Tidak Selalu Alergi! Ini Perbedaan Alergi, Intoleransi, dan Sensitivitas Makanan

Sumber gambar: freepik.com

Pernahkah Anda mengeluhkan diare, nyeri perut, atau kembung setelah mengonsumsi makanan tertentu, lalu menyimpulkan bahwa Anda memiliki alergi terhadap makanan tersebut? Mungkin benar kondisi tersebut adalah alergi makanan. Namun, bisa juga kondisi tersebut muncul ketika Anda mengalami intoleransi atau sensitivitas terhadap makanan.

Ketiga istilah tersebut memang sering membingungkan, apalagi ketiganya sering menimbulkan gejala yang serupa. Untuk itu, kita perlu memahami pengertian dan perbedaan dari alergi, intoleransi, dan sensitivitas makanan sehingga nantinya kita dapat mengerti tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

.

Alergi makanan

Pengertian

Alergi makanan diartikan sebagai reaksi tubuh berlebihan yang merugikan, timbul sebagai respon imun terhadap paparan makanan tertentu.

Gejala

Gejala dari alergi makanan dapat terlihat pada sistem pencernaan seperti mual, muntah, nyeri perut, keram, dan diare. Gejala pada kulit seperti gatal-gatal, biduran (bentol-bentol warna kemerahan), dan bengkak di wajah, bibir. Gejala pada sistem pernapasan seperti batuk, hidung meler, sesak, dan mengi (sesak napas), serta pada jantung yaitu berdebar. Pada kasus berat, alergi makanan dapat menyebabkan syok anafilaksis, yaitu suatu kondisi yang mengancam nyawa ditandai dengan penurunan tekanan darah secara cepat dan penyempitan saluran pernapasan.

Alergi makanan dapat dibagi menjadi tiga tipe, yakni tipe yang dimediasi oleh IgE (suatu imunoglobulin E atau faktor yang berperan dalam suatu mekanisme alergi), tidak dimediasi IgE, dan campuran. Pada jenis alergi makanan yang dimediasi IgE umumnya ditandai dengan reaksi tubuh yang cepat, dapat terjadi dalam beberapa menit hingga jam setelah menelan makanan pemicu. Gejala yang ditimbulkan dapat ringan misalnya gatal-gatal, diare, mengi hingga berat seperti syok anafilaksis. Sedangkan pada alergi makanan yang tidak dimediasi IgE umumnya gejala tidak segera muncul setelah menelan makanan pemicu.

Contoh makanan

Beberapa contoh makanan yang sering menyebabkan alergi makanan adalah susu, telur, biji-bijian, kedelai, sayuran (seledri, wortel), buah-buahan (apel), dan seafood seperti ikan, kerang, dan udang. Alergi makanan dapat didiagnosis berdasarkan catatan harian makanan, riwayat munculnya reaksi alergi setelah mengonsumsi makanan pemicu, eliminasi diet, pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan food challenge. Prinsip penatalaksanaan pada pasien alergi makanan adalah menghindari makanan pemicu.

.

Baca juga: Pentingnya Mencatat Makanan (Food Diary) bagi Pasien dan Cara Membuatnya

.

Intoleransi Makanan

Pengertian

Berbeda dengan alergi makanan, kondisi intoleransi makanan tidak dimediasi oleh reaksi imun. Intoleransi makanan sebagian besar mengacu pada ketidakmampuan saluran cerna untuk memproses atau mencerna makanan tertentu. Hal ini bisa diakibatkan karena adanya kekurangan enzim pencernaan, malabsorpsi (ketidakmampuan usus dalam menyerap suatu zat makanan), atau masalah lainnya.

Gejala

Gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami intoleransi makanan cenderung terbatas pada sistem pencernaan, seperti mual, muntah, keram perut, diare. Berbeda dengan gejala alergi makanan yang dapat melibatkan seluruh tubuh.

Contoh makanan

Agar lebih mudah memahaminya, dapat kita ambil contoh intoleransi makanan yang sering ditemukan yaitu intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa adalah suatu kondisi dimana tubuh tidak dapat mencerna laktosa, sejenis gula yang banyak ditemukan dalam susu dan produk susu. Normalnya, usus memerlukan enzim bernama laktase yang bertugas untuk memecah laktosa menjadi gula yang lebih sederhana agar mudah diserap. Namun, orang dengan intoleransi laktosa tidak menghasilkan cukup enzim laktase sehingga laktosa yang ada di usus sulit untuk dicerna. Kondisi tersebut akan menimbulkan keluhan pada perut, seperti kembung, perut keram, dan diare. Pada intoleransi makanan, jumlah makanan yang dimakan mempengaruhi beratnya gejala, misalnya ketika kita mengonsumsi banyak susu, maka gejala yang timbul akan lebih berat dibandingkan sedikit susu. Bahkan mengonsumsi sedikit susu kadang tidak menyebabkan gejala tersebut muncul. Contoh makanan/minuman selain susu yang dapat menyebabkan keluhan intoleransi makanan adalah keju, yoghurt, es krim, dan mentega. Berbeda dengan kondisi alergi makanan, dimana biasanya cukup sedikit paparan sudah dapat menimbulkan gejala.

Intoleransi laktosa bukanlah penyakit yang serius, tetapi bisa membuat penderitanya menjadi tidak nyaman. Memodifikasi diet dan memilih susu bebas laktosa adalah cara jitu untuk menghindari timbulnya gejala intoleransi laktosa.

.

Baca juga: Apakah itu Intoleransi Laktosa dan sama kah dengan Alergi Susu?

.

Sensitivitas Makanan

Pengertian

Dibandingkan dengan alergi makanan dan intoleransi makanan, sensitivitas makanan belum sepenuhnya dipahami. Sensitivitas makanan merupakan suatu reaksi tubuh terhadap makanan pemicu yang dikaitkan dengan adanya peningkatan antibodi IgG.

Gejala dan contoh makanan

Berbeda dengan alergi makanan yang biasanya gejala timbul dengan cepat, pada sensitivitas makanan gejala yang timbul dapat tertunda hingga beberapa hari setelah mengonsumsi suatu makanan. Karena adanya senggang waktu, sensitivitas makanan bisa tidak disadari dan lebih sulit untuk didiagnosis. Beberapa kondisi sensitivitas makanan dikaitkan dengan autoimun. Namun mekanismenya sebagian besar masih belum diketahui. Gejala yang dapat ditimbulkan dari sensitivitas makanan antar lain sakit perut, kembung, mual, muntah, diare, kelelahan, sakit kepala, nyeri sendi, dan gejala lainnya yang mirip dengan penyakit autoimun. Gluten, salah satu jenis protein yang terdapat di dalam gandum atau jelai, merupakan contoh kandungan makanan yang paling dikenal dapat memicu timbulnya sensitivitas makanan.

Faktor-faktor yang diduga memiliki peran terhadap sensitivitas makanan adalah adanya gangguan pada permeabilitas usus, gangguan pencernaan, dan adanya ketidakseimbangan mikrobiota usus. Ketika lapisan usus menjadi terlalu permeabel atau longgar, zat yang tidak diinginkan dapat melewati penghalang usus, memasuki aliran darah, dan memicu respon imun yang tidak diinginkan. Adanya gangguan pada mikrobiota usus seseorang juga dapat menyebabkan perubahan sistem imun untuk mengenali dan bereaksi terhadap makanan tertentu. Mengonsumsi makanan pemicu dapat mengakibatkan peradangan dan gangguan lebih lanjut pada mikrobiota usus.

.

Gejala dari alergi, intoleransi, dan sensitivitas makanan memang tampak sama, namun  dapat lebih mudah dibedakan setelah memahami artinya. Jika mengalami gejala atau kondisi yang mirip dengan ketiga kondisi tersebut, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter untuk memastikannya, sehingga tindakan pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan dengan tepat.

Informasi tentang Pengaturan Pola Makan/ Diet di sini

.


Referensi
Catassi C. 2015. Gluten Sensitivity. Ann Nutr Metab, 67(2):15-26.

Gargano D, Appanna R, Santonicola A, De Bartolomeis F, Stellato C, Cianferoni A, Casolaro V, Iovino P. Food Allergy and Intolerance: A Narrative Review on Nutritional Concerns. Nutrients. 2021 May 13;13(5):1638.

Tuck CJ, Biesiekierski JR, Schmid-Grendelmeier P, Pohl D. Food Intolerances. Nutrients. 2019 Jul 22;11(7):1684.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*