Jika Anda Gemuk, Waspadai Penyakit-penyakit Saluran Cerna Ini!

Sumber gambar: freepik.com

Badan gemuk sudah bukan lagi penanda orang itu sehat dan makmur. Kegemukan atau obesitas nyatanya dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan dan salah satu penyebab kematian paling umum yang bisa dicegah selain merokok.

Obesitas adalah suatu kondisi kronis akibat kelebihan lemak dalam tubuh yang terjadi karena kadar kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak dibandingkan yang dibutuhkan, sehingga kalori yang berlebih akan diubah menjadi cadangan lemak dan dan menumpuk dalam tubuh. Diagnosis obesitas terjadi ketika indeks massa tubuh (BMI) adalah 30 atau lebih tinggi. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas diantaranya faktor keturunan, gaya hidup, aktivitas yang kurang, makanan minuman yang dikonsumsi kurang sehat, status sosial dan ekonomi, masalah medis dan konsumsi obat tertentu, serta kurang tidur. Obesitas merupakan masalah yang kompleks yang membutuhkan beberapa strategi pengobatan dan mungkin saja memerlukan pengobatan seumur hidup.

Kondisi obesitas menjadi perhatian selama masa pandemi ini dikarenakan banyak penelitian mendukung bahwa orang obesitas berisiko lebih tinggi terinfeksi dan tertular COVID-19 dibandingkan yang tidak. Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan obesitas berisiko tertular COVID-19 dan dirawat di rumah sakit sekitar 133% lebih tinggi dibanding dengan berat badan ideal, 74% lebih tinggi untuk dirawat di ICU, dan 48% lebih mungkin untuk meninggal. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang memiliki obesitas akan mengalami gejala yang lebih parah ketika sudah terinfeksi dibandingkan dengan berat badan yang ideal. Obesitas bisa berdampak signifikan pada fungsi paru-paru. Lemak berlebih disekitar perut dapat membuat otot perut lebih sulit bergerak, menekan dada, dan paru sulit mengembang. Pasien obesitas juga cenderung lebih sulit untuk dilakukan tindakan pembebasan jalan napas untuk pemberian oksigen. Hal ini dapat berkontribusi pada penurunan kadar oksigen dalam darah yang dapat memperburuk gejala COVID-19. Obesitas juga menyebabkan peradangan kronis yang dapat mengganggu respon kekebalan tubuh sehingga lebih sulit melawan virus.

Obesitas dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan dan penyakit serius lainnya seperti kencing manis, penyakit jantung, dan darah tinggi. Bahkan, kesehatan saluran cerna kita pun dapat terganggu akibat obesitas. Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai hubungan obesitas dan saluran cerna.

.

Bagaimana hubungan obesitas dan saluran cerna?

Bakteri di usus

Banyak studi yang telah meneliti hubungan antara obesitas dan saluran cerna. Bakteri baik di usus dianggap sebagai salah satu faktor yang berperan terhadap kejadian obesitas. Bakteri usus unik dan bervariasi antar individu, selalu berkembang seumur hidup, dan dapat berubah komposisinya dipengaruhi oleh faktor internal (genetik, usia) dan eksternal (diet, antibiotik, prebiotik, aktivitas fisik). Umumnya, diet tinggi serat, rendah lemak jenuh dan gula dikaitkan dengan bakteri usus yang lebih sehat yang ditandai dengan keragaman bakteri usus yang lebih besar. Sedangkan diet rendah serat, tinggi lemak jenuh dan gula dapat mengurangi keanekaragaman bakteri usus yang buruk bagi kesehatan kita.

Bakteri usus berpengaruh dalam proses metabolisme tubuh, mengatur pemecahan makanan, dan memproses karbohidrat, gula, dan lemak. Adanya perubahan komposisi dan ketidakseimbangan bakteri usus manusia dikemukakan menjadi salah satu penyebab kejadian obesitas, sebab perubahan komposisi bakteri pada usus dapat menyebabkan penumpukan lemak di jaringan dan perubahan regulasi pusat nafsu makan. Jika seseorang mudah merasa lapar padahal baru menyantap makanan, mungkin terjadi gangguan keseimbangan bakteri usus atau makanan yang dimakan tidak mengandung cukup nutrisi yang diperlukan oleh bakteri usus.

.

Kerongkongan

Keadaan obesitas dapat menyebabkan berbagai gangguan pada saluran cerna di mulai dari kerongkongan/esofagus, lambung, usus, bahkan organ hati, pankreas dan empedu. Obesitas dapat menyebabkan gangguan pergerakan kerongkongan dan penurunan tekanan pada katup antara kerongkongan dan lambung akibat penekanan timbunan lemak pada perut. Akibatnya, asam dari lambung lebih mudah naik ke kerongkongan dan mengiritasi permukaannya. Penyakit tersebut dinamakan GERD atau refluks asam lambung dengan gejala rasa terbakar pada daerah ulu hati dan dada. Apabila terjadi berlarut-larut, lapisan yang teriritasi akan menjadi Barrett’s esofagus yang nantinya dapat berkembang menjadi keganasan pada esofagus/kerongkongan.

.

Lambung, Pankreas, dan Usus

Obesitas juga dapat memengaruhi gerakan pada lambung sehingga mengganggu waktu kecepatan pengosongan lambung. Oleh karenanya obesitas menjadi salah satu faktor risiko timbulnya penyakit dispepsia dengan gejala perut terasa penuh dan tidak nyaman. Obesitas juga dianggap dapat memicu peradangan, keganasan, dan mengganggu kekebalan tubuh yang salah satunya disebabkan juga karena perubahan komposisi bakteri usus sehingga pasien obesitas lebih berisiko terkena penyakit iritasi usus, peradangan usus, pankreatitis (radang pada organ panrkeas), dan keganasan seperti kanker lambung, usus besar, dan pankreas.

Baca juga: Benarkah Kondisi Saluran Cerna Kita Memengaruhi Sistem Kekebalan Tubuh?

.

Hati

Perlemakan hati terjadi akibat pemecahan lemak yang berlebihan dari jaringan lemak dan peningkatan suplai asam lemak bebas ke hati. Derajat keparahan perlemakan hati berhubungan dengan peningkatan berat badan. Penumpukan lemak tersebut dapat menimbulkan gangguan pada fungsi hati. Ketika kondisi ini dibiarkan terus tanpa pengobatan dapat memicu terjadinya peradangan hati yang menimbulkan jaringan parut dan dapat berubah menjadi keganasan pada hati.

.

Kandung empedu

Orang dengan obesitas kemungkinan tiga kali lebih banyak menderita batu empedu daripada orang tanpa obesitas dan meningkatkan risiko terjadinya keganasan pada kandung empedu. Kondisi obesitas dapat meningkatkan jumlah kolestrol dan mengganggu metabolisme lemak serta hormonal yang mengakibatkan penurunan pergerakan dari kandung empedu sehingga batu empedu lebih mudah terbentuk.

Tidak hanya menimbulkan berbagai penyakit, nyatanya orang dengan obesitas akan memberikan respon yang lebih rendah terhadap pengobatan dibanding orang tanpa obesitas sehingga mengarah pada hasil klinis yang lebih tidak menguntungkan. Oleh karenanya penting untuk kita untuk mencegah daripada mengobati.

.

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*