Tinja Berlendir, Wajar atau Tidak? Ini Penyebabnya

Sumber gambar: freepik.com

Tahukah kamu bahwa setiap harinya beberapa bagian tubuh kita memproduksi lendir? Lendir yang dihasilkan ternyata berguna untuk melindungi area tubuh kita. Contohnya pada saluran cerna, usus besar memiliki sel goblet untuk memproduksi lendir. Lendir tersebut berguna untuk memisahkan bakteri saluran cerna dengan dinding usus besar. Terdapat dua lapisan lendir pada usus besar, dimana lapisan yang luar bersifat longgar, mudah lepas, dan terdapat mikrobiota. Sebaliknya, lapisan lendir bagian dalam jauh lebih padat, melekat erat pada dinding usus besar, dan bebas dari bakteri. Lapisan lendir bagian dalam berfungsi untuk mencegah kontak mikrobiota dengan dinding usus besar. Lapisan lendir pada usus besar juga berfungsi untuk melembabkan dan melumasi dinding usus besar, serta melindungi dinding usus besar dari bahan-bahan yang berbahaya.

Tidak hanya sebagai pelindung, ternyata keberadaan lendir dalam usus besar juga membantu tinja bergerak keluar dari dalam usus. Sehingga mungkin saja pada tinja dapat ditemukan adanya sedikit lendir. Namun ketika lendir yang ditemukan sangat banyak, apakah hal tersebut masih dikatakan wajar? Mari kita temukan jawabannya pada artikel ini.

.

Seperti apa lendir yang berbahaya di tinja?

Tinja yang normal tidak mengandung banyak lendir. Jika terdapat lendir, warna lendir yang normal dapat berupa kuning kecoklatan atau bening. Bahkan seseorang terkadang tidak menyadari adanya lendir pada tinjanya karena jumlahnya yang sedikit. Ketika jumlah lendir pada tinja lebih banyak dan berulang, bisa jadi itu merupakan penanda adanya masalah pada saluran cerna kita.

Tanda-tanda lain yang menandakan lendir yang tidak normal pada tinja antara lain:

Ketika terdapat tanda-tanda diatas, maka lendir dalam tinja tersebut dapat menjadi penanda bahwa saluran cerna sedang bermasalah sehingga perlu dievaluasi lebih lanjut penyebabnya agar dapat diobati dengan tepat.

.

Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan Jika BAB Berdarah?

.

Penyakit apa saja yang menyebabkan tinja berlendir?

Beberapa masalah saluran cerna yang dapat menyebabkan keluhan tinja berlendir adalah sebagai berikut:

  1. Inflammatory bowel disease (IBD)
    Inflammatory Bowel Disesase atau disingkat IBD merupakan suatu penyakit autoimun yang menyerang saluran cerna. IBD terdiri dari dua jenis, yakni penyakit Crohn dan kolitis ulseratif. Pada kolitis ulseratif, peradangan terjadi pada area usus besar sedangkan pada penyakit Crohn peradangan dapat terjadi dimana saja pada bagian saluran cerna atas maupun bawah. Keduanya dapat menimbulkan keluhan tinja berlendir, dimana pada kolitis ulseratif keluhannya didominasi adanya darah pada tinja sedangkan pada penyakit Crohn keluhan nyeri perut yang lebih dominan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu mendiagnosis IBD adalah dengan kolonoskopi, dimana jika ditemukan adanya kelainan akan dilakukan pengambilan biopsi jaringan. IBD tidak bisa benar-benar hilang dan sembuh, namun penderita dapat mencapai kondisi remisi melalui pengobatan. Ketika keluhan sedang muncul, pasien IBD juga disarankan mengonsumsi makanan rendah serat agar usus yang mengalami peradangan dapat beristirahat.

  2. Irritable bowel syndrome (IBS)
    Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau sindrom iritasi usus merupakan penyakit kronis pada saluran cerna yang ditandai dengan rasa tidak nyaman atau nyeri perut, gejala dapat membaik setelah buang air besar, atau adanya perubahan bentuk dan frekuensi buang air besar. Penyebab terjadinya IBS belum sepenuhnya dipahami, akan tetapi bukti-bukti mendukung bahwa IBS dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti diet, mutasi gen, faktor psikis seperti stres, infeksi saluran cerna, dan sistem imun. Keluhan adanya lendir keputihan berlebih pada tinja dapat dikeluhkan oleh penderita IBS. IBS merupakan penyakit kronis yang tidak mengancam jiwa namun memiliki dampak besar pada kualitas hidup seseorang, sehingga tujuan dari penatalaksanaan IBS adalah menghilangkan keluhan secara optimal dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

  3. Diare akibat bakteri dan parasit
    Adanya infeksi bakteri dan parasit pada saluran cerna sering menimbulkan keluhan diare yang berlendir. Diare ini disebut dengan diare inflamasi akibat adanya bakteri dan parasit yang invasif merusak lapisan usus. Selain itu, infeksi bakteri dan parasit saluran cerna juga dapat menimbulkan keluhan diare berdarah, kram perut, hingga demam. Contoh bakteri penyebab diare berlendir antara lain Shigella, Salmonella, E.coli, dan Campylobacter, sedangkan contoh parasit yang dapat menyebabkan keluhan tersebut antara lain Entamoeba histolytica dan Giardia lamblia.

  4. Kanker usus besar
    Kanker usus besar adalah jenis tumor ganas yang menyerang bagian usus besar termasuk juga rektum. Perubahan kebiasaan buang air besar merupakan gejala yang dapat dikeluhkan oleh penderita. Namun, keluhan yang paling sering menyebabkan penderita langsung datang menemui dokter adalah buang air besar yang berdarah dan dapat disertai dengan lendir.

  5. Malabsorpsi
    Adanya gangguan absorpsi suatu zat makanan pada saluran cerna ternyata juga dapat menyebabkan keluhan tinja berlendir. Contoh dari kondisi malabsorpsi yang sering ditemui antara lain intoleransi laktosa atau karbohidrat lainnya dan penyakit celiac (akibat mengonsumsi makanan yang mengandung gluten). Kecurigaan adanya malabsorpsi dapat dinilai ketika Anda membuat catatan makanan apa saja yang dikonsumsi (food diary) sebelum keluhan tinja berlendir tersebut terjadi. Pada kondisi malabsorpsi, jika kita dapat menghindari makanan pencetus, keluhan tinja berlendir tersebut juga akan hilang.

  6. Fibrosis Kistik
    Fibrosis kistik adalah suatu penyakit genetika yang diturunkan melalui keluarga yang menyebabkan lendir menjadi lebih kental dan lengket yang dapat menumpuk di paru-paru, pankreas, saluran pencernaan, dan area tubuh lainnya. Lendir lengket yang menumpuk di pankreas dapat menghalangi saluran pada pankreas sehingga mengganggu enzim yang dihasilkan pankreas mencapai usus halus untuk mencerna makanan. Makanan yang tidak tercerna dengan baik di usus dapat menimbulkan keluhan nyeri perut, diare berlendir atau berminyak, mengambang, atau malah sembelit.

  7. Abses perianal dan fistula
    Abses perianal adalah suatu infeksi berupa kumpulan kantong berisi nanah yang berada di dekat anus. Pada sekitar 50% kasus, abses menjadi cukup besar dan dapat membentuk sambungan atau terowongan antara kulit dan organ yang disebut dengan fistula. Ketika seseorang memiliki abses atau fistula pada sekitar anus, maka nyeri pada daerah anus saat buang air besar disertai dengan tinja yang berlendir dapat menjadi keluhan yang dirasakan.

.

Baca juga: Pentingnya Mencatat Makanan (Food Diary) bagi Pasien dan Cara Membuatnya

.

Apa yang harus dilakukan jika tinja berlendir?

Ketika lendir yang Anda temukan pada tinja tidak banyak, hanya sesekali, dan tidak disertai gejala penyerta seperti diare, nyeri perut, dan darah pada tinja, maka Anda cukup melakukan pemantauan saja. Tetapi jika kondisi tersebut memberat, lendir semakin banyak, terus-menerus, dan adanya gejala penyerta seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka konsultasikanlah dengan dokter. Dokter akan melakukan wawancara, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk mengetahui penyebab dasar keluhan Anda. Beberapa tes yang dapat dilakukan seperti pemeriksaan feses lengkap, kultur feses, endoskopi, dan juga CT scan perut. Ketika penyebab dan diagnosis telah ditentukan, dokter dapat menyarankan terapi apa saja yang dapat Anda jalani. Tidak hanya obat-obatan, mengonsumsi diet yang sehat juga penting dilakukan untuk menjaga saluran cerna Anda tetap sehat.

Informasi tentang BAB berdarah di sini


.

Referensi

Cornick S, Tawiah A, Chadee K. Roles and regulation of the mucus barrier in the gut. Tissue Barriers. 2015;3(1-2):e982426.

Fakhoury M, Negrulj R, Mooranian A, Al-Salami H. Inflammatory bowel disease: clinical aspects and treatments. J Inflamm Res. 2014 Jun 23;7:113-20.

Birchenough GM, Johansson ME, Gustafsson JK, Bergström JH, Hansson GC. New developments in goblet cell mucus secretion and function. Mucosal Immunol. 2015 Jul;8(4):712-9.

Sabharwal S. Gastrointestinal Manifestations of Cystic Fibrosis. Gastroenterol Hepatol (N Y). 2016 Jan;12(1):43-7.

Soares RL. Irritable bowel syndrome: a clinical review. World J Gastroenterol. 2014 Sep 14;20(34):12144-60. 

Sokic-Milutinovic A, Pavlovic-Markovic A, Tomasevic R, S, Lukic S: Diarrhea as a Clinical Challenge: General Practitioner Approach. Dig Dis 2022;40:282-289.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*