
Banyak masyarakat beranggapan bahwa saat berpuasa asupan kalori haruslah ditambah. Padahal jumlah kalori yang kita butuhkan saat berpuasa tidak berbeda dengan saat tidak berpuasa. Hanya saja waktu makannya yang berbeda. Kebutuhan kalori yang kita butuhkan sehari-hari berkisar antara 1.500 – 2.500 kkal. Asupan kalori harus tetap dijaga selama bulan puasa dengan mengatur jumlah yang tepat dalam mengonsumsi gula, garam, dan lemak (GGL). Makanan tinggi GGL dapat memicu obesitas dan berbagai penyakit seperti kencing manis (diabetes mellitus), darah tinggi (hipertensi), kolesterol, dan stroke. Kita cenderung makan apa saja dan berlebihan saat sahur dan berbuka puasa dengan tujuan agar kuat selama berpuasa. Namun, hal itu tidak benar.
Kementerian Kesehatan RI telah memberikan anjuran bagi masyarakat untuk membatasi GGL. Anjuran tersebut kita kenal dengan rumus G4G1L5 yang artinya batasi konsumsi gula per orang per hari sebanyak 50 gram (4 sendok makan), batasi konsumsi garam 2000 miligram natrium atau 5 gram garam (1 sendok teh), dan batasi konsumsi lemak sebanyak 67 gram (5 sendok makan minyak). Lalu, apa saja bahaya dari konsumsi GGL yang berlebihan saat bulan puasa?
Baca juga: Sakit Perut Setelah Berbuka Puasa, Apa Penyebabnya?
.
Bahaya konsumsi gula berlebihan
Banyak orang yang memilih “manis-manis” sebagai menu pertama untuk dimakan atau diminum saat berbuka puasa. Hal ini karena gula yang terkandung dapat dengan cepat mengembalikan energi setelah berpuasa. Ketika kita makan/minum yang manis, gula akan dilepaskan ke aliran darah. Pankreas kemudian melepaskan insulin, yaitu hormon yang membantu “membuka” sel-sel tubuh sehingga memungkinkan gula digunakan oleh sel untuk energi. Apabila gula yang kita konsumsi berlebihan, pankreas akan memproduksi lebih banyak insulin untuk membantu gula memasuki sel. Kenaikan gula mendadak akan memicu produksi insulin berlebih untuk menurunkan gula secara cepat. Hal ini dapat memicu kita mudah merasa lapar dan lemas. Ketika insulin sudah tidak memungkinkan untuk mengimbanginya, kelebihan gula akan menumpuk di aliran darah dan menyebabkan penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Sekali orang terdiagnosis diabetes mellitus, maka penyakit tersebut tidak dapat sembuh. Namun, dapat dikelola untuk mencegah terjadinya komplikasi ke organ lain seperti mata, ginjal, pembuluh darah, dan syaraf.
Selain diabetes mellitus, konsumsi tinggi gula jaga dapat mengganggu kesehatan saluran cerna. Penelitian menunjukkan bahwa kelebihan gula dapat memengaruhi keseimbangan mikrob usus. Bakteri jahat di dalam usus akan berkembang biak dengan pesat apabila terus-menerus diberi asupan gula. Selain itu, pemanis buatan sulit diserap oleh usus dan sulit difermentasi oleh bakteri. Akibatnya, akan terbentuk banyak gas yang menyebabkan perut terasa penuh dan nyeri. Pemanis buatan, fruktosa, dan laktosa adalah gula yang sulit dicerna, serta cenderung merangsang usus untuk mengeluarkan air dan elektrolit sehingga dapat menyebabkan diare.
Punya keluhan sakit maag/ lambung/ GERD?
Isi survei kami di bit.ly/surveiherbalYGI
.
Bahaya konsumsi garam berlebihan
Hampir semua masakan menggunakan garam. Tanpa garam, makanan akan terasa hambar. Namun, terlalu banyak garam juga tidak baik untuk kesehatan. Garam dapur yang kita gunakan terdiri dari natrium dan klorida. Natrium diperlukan oleh tubuh untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh dan membantu kerja saraf serta otot. Sedangkan klorida merupakan elemen mendasar dalam proses pencernaan yang membantu tubuh dalam mencerna makanan.
Ginjal bekerja untuk menjaga keseimbangan garam yang optimal dalam tubuh. Saat asupan natrium tinggi, ginjal akan membuang kelebihannya melalui urin. Namun, jika ginjal tidak lagi mampu membuang kelebihannya, natrium akan menumpuk dalam darah. Penumpukan tersebut akhirnya memicu terjadinya penyakit darah tinggi (hipertensi). Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung, stroke, dan gangguan ginjal.
Beberapa penelitian mengaitkan antara asupan tinggi garam dengan kesehatan usus, diketahui bahwa mencerna kadar natrium yang tinggi dapat merusak bakteri Lactobacillus murinus dan mengubah aktivitas mikrob usus. Lactobacillus adalah bakteri menguntungkan yang menjaga kesehatan lapisan usus dan melindunginya dari berbagai mikroorganisme jahat yang mencari tempat untuk hidup. Ketika aktivitas mereka menurun karena diet natrium yang tinggi, tingkat peradangan akan meningkat dan pertahanan usus menipis. Hal ini memudahkan bakteri jahat untuk menembus dinding saluran cerna sehingga dapat beredar ke pembuluh darah.
Penelitian juga menunjukkan bahwa konsumsi tinggi garam dapat menyebabkan keluhan perut terasa kembung dan penuh yang tentunya tidak nyaman apabila hal tersebut dirasakan selama menjalani ibadah puasa. Konsumsi tinggi garam juga dikatakan dapat mempercepat timbulnya rasa haus. Walaupun hal tersebut masih kontroversial karena hasil penelitian yang beragam. Namun, ada baiknya untuk menghindari makan garam berlebihan saat sahur.
.
Leave a Reply