Diet Rendah FODMAP: Rekomendasi Bagi Pasien Penyakit Saluran Cerna dan Iritasi Usus (IBS)

Sumber gambar: freepik.com

Makanan sering disalahkan dan juga dianggap sebagai faktor pencetus gejala sindrom iritasi usus/ irritable bowel syndrome (IBS), walaupun sebetulnya banyak faktor lain yang dapat menjadi faktor penyebab. Hal ini tentunya dapat dimengerti karena makanan yang kita makan akan sangat berpengaruh langsung terhadap saluran pencernaan di luar dari faktor lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat beberapa fakta dan penelitian yang menarik yang mengungkapkan tingginya makanan yang mengandung FODMAP dianggap dapat memicu beberapa masalah pada saluran pencernaan. Sehingga pada saat ini sangat direkomendasikan untuk mengonsumsi diet rendah FODMAP (low FODMAP diet) dalam rangka pengobatan penyakit pada saluran pencernaan, salah satunya yaitu IBS.

.

Apakah yang dimaksud dengan FODMAP?

FODMAP adalah singkatan dari fermentable oligosaccharides, disaccharides, monosaccharides, and polyols (oligosakarida yang dapat difermentasi, disakarida, monosakarida, dan poliol), yang merupakan karbohidrat rantai pendek yang tidak dapat diserap oleh usus kecil dengan baik. Beberapa orang biasanya mengalami gangguan pencernaan setelah memakan makanan yang mengandung salah satu substansi tersebut. Gejala yang dapat dialami umumnya meliputi kram perut, diare, sembelit, perut kembung, dan perut terasa penuh dengan gas.

Ada beberapa mekanisme yang mendasari teori mengapa makanan tinggi FODMAP dapat menyebabkan gejala pada saluran pencernana:

  • Pertama, makanan FODMAP dapat memicu bertambahnya cairan pada usus halus. Hal ini dapat memicu terjadinya kembung pada perut, dan memicu terjadinya perubahan konsistensi pada tinja, salah satunya dapat memicu terjadinya diare dalam jangka waktu tertentu.
  • Kedua, makanan tinggi FODMAP dapat memicu tingginya produksi gas dalam usus besar. Makanan tinggi FODMAP yang kaya akan karbohidrat rantai pendek yang sulit dicerna atau sulit diserap, kemudian akan terfermentasi di usus besar yang memicu terjadinya penumpukan gas metan dan hidrogen di saluran pencernaan. Akibatnya terjadilah gejala pencernaan yang tidak diinginkan, yakni salah satunya adalah perut terasa penuh dengan gas.

.

Baca juga: Pentingnya Mencatat Makanan (Food Diary) bagi Pasien dan Cara Membuatnya

.

Apa saja makanan dan minuman tinggi dan rendah FODMAP?

Beberapa contoh makanan yang merupakan makanan tinggi FODMAP, antara lain,

  • Karbohidrat berbasis gandum, seperti sereal dan roti
  • Yogurt, keju, susu sapi, dan makanan yang banyak mengandung laktosa
  • Kacang-kacangan
  • Sayur-sayuran, seperti bawang bombay, bawang putih, asparagus
  • Buah-buahan, seperti apel, persik, aprikot yang umumnya banyak mengandung poliol

Adapun beberapa contoh makanan rendah FODMAP yang baik untuk dikonsumsi, antara lain,

  • Telur dan daging
  • Susu dari kacang almond
  • Karbohidrat seperti nasi dan oat
  • Sayuran seperti terong, kentang, tomat, dan mentimun
  • Buah-buahan seperti anggur, jeruk, dan stroberi

.

Baca juga: Apakah itu Intoleransi Laktosa dan sama kah dengan Alergi Susu?

.

Bagaimana cara menerapkan diet FODMAP bagi pasien IBS?

Jika Anda penderita IBS, ada beberapa langkah untuk mengurangi FODMAP, antara lain:

  1. Fase eliminasi
    Pada fase ini, selama kurun waktu 3 – 8 minggu penderita IBS disarankan untuk menghindari makanan yang tinggi akan senyawa FODMAP. Kemudian akan dilakukan evaluasi, apakah gejala pencernaan yang dialami mengalami perbaikan atau tidak.

  2. Fase pengenalan kembali
    Setelah fase eliminasi selama 3 – 8 minggu untuk menghindari berbagai makanan yang dianggap sebagai pemicu IBS, kemudian dilakukan desensitisasi makanan-makanan tersebut dengan cara memasukkan makanan-makanan FODMAP yang dihentikan konsumsinya pada fase eliminasi untuk masuk kedalam menu sehari-hari. Hal ini dilakukan secara bertahap untuk satu jenis makanan setiap 3 – 7 hari untuk melihat makanan mana yang sebetulnya menjadi pemicu gejala selama ini.

  3. Fase akhir
    Setelah makanan yang menjadi penyebab tersebut ditemukan, pola makanan dapat kembali normal dengan hanya menghindari makanan yang menjadi faktor pemicu tersebut. Walaupun begitu, tetap perlu kewaspadaan dalam konsumsi makanan sehari-hari terutama saat keluhan pencernaan yang sebelumnya sudah sempat mengalami perbaikan muncul kembali.

Mengurangi konsumsi makanan tinggi FODMAP sebaiknya diiringi dengan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan seperti olahraga secara teratur serta istirahat yang cukup. Hal tersebut akan membantu saluran cerna Anda tetap sehat dan mengurangi timbulnya gejala-gejala yang tidak nyaman pada perut, seperti mual, muntah, kembung, diare, atau sembelit. Selain itu, dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi FODMAP juga akan membantu Anda terhindar dari risiko terjadinya penyakit jangka panjang pada saluran pencernaan.

.

Informasi tentang Diet dan Pilihan Makanan di sini


Referensi
Altobelli E, Del Negro V, Angeletti PM, Latella G. Low-FODMAP Diet Improves Irritable Bowel Syndrome Symptoms: A Meta-Analysis. Nutrients. 2017 Aug 26;9(9):940. doi: 10.3390/nu9090940. PMID: 28846594; PMCID: PMC5622700.

Bellini M, Tonarelli S, Nagy AG, Pancetti A, Costa F, Ricchiuti A, de Bortoli N, Mosca M, Marchi S, Rossi A. Low FODMAP Diet: Evidence, Doubts, and Hopes. Nutrients. 2020 Jan 4;12(1):148. doi: 10.3390/nu12010148. PMID: 31947991; PMCID: PMC7019579.

Barrett JS. How to institute the low-FODMAP diet. J Gastroenterol Hepatol. 2017 Mar;32 Suppl 1:8-10. doi: 10.1111/jgh.13686. PMID: 28244669.

Staudacher HM, Whelan K. The low FODMAP diet: recent advances in understanding its mechanisms and efficacy in IBS. Gut. 2017 Aug;66(8):1517-1527. doi: 10.1136/gutjnl-2017-313750. Epub 2017 Jun 7. PMID: 28592442.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*