Penulis: Dr. dr. Achmad Fauzi, SpPD, K-GEH, FINASIM
Divisi Gastroenterologi, Pankreatobilier dan Endoskopi Saluran Cerna, KSM/ Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Melena adalah istilah medis yang mengacu pada adanya darah dalam tinja yang membuatnya menjadi berwarna kehitaman. Kondisi ini biasanya menjadi salah satu tanda gejala adanya perdarahan di saluran pencernaan bagian atas, seperti pada kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, usus halus sampai dengan usus besar bagian proximal. Melena terjadi karena darah berada dalam lumen saluran cerna selama 12-14 jam. Darah yang bercampur dengan enzim pencernaan menyebabkan terjadinya reaksi antara hemoglobin dan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sehingga terjadi perubahan warna darah menjadi kehitaman.
Penyebab
Salah satu penyebab utama terjadinya melena adalah karena adanya kondisi tukak pada lambung atau usus dua belas jari, yang dapat disebabkan oleh infeksi Helicobacter pylori atau penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) secara berlebihan. Selain itu, melena juga bisa disebabkan karena adanya pelebaran pada pembuluh darah kerongkongan (varises esofagus) yang pecah. Beberapa penyakit lain seperti kanker lambung, penyakit inflamasi usus besar, serta kebocoran pada lambung juga bisa menjadi penyebab terjadinya kondisi ini. Perdarahan ini bisa bersifat akut atau kronis, tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya.
Tanda dan Gejala
Gejala perdarahan cerna saluran atas tidak hanya terbatas pada tinja berwarna hitam atau melena saja. Seseorang yang menderita perdarahan saluran cerna bagian atas juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri perut, muntah darah (hematemesis), kelemahan tubuh secara umum, pusing, dan penurunan tekanan darah. Jika perdarahan yang terjadi sangat hebat, maka seseorang dapat mengalami penurunan kondisi yang hebat hingga terjadi syok atau renjatan, yang merupakan kondisi darurat medis dan memerlukan penanganan cepat dan tepat sesegera mungkin.
Penegakan Diagnosis
Diagnosis untuk menegakkan dasar penyakit dari terjadinya melena melibatkan berbagai pemeriksaan medis, baik pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, maupun pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan invasif lainnya. Sebagai langkah awal, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium darah untuk memeriksa adanya anemia atau kondisi kekurangan hemoglobin darah, serta CT scan atau MRI untuk melihat apakah ada penyebab kelainan anatomis dari kondisi yang dialami. Dalam beberapa kasus, pemeriksa endoskopi atau teropong saluran pencernaan juga dilakukan untuk melihat langsung sumber perdarahan di saluran pencernaan agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
Manajemen Terapi
Pengobatan melena umumnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Jika melena disebabkan karena tukak lambung, pengobatan biasanya akan melibatkan pemberian obat-obatan yang bersifat melindungi lapisan lambung dari perlukaan, serta obat-obatan yang mengurangi produksi asam lambung. Jika melena disebabkan karena infeksi Helicobacter pylori, makan penggunaan antibiotik untuk mengatasi infeksi H. pylori, serta obat-obatan yang mengurangi produksi asam lambung dapat diberikan. Jika melena disebabkan karena varises esofagus yang pecah, maka prosedur endoskopi atau operasi mungkin diperlukan untuk pengikatan pembuluh darah esofagus yang mengalami varises dan sekaligus menghentikan perdarahan.
Pencegahan
Dalam mencegah terjadinya gejala melena, perubahan gaya hidup juga dapat berperan penting. Menjaga pola makan yang teratur dan bergizi, menghindari konsumsi alkohol, menghindari konsumsi makanan dan minuman yang memiliki kandungan asam yang tinggi, berhenti merokok, serta menghindari penggunaan obat-obatan NSAID secara berlebihan dapat mengurangi risiko terjadinya perdarahan pada saluran pencernaan. Selain itu, penting bagi individu dengan riwayat melena atau masalah pencernaan untuk rutin memeriksakan diri ke dokter supaya dapat dilakukan deteksi dini dan pengobatan untuk penyakit yang mendasarinya supaya dapat mencegah komplikasi yang lebih serius.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa melena adalah gejala medis serius yang memerlukan perhatian dan penanganan medis yang tepat. Dengan diagnosis yang cepat dan tepat, serta didukung manajemen terapi yang efektif, seorang individu dapat pulih dan menjalani hidup yang sehat.
Referensi:
- Kamboj AK, Hoversten P, Leggett CL. Upper Gastrointestinal Bleeding: Etiologies and Management. Mayo Clin Proc. 2019 Apr;94(4):697-703. doi: 10.1016/j.mayocp.2019.01.022. PMID: 30947833.
- Kate V, Sureshkumar S, Gurushankari B, Kalayarasan R. Acute Upper Non-variceal and Lower Gastrointestinal Bleeding. J Gastrointest Surg. 2022 Apr;26(4):932-949. doi: 10.1007/s11605-022-05258-4. Epub 2022 Jan 26. PMID: 35083723.
- Poddar U. Diagnostic and therapeutic approach to upper gastrointestinal bleeding. Paediatr Int Child Health. 2019 Feb;39(1):18-22. doi: 10.1080/20469047.2018.1500226. Epub 2018 Jul 30. Erratum in: Paediatr Int Child Health. 2019 Feb;39(1):80. PMID: 30058470.
Leave a Reply