Penulis: dr. Virly Nanda Muzellina, SpPD, K-GEH
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
.
Apa itu Disfagia?
Disfagia adalah suatu kondisi terjadinya gangguan untuk menelan makanan dan minuman secara normal. Disfagia merupakan gejala medis yang muncul akibat adanya penyakit yang mendasari pada saluran pencernaan, terutama saluran cerna bagian atas tepatnya di bagian esofagus atau kerongkongan. Penyakit yang mendasari tersebut dapat mempengaruhi struktur anatomi, fungsi saluran pencernaan, atau keduanya secara bersamaan.
Apa penyebabnya?
Disfagia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit yang mendasari, seperti stroke, stenosis atau penyempitan pada esofagus, spasme otot esofagus, tumor esofagus, tumor lambung yang menekan esofagus, penyakit Parkinson, kanker nasofaring, ataupun kelainan neuromuskular lainnya yang mempengaruhi gerak peristaltik pada esofagus. Pada kasus tertentu, adanya benda asing yang masuk karena tersedak dan menyumbat esofagus juga dapat menjadi penyebab terjadinya disfagia.
Umumnya penyakit-penyakit tersebut terjadi pada pasien usia dewasa hingga usia lanjut, namun kelompok individu anak-anak hingga remaja juga dapat mengalami gejala disfagia, terutama karena penyebab bawaan atau karena adanya penyumbatan benda asing.
Bagaimana gejalanya?
Disfagia bisa muncul sebagai gejala sendiri ataupun disertai dengan gejala penyerta lainnya. Gejala disfagia yang umumnya terjadi mulai dari gangguan ringan berupa batuk saat menelan makanan atau minuman, hingga gangguan yang paling berat yaitu tidak bisa menelan makanan dan minuman sama sekali. Penderita disfagia umumnya menyadari keluhan ketidaknyamanan saat makan dan minum yang berangsur semakin buruk seiring dengan berjalannya waktu. Selain itu gejala nyeri juga dapat menyertai dan membuat proses menelan menjadi lebih sulit. Beberapa gejala lain yang dapat menyertai di antaranya sebagai berikut:
- Air liur menetes (drooling)
- Batuk atau tersedak saat menelan
- Suara serak
- Regurgitasi atau makanan kembali naik lagi ke mulut
- Nyeri perut bagian atas
- Penurunan berat badan secara signifikan
Bagaimana cara mendiagnosisnya?
Untuk melakukan penegakkan diagnosis disfagia perlu dilakukan pemeriksaan yang komprehensif. Pemeriksaan tersebut mencakup pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang laboratorium, dan pemeriksaan penunjang radiologis. Untuk pemeriksaan radiologis ada beberapa modalitas yang dapat dilakukan, di antaranya adalah:
- CT (computed tomography) scan
- MRI (magnetic resonance imaging)
- Barium x-ray (pemeriksaan x-ray dengan kontras)
- X-ray polos
Dalam beberapa kondisi tertentu dapat juga dilakukan pemeriksaan diagnostik melalui prosedur minimal invasif sebagai berikut:
- Endoskopi, dengan cara memasukkan teropong kecil berkamera ke dalam saluran cerna melalui mulut untuk melihat secara langsung kelainan yang terjadi pada esofagus
- Manometri esofagus, dengan cara memasukan tabung yang peka terhadap tekanan melalui lubang hidung dan mencapai esofagus untuk mengukur kekuatan kontraksi otot esofagus saat menelan, menentukan penyebab disfagia, dan tingkat keparahan disfagia yang dialami
- Fiber-optic endoscopic evaluation of swallowing (FEES), serupa dengan endoskopi namun dimasukan melalui lubang hidung dan dilakukan penilaian saat pasien dalam kondisi menelan
Apa saja komplikasi yang dapat terjadi?
Gejala disfagia mengganggu salah satu proses esensial yang dijalani oleh manusia sehari-hari, yaitu makan dan minum. Jika tidak ditangani dengan baik, hal ini pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya gangguan asupan nutrisi dan hidrasi yang menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi metabolik dalam tubuh seseorang.
Pada kondisi emergensi, disfagia dapat menyebabkan terjadinya aspirasi dan refluks cairan ke dalam saluran pernafasan. Refluks cairan ini dapat menyebabkan terjadinya aspirasi cairan yang akan mengganggu fungsi fisiologis paru. Selain itu refluks cairan juga potensial menjadi obstruksi atau penyumbatan pada saluran nafas yang merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan medis.
Bagaimana pengobatannya?
Pengobatan disfagia melibatkan berbagai hal tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan penyakit yang mendasari. Penatalaksaannya bisa mencakup perubahan diet, terapi bicara, terapi fisik, atau bahkan prosedur medis atau operasi jika diperlukan. Penting untuk diketahui bahwa disfagia dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang secara signifikan sehingga diperlukan pengobatan secara tuntas untuk menangani keluhan disfagia.
Referensi
McCarty EB, Chao TN. Dysphagia and Swallowing Disorders. Med Clin North Am. 2021 Sep;105(5):939-954. doi: 10.1016/j.mcna.2021.05.013. PMID: 34391544.
McIntosh E. Dysphagia. Home Healthc Now. 2023 Jan-Feb 01;41(1):36-41. doi: 10.1097/NHH.0000000000001134. PMID: 36607208.
Triggs J, Pandolfino J. Recent advances in dysphagia management. F1000Res. 2019 Aug 29;8:F1000 Faculty Rev-1527. doi: 10.12688/f1000research.18900.1. PMID: 31508201; PMCID: PMC6719674.
Leave a Reply