Radang Kandung Empedu: Waspadai Nyeri Perut Bagian Kanan Atas

Sumber gambar: freepik.com

Peradangan pada kandung empedu merupakan penyakit yang kerap ditemukan. Seringkali penyakit ini memberikan gejala seperti penyakit lambung. Namun, apabila kita cermati dengan baik maka akan tampak perbedaan antara kedua penyakit tersebut, karena peradangan kandung empedu memerlukan pemeriksaan dini dan pengobatan yang jauh berbeda dengan penyakit lambung.

Peradangan kandung empedu atau biasa disebut sebagai kolesistitis merupakan peradangan yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi oleh bakteri dengan disertai adanya batu ataupun tidak pada kandung empedu. Beberapa bakteri yang sering menimbulkan peradangan pada kandung empedu diantaranya E. coli, Streptococcus fecalis, Klebsiella, Bacteroides dan Clostaridia. Bakteri ini akan mengganggu komposisi dari garam empedu yang dihasilkan sehingga berdampak pada rusaknya lapisan kandung empedu.

Faktor Risiko Peradangan Kandung Empedu

Peradangan kandung empedu akan lebih berisiko terkena pada wanita, orang dengan berat badan berlebih, dan usia diatas 40 tahun. Penyebab utama radang kandung empedu adalah adanya batu kandung empedu yakni mencapai 90% penderita. Hal ini berdampak kepada terhambatnya aliran cairan empedu, iritasi pada dinding kandung empedu, dan kematian jaringan kandung empedu.

Gejala dan Tanda yang sering Dirasakan

Keluhan yang ditimbulkan oleh peradangan pada kandung empedu dapat berupa nyeri pada perut bagian kanan atas yang menjalar ke area pundak kanan belakang dan dapat bertahan hingga 60 menit tanpa reda. Nyeri akan bertambah ketika dilakukan penekanan pada bagian kanan atas dari area perut penderita. Nyeri akan lebih sering dirasakan pada pagi atau malam hari dan semakin parah pada saat mengonsumsi makanan yang mengandung lemak. Keluhan sering kali disertai demam yang disebabkan oleh proses peradangan akibat adanya infeksi di dalam tubuh.

Gambar 1. Area Lokasi Nyeri Peradangan Kandung Empedu pada Perut

Diagnosis Peradangan Kandung Empedu

Beberapa pemeriksaan penunjang yang membantu dalam mendiagnosis peradangan pada kandung empedu diantaranya peningkatan dari sel darah putih yang menandakan adanya suatu proses dari infeksi bakteri, fungsi hati, kadar alkali fosfatase dan peningkatan kadar bilirubin yang dapat meningkatkan kecurigaan adanya batu pada kandung empedu. Selain itu, pemeriksaan ultrasonografi juga dapat membantu diagnosis yaitu ditemukan adanya penebalan pada dinding kandung empedu ataupun batu pada kandung empedu. Pemeriksaan ultasonografi sebaiknya dilakukan untuk evaluasi kemungkinan peradangan kandung empedu pada penderita. Hal ini karena angka ketepatan pemeriksaan ultrasonografi dapat mencapai 90 – 95%, sedangkan pemeriksaan rontgen hanya dapat memberikan gambaran adanya batu empedu apabila mengandung cukup banyak kalsium didalamnya.

Tokyo guidelines menunjukan bahwa ada beberapa tanda yang dapat digunakan untuk mencurigai penderita mengalami peradangan kandung empedu.

  • Pertama, adanya nyeri pada area kanan atas perut
  • Kedua, adanya demam atau peningkatan sel darah putih atau peningkatan penanda c reaktif protein
  • Ketiga, terdapat peradangan pada kandung empedu yang ditemukan dari pemeriksaan radiologi. Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang dianjurkan karena efektif dan lebih efisien dari segi biaya. Apabila ultrasonografi tidak dapat memberikan gambaran yang jelas maka dapat dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Nyeri yang disebabkan oleh peradangan pada kandung empedu harus dapat dibedakan dengan nyeri yang disebabkan oleh serangan jantung, usus buntu, tukak pada saluran cerna, peradangan pada pankreas ataupun adanya sumbatan pada saluran cerna.

Pengobatan yang dapat Diberikan pada Penderita Peradangan Kandung Empedu

Penanganan pada penderita peradangan kandung empedu perlu dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Penderita perlu beristirahat penuh di tempat tidur. Asupan makanan yang mengandung lemak harus dihindari atau dikurangi dan asupan cairan harus cukup. Apabila asupan makanan kurang baik dan atau kekurangan asupan cairan, maka dapat dipertimbangkan untuk melakukan pemberian nutrisi pengganti makanan dan asupan cairan melalui infus. Antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi pada peradangan dan mencegah infeksi yang lebih luas. Terkadang diperlukan pemeriksaan kultur untuk melihat bakteri yang tumbuh dari cairan empedu agar dapat diberikan antibiotik yang tepat dalam mengatasi sumber infeksi. Penting untuk memberikan informasi mengenai permasalahan hati dan ginjal yang diderita karena akan menjadi pertimbangan bagi dokter untuk memberikan pengobatan. Selain itu dibutuhkan riwayat antibiotik yang dikonsumsi selama enam bulan kebelakang untuk menghindari kemungkinan adanya kekebalan pada antibiotik yang akan diberikan. Anjuran dini dalam melakukan pengangkatan pada kandung empedu penderita akan menurunkan angka kematian.

Dengan kecurigaan penyakit berdasarkan gejala yang ada, maka akan membantu dokter dalam mengevaluasi gejala yang dialami oleh pasien sehingga dapat menganjurkan pemeriksaan yang dibutuhkan untuk mendiagnosis peradangan pada kandung empedu. Peradangan pada kandung empedu dapat berkembang menjadi penyakit menahun. Hal ini disebabkan oleh peradangan yang berulang dan tidak ditangani dengan baik. Kesembuhan pada peradangan kandung empedu mencapai 85% kejadian. Angka kekambuhan peradangan pada kandung empedu dalam 3 bulan mencapai 30%. Sedangkan penderita peradangan kandung empedu yang memerlukan tindakan operasi mencapai 20% penderita.

Referensi
2016, Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktis Klinis. Jakarta : Interna Publishing.

Pridady, 2010, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid 1. Jakarta : Interna Publishing.

Gomi, Harumi. et al. Tokyo Guidelines 2018 : Antimicrobial Therapy for Acute Cholangitis and Cholecystitis. Japanese Society of Hepato Biliary Pancreatic Surgery. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/jhbp.518. 18 Februari 2019

Okamoto, Kohji. et al. Tokyo Guidelines 2018 : Flowchart for the Management of Acute Cholecystitis. Japanese Society of Hepato Biliary Pancreatic Surgery. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/jhbp.516. 18 Februari 2019

Yokoe, Masamichi. et al. Tokyo Guidelines 2018 : Diagnotic Criteria and Severity kGrading of Acute Cholecystitis. Japanese Society of Hepato Biliary Pancreatic Surgery. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/10.1002/jhbp.515. 18 Februari 2019

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*