Penulis: dr. Muhammad Firhat Idrus, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
.
Obesitas adalah penyakit yang kompleks dengan kondisi penumpukan lemak yang berlebihan di tubuh akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang digunakan dalam waktu yang lama. Obesitas memerlukan penanganan jangka panjang yang komprehensif dan multispesialisasi sebab obesitas memiliki kaitan yang erat dengan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, hipertensi, kolestrol tinggi, perlemakan hati, dan masih banyak penyakit lainnya yang dapat muncul pada pasien obesitas.
Tatalaksana multispesialisasi untuk pasien obesitas mencakup intervensi dalam penurunan berat badan dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup secara keseluruhan serta mencegah timbulnya penyakit komplikasi akibat obesitas. Modifikasi pola makan dan gaya hidup, pemberian obat-obatan, dan tindakan bariatrik telah menjadi pilihan pengobatan untuk obesitas. Tindakan bariatrik adalah suatu tindakan medis untuk mengecilkan ukuran lambung. Selain untuk menangani obesitas, tindakan ini juga dapat mencegah perburukan penyakit hati akibat perlemakan hati. Tindakan bariatrik dapat dilakukan dengan bedah ataupun endoskopi. Masing-masing modalitas mempunyai keunggulan dan keterbatasan, dan belum tentu semua cara dapat diterapkan pada semua pasien obesitas. Pada artikel ini, kita akan fokus membahas tentang endoskopi bariatrik.
Apa itu Endoskopi Bariatrik?
Endoskopi bariatrik adalah suatu tindakan untuk mengecilkan volum lambung yang dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi berbentuk tabung panjang fleksibel dan memiliki kamera diujungnya. Alat tersebut dimasukkan melalui mulut hingga lambung untuk melihat saluran cerna melalui kamera yang ada. Dibandingkan dengan bedah bariatrik, keunggulan endoskopi bariatrik adalah minimal invasif sehingga memiliki risiko yang lebih rendah. Pada endoskopi bariatrik juga tidak dilakukan sayatan dan potongan pada lambung pasien sehingga pemulihannya lebih cepat. Beberapa risiko komplikasi yang mungkin timbul dari endoskopi baritatrik antara lain rasa tidak nyaman/nyeri di perut, nyeri tenggorokan, mual, dan muntah. Risiko infeksi dan perdarahan mungkin dapat terjadi namun kemungkinannya lebih rendah.
Terapi bariatrik endoskopi dapat dilakukan sebagai pengobatan lini pertama untuk menurunkan berat badan (terapi primer) atau sebagai tindak lanjut dari prosedur bedah bariatric sebelumnya (terapi sekunder). Endoskopi bariatrik dapat dilakukan dengan dua metode, yakni endoscopic sleeve gastroplasty (ESG) dimana prosedur dilakukan dengan menjahit dinding lambung untuk mengecilkan volum lambung. Metode kedua adalah intragastric balloon dengan cara menempatkan balon di dalam organ lambung sehingga volum lambung untuk makanan berkurang. Upaya untuk mengurangi volum lambung dimaksudkan untuk menimbulkan rasa cepat kenyang walau makan lebih sedikit, durasi saat kenyang lebih lama, dan mengurangi jumlah kalori yang dapat diserap dan dicerna oleh tubuh. Selama menjalani endoskopi bariatrik, pasien akan diberikan obat bius umum dan tindakan memerlukan waktu sekitar 1-2 jam. Meski tindakan ini dapat memberikan banyak manfaat dan memiliki risiko yang rendah, namun penting untuk pasien mempersiapkan diri dengan baik sebelum menjalani endoskopi bariatrik.
Bagaimana Persiapan Sebelum Menjalani Endoskopi Bariatrik?
Sebelum tindakan dilakukan, pasien perlu bertemu dengan ahli gastroenterohepatologi untuk mendiskusikan mengenai riwayat penyakit dan status kesehatan pasien saat ini, serta tujuan tindakan endoskopi bariatrik. Setelahnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah, radiologi, pemeriksaan jantung (elektrokardiogram), pemeriksaan endoskopi saluran cerna untuk melihat kondisi lambung pasien, serta pemeriksaan lainnya yang diperlukan berdasarkan pertimbangan dokter. Pasien juga akan dikonsulkan kepada dokter spesialis lainnya yang terkait seperti dokter spesialis gizi, dokter spesialis jantung, dokter spesialis anestesi dan spesialisasi lainnya yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Apabila hasil dari pemeriksaan tersebut menunjukkan pasien layak untuk menjalani endoskopi bariatrik, maka tindakan dapat dijadwalkan.
Dokter spesialis gastroenterohepatologi akan memberikan pasien petunjuk tentang persiapan apa saja yang harus dilakukan pasien sebelum tindakan, termasuk obat apa saja yang pasien dapat konsumsi atau tunda, serta pilihan atau pantangan makanan apa saja yang dihindari sebelum tindakan. Pasien perlu mengikuti diet tertentu pada hari menjelang tindakan untuk mempersiapkan tubuh dalam menghadapi tindakan ini, seperti diet cair sehari sebelum prosedur. Pasien juga akan diberikan instruksi untuk berhenti makan dan minum pada jam yang ditentukan dokter. Penting bagi pasien untuk mengikuti petunjuk dokter dengan cermat agar proses tindakan berjalan lancar dan mendapat hasil yang maksimal.
Bagaimana Perawatan Pasien Setelah Endoskopi Bariatrik?
Setelah pasien menjalani tindakan endoskopi bariatrik, dokter akan melakukan evaluasi pada pasien beberapa jam setelah tindakan hingga efek obat biusnya hilang. Tindakan endoskopi bariatrik tidak memerlukan rawat inap yang lama, bahkan dapat dilakukan secara rawat jalan. Pasien akan membutuhkan seseorang untuk mengantarnya setelah tindakan endoskopi bariatrik. Pasien tidak diperbolehkan untuk menyetir sendiri karena berisiko masih dalam pengaruh obat bius.
Dokter akan memberikan arahan kepada pasien untuk perawatan setelah endoskopi bariatrik. Pasien akan dijadwalkan konsultasi setelah tindakan untuk memantau kondisi pasien dan mengatasi segala kekhawatiran yang mungkin pasien alami. Pasien mungkin mengalami ketidaknyamanan pada perut beberapa hari setelah tindakan. Maka, dokter akan memberikan instruksi untuk mengatasi nyeri, termasuk obat apa yang perlu diminum dan kapan saja waktunya.
Pasien juga harus mengikuti aturan diet setelah tindakan untuk memastikan penyembuhan yang baik, misalnya minum air putih, air kaldu, atau teh pada hari pertama (clear liquid) setelah tindakan, kemudian diet cair seperti sup tomat (full liquid) selama beberapa hari hingga minggu, lalu konsistensi makanan dinaikan bertahap seperti bubur, makanan yang lembut, lunak, cincang, hingga nantinya pasien dapat mengonsumsi makanan padat pada waktu yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan toleransi pasien. Dokter akan memberi panduan tentang apa yang dapat dimakan dan diminum serta kapan harus melanjutkan ke tahap diet berikutnya. Pemulihan pasien setelah endoskopi bariatrik lebih cepat dibandingkan dengan pembedahan. Pasien dapat melanjutkan aktivitas normal dua hingga tiga hari setelah tindakan.
Perlu diketahui bahwa setelah menjalani endoskopi bariatrik bukan berarti pasien akan mengalami penurunan berat badan dengan cepat dan selamanya. Setelah tindakan, tentu pasien diharuskan untuk menjaga pola makan, tetap aktif berolahraga, dan siap berkomitmen untuk menjalani gaya hidup yang sehat. Tindakan endoskopi bariatrik juga dapat diulangi dalam jangka waktu tertentu sehingga penting untuk berkonsultasi ke dokter pada waktu yang ditentukan untuk pengawasan dan evaluasi
Referensi
Kral J, Machytka E, Horka V, Selucka J, Dolecek F., et al. 2021. Endoscopic Treatment of Obesity and Nutritional Aspects of Bariatric Endoscopy. Nutrients. (12):4268.
Orlandini B, Gallo C, Boskoski I, Bove V, Costamagna G. 2020.Procedures and devices for bariatric and metabolic endoscopy. Ther Adv Gastrointest Endosc. 3;13.
Yoon JY, Arau RT. 2021. Study Group for Endoscopic Bariatric and Metabolic Therapies of the Korean Society of Gastrointestinal Endoscopy. The Efficacy and Safety of Endoscopic Sleeve Gastroplasty as an Alternative to Laparoscopic Sleeve Gastrectomy. Clin Endosc. 54(1):17-24.
Leave a Reply