Bolehkah Pasien Penyakit Asam Lambung Mendapatkan Vaksin COVID-19?

Sumber gambar: freepik.com

Kasus positif COVID-19 di Indonesia pertama kali dikonfirmasi terjadi pada awal bulan Maret 2020. Berarti, sudah genap 1 tahun COVID-19 menjangkit Indonesia. Hingga bulan Maret 2021, jumlah kasus positif COVID-19 mencapai lebih dari 1,3 juta orang dengan pasien yang dinyatakan sembuh lebih dari 1,1 juta orang dan kasus meninggal sekitar 37 ribu orang. Kedatangan vaksin COVID-19 menjadi kabar baik bagi kita sebagai upaya untuk menanggulangi pandemi ini. Indonesia telah menjalankan program vaksinasi COVID-19 sejak tanggal 13 Januari lalu dimana saat itu Presiden Republik Indonesia mendapatkan suntikan pertama vaksin COVID-19.

Vaksin COVID-19 diberikan dengan tujuan untuk membantu menurunkan risiko terinfeksi Virus Corona dengan membentuk antibodi dalam tubuh dan memicu respon kekebalan tubuh. Ketika nanti virus masuk ke tubuh kita, antibodi yang telah terbentuk ini mampu mengenali, merespon, dan memberikan perlindungan terhadap penyakit. Vaksin COVID-19 diberikan dua kali tiap orang. Orang yang telah menerima vaksin pertama akan disuntikkan lagi dosis kedua dengan vaksin yang sama dengan jeda 14 hari dan bagi lansia diberikan jeda sampai dengan 28 hari. Perlu diketahui bahwa antibodi tidak langsung terbentuk setelah vaksin disuntikkan, butuh waktu sekitar 2 minggu seteleh pemberian vaksin kedua.

.

Apakah semua orang dapat menerima vaksin COVID-19?

Ada beberapa kategori yang belum bisa mendapatkan vaksin, diantaranya orang yang memiliki  penyakit autoimun dan penyakit saluran pencernaan kronis. Hingga saat ini penelitian mengenai keamanan pemberian vaksin COVID-19 pada orang dengan penyakit autoimun masih dalam penelitian sehingga penderita belum dianjurkan untuk diberikan vaksinasi COVID-19 sampai hasil penelitian dipublikasikan. Penyakit saluran cerna kronis yang dimaksud dalam skrining sebelum pemberian vaksin COVID-19 diantaranya adalah Celiac disease dan penyakit radang usus atau Inflammatory Bowel Disease (IBD) yang dibagi menjadi dua, penyakit Kolitis Ulseratif dan Chron’s disease. Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit autoimun di bidang saluran cerna.

Menurut rekomendasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), ketika orang dengan penyakit autoimun saluran cerna menggunakan obat-obat imunosupresan (golongan obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh) dari dokter, pada dasarnya tidak masalah jika diberikan vaksin. Namun, respon imun yang terjadi bisa tidak seperti yang diharapkan. Oleh karenanya, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter yang merawat untuk mengetahui apakah vaksin dapat diberikan atau tidak.

Simak penjelasan dr. Virly dan dr. Saskia membahas kondisi kasus COVID-19 di Indonesia yang semakin meningkat, gejala, hingga vaksin COVID-19 pada pasien gangguan dan penyakit saluran cerna

.

3 Komentar

  1. Dear YGI ,
    Nama Saya renal saya ingin menanyakan saya tahun 2019 november di diagnosa IBS radang sayang sedikit dan ber obat minum obat salfalk selama 3 bulan dan hasil membaik tapi berawal dari sakit maag dan ke gerd saya sampai sekarang sudah dari tahun 2010 saya mengalami maag dan kerumah sakit terus dan di endoskopy tahun 2014 hasilnya saya ada peradangan di perut dan diagnosa GERD ke 2 kali saya endoscopy lagi setelah 7 bulan setelahnya dianggap normal tidak ada lagi radang bintik merah bersih tapi tetap asam lambung tinggi sampai berbusa dan itu saya lalui dengan seribut sensansi setiap harinya dan sangat mengganggu kehidupan saya dikantor dan dirumah . sensasi cemas berlebihan panik dan strees mikirin ini penyakit akhirnya saya ke pisikiater akhir tahun 2018 saya mendingan tu jauh perbedaannya berani ke tempat keramaian dll sampai skr sudah berani dan masih tetap ber obatke pisikiater dan dokter gerd dan akhirnya karena gejala saya masih terus dan terus akhirnya saya kedokter spesialit yg Diagnosa sy IBS, seblumnya sudah puluhan rumah sakit saya datangi. dan di rs ini dengan doktor Taufiq SPKEH rs Pondok indah sy dites di colonocopy bahwa sya ada peradangan di ujung usus besar dan uses kecil tapi sedikit sekali dan di berilah obat interlac , salfalk granul dan impempsa dan nexium atau pariet sampai sekarang kalau lagi kambuh saya minum pariet kl tidak saya tidak minum palig pakai lanzoprazole udah enak , tapi jika parrah saya minum pariet sampai sembuh 3 hari normal sampai skr pun masih begitu tapi sy sudah bisa kemana 2 jauh dan kl cuaca dingin saya tidak tahan dan ọ̥oн̲̣̣̣̥ iya saya sudah dari tahun awal sakit maag sudah tidak pernah minum dingin, santan kol semua yg bisa memicu asam lampung sy hindari sama makan ayam dan telor dikukus tiap hari buah hanya melon yg saya berani ..
    dan saya ada tawaran vaksin apakah saya bisa melakukan Vaksin ini yg katanya sinovac jenisnya karena sy punya gerd cemas, dan tahun 2019 pernah IBS Sindrom bukaan IBD tapi skr saya sudah tidak kaya dulu kurus sy skr berat badan 165kg tinggi 170an

    Terima kasih sebelum nya atas pertanyaan saya ini .
    Reynald

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*