mengejan. Jika salah satu komponen terganggu, dapat berdampak pada kesehatan saluran cerna. Sebagai contoh, pada orang usia lanjut dengan gangguan mengejan, sering kali mengalami gangguan pada saluran cerna yang berhubungan dengan buang air besar. Oleh karena itu, posisi buang air besar yang berhubungan dengan posisi sudut rektum dan anus dapat berdampak pada kesehatan saluran cerna. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa waktu yang diperlukan pada saat buang air besar akan lebih cepat pada saat seseorang dalam posisi jongkok dibandingkan dengan posisi duduk. Selain itu, posisi duduk pada penggunaan kloset duduk dengan tinggi yang berbeda juga memberikan waktu buang air besar yang berbeda. Kloset duduk yang lebih rendah cenderung menyebabkan waktu buang air besar semakin cepat.
.
.
Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan ilmu kesehatan. Ketika seseorang jongkok pada saat buang air besar atau duduk dengan posisi yang lebih rendah, maka sudut antara panggul dan kaki akan cenderung lebih menekuk, sehingga secara susunan tubuh manusia, posisi usus besar (rektum) dan anus akan lurus. Dengan lurusnya sudut tersebut, maka tekanan di dalam rektum akan meningkat untuk mendorong keluarnya tinja. Selain itu, pada posisi sudut yang lurus, otot-otot anus juga akan meregang sehingga tinja akan mudah keluar. Hal ini akan berdampak pada mudahnya seseorang mengeluarkan tinja pada saat buang air besar. Sedangkan, pada seseorang yang duduk saat buang air besar, sudut usus besar (rektum) dan anus yang terbentuk tidak lurus atau kurang tegak lurus, maka tekanan yang mendorong kebawah akan berkurang. Selain itu tegangan dari otot-otot anus yang kurang rileks akan mengganggu keluarnya tinja, sehingga kita sering kali perlu mengejan untuk mengeluarkan tinja tersebut pada saat buang air besar.
.
.
Seberapa pendek kah sebaiknya kloset yang digunakan? Tentu hal ini bergantung kepada seberapa nyaman kita dalam buang air besar. Masyarakat Indonesia sudah umum terhadap kloset jongkok sehingga penggunaanya tentu bukan menjadi suatu masalah besar. Namun suatu penelitian yang dilakukan di negara Barat menyatakan bahwa batas kenyamanan tinggi kloset adalah 31 – 32 cm, sedangkan ketika menggunakan kloset duduk dengan tinggi 26 hingga 27 cm banyak yang merasa tidak nyaman. Untuk memodifikasi penggunaan toilet duduk ketika buang air besar, dapat dengan menggunakan bangku kecil sebagai pijakan kaki sehingga sudut antara panggul dan kaki cenderung menekuk.
Posisi saat buang air besar mungkin sering tidak menjadi perhatian kita. Namun posisi yang kurang tepat yang berlangsung rutin dalam waktu yang lama tentu akan berdampak pada gangguan kesehatan saluran cerna baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Oleh karena itu penting bagi kita untuk mencegah mulai dari hal kecil, salah satunya adalah posisi buang air besar kita sehari-hari.
.
Referensi
Modi RM, Hinton A, Pinkhas D, Groce R, Meyer MM, Balasubramanian G, Levine E, Stanich PP. Implementation of a Defecation Posture Modification Device: Impact on Bowel Movement Patterns in Healthy Subjects. Journal of clinical gastroenterology. 2019 Mar;53(3):216.
Sikirov D. Comparison of straining during defecation in three positions: results and implications for human health. Digestive diseases and sciences. 2003 Jul 1;48(7):1201-5.
Leave a Reply