Apakah itu Intoleransi Laktosa dan sama kah dengan Alergi Susu?

Sumber gambar: freepik.com

Laktosa merupakan komponen dari gula yang sering ditemukan di dalam susu dan produk susu. Laktosa akan dicerna di dalam usus halus dimana merupakan organ yang menjadi tempat terbanyak makanan dicerna dan nutrisi diserap. Usus halus akan mengeluarkan enzim laktase yang berfungsi memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa yang selanjutnya akan diserap. Laktase dapat ditemukan sejak usia delapan minggu di dalam kandungan yang terus meningkat hingga 34 minggu di dalam kandungan.

,

Apa itu intoleransi laktosa?

Intoleransi laktosa merupakan suatu keadaan seseorang mengalami gangguan pada saluran cerna mulai dari bertahak, diare, atau perut terasa penuh setelah mengonsumsi susu atau produk susu. Normalnya, sekitar dua dari tiga penduduk dunia akan mengalami penurunan kadar enzim laktase pada awal kehidupan (usia 2 – 3 tahun) dan kadarnya mulai stabil pada usia 5 – 10 tahun. Namun terdapat sebagian orang yang berlanjut mengalami penurunan enzim laktase dan akan berkembang menjadi intoleransi laktosa. Oleh karena itu, yang dikatakan mengalami kekurangan enzim laktase adalah orang yang di dalam tubuhnya memiliki kadar enzim laktase lebih rendah dibandingkan nilai normal pada saat enzim laktase telah mencapai kadar stabil di dalam tubuh (usia 5 – 10 tahun). Hal ini dapat disebabkan oleh dua keadaan, yaitu kekurangan enzim laktase dan gangguan penyerapan laktosa.

Keadaan yang pertama adalah kekurangan enzim laktase, yaitu yang berdampak pada tidak dapat dicernanya laktosa secara menyeluruh di rongga usus halus. Kekurangan enzim laktase memiliki beberapa jenis, diantaranya:

  • Kekurangan enzim laktase primer, merupakan bentuk keadaan kekurangan laktase yang paling sering ditemukan dan berhubungan dengan unsur genetik. Biasanya produksi dari enzim laktase akan menurun dengan seiring berjalannya waktu, biasanya dimulai sejak usia dua tahun dan mulai muncul gejala saat remaja atau usia dewasa.
  • Kekurangan enzin laktase sekunder, merupakan kekurangan enzim laktase yang disebabkan oleh infeksi, cedera atau penyakit lainnya yang mengenai usus halus. Dengan memperbaiki penyebab dasar, biasanya dapat meningkatkan toleransi dari laktosa.
  • Perkembangan kekurangan enzim laktase, biasa ditemukan pada bayi yang terlahir prematur dimana berlangsung beberapa waktu setelah dilahirkan.
  • Kekurangan enzim laktase kongenital, yaitu kadar enzim laktase sedikit atau bahkan sama sekali tidak diproduksi oleh tubuh. Ini merupakan kondisi yang sangat jarang ditemukan dan genetik yang diturunkan berperan dalam kondisi ini.

Keadaan yang kedua adalah gangguan penyerapan laktosa. Dengan berkurangnya enzim laktase, maka laktosa tidak dicerna dengan baik dan akan bergerak ke usus besar. Di usus besar atau lebih tepatnya area kolon, laktosa yang tidak dicerna dengan baik tersebut akan bertemu dengan bakteri yang akan memecah laktosa menjadi gas dan juga cairan sehingga kandungan pada tinja menjadi lebih asam. Selain itu, kandungan pada rongga usus besar yang mengandung laktosa menjadi lebih pekat, maka akan terjadi perpindahan cairan ke rongga usus yang menimbulkan gejala buang air besar cair.

Pada dasarnya intoleransi laktosa merupakan keterkaitan antara kurangnya enzim laktase, kadar asupan laktosa, bakteri normal di dalam saluran cerna, gerak dari saluran cerna dan sensitivitas saluran cerna terhadap gas. Seseorang dikatakan mengalami intoleransi laktosa ketika kekurangan enzim laktase dan gangguan penyerapan laktosa menimbulkan gangguan dan gejala pada saluran cernanya. Namun tiap individu yang mengalami intoleransi laktosa memiliki variasi jumlah laktosa yang dapat ditoleransi untuk dikonsumsi.

,

Bagaimana gejala yang ditimbulkan oleh intoleransi laktosa?

Intoleransi laktosa akan menimbulkan keluhan pada asupan laktosa yang normal ketika aktivitas dari enzim laktase berkurang lebih dari setengahnya. Gejala yang ditimbulkan oleh intoleransi laktosa timbul tiga puluh menit hingga dua jam setelah mengonsumsi susu dan produk susu. Keluhan yang ditimbulkan akan bergantung pada jumlah laktosa yang dikonsumsi dan jumlah laktosa yang dapat ditolerir oleh tubuh. Beberapa gejala yang sering ditemukan seperti:

Selain beberapa gejala khas diatas, keadaan intoleransi laktosa dapat juga disertai adanya gejala yang tidak khas dan belum dipahami mekanismenya seperti lelah, sakit kepala, hilang konsentrasi, sakit pada otot dan sendi, luka pada mulut, dan gangguan berkemih.

,

Bagaimana cara mengetahui saya mengalami intoleransi laktosa atau tidak?

Riwayat keluarga merupakan unsur penting dalam mendiagnosis intoleransi laktosa. Dalam wawancara kesehatan, dokter akan menanyakan keluhan yang dirasakan oleh pasien. Namun keluhan yang berkaitan dengan saluran cerna dapat berhubungan dengan beragam penyebab penyakit, sehingga riwayat keluarga yang mengidap intoleransi laktosa akan membantu dokter dalam mengerucutkan kemungkinan-kemungkinan penyebab penyakit.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan perut yang penuh dengan gas atau udara, bising di bagian perut pada pemeriksaan dengan stetoskop, dan rasa tidak nyaman ataupun nyeri pada perut.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis intoleransi laktosa diantaranya hydrogen breath test dan stool acidity test. Hydrogen breath test merupakan pemeriksaan untuk mengukur kadar hidrogen dalam napas pasien. Pada umumnya hanya sedikit kandungan hidrogen pada orang yang makan, minum, dan mencerna laktosa. Namun pada laktosa yang tidak tercerna dengan baik akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar hidrogen. Stool acidity test merupakan pemeriksaan untuk melihat produk dari laktosa yang tidak tercerna dengan baik yaitu asam laktat dan asam lemak lainnya melalui tinja. Dapat pula dilakukan tes toleransi laktosa dengan cara pasien diberikan sejumlah laktosa yang kemudian dinilai keluhan saluran cerna dan kadar gula darah sebagai respon dari pemberian laktosa tersebut.

Selain pemeriksaan diatas, dapat pula dilakukan biopsi pada usus halus untuk melihat aktivitas dari enzim laktase atau pemeriksaan genetik yang berkaitan dengan intoleransi laktosa, namun kedua tindakan ini jarang dilakukan karena bersifat invasif dan memerlukan biaya yang cukup besar.

,

Bagaimana membedakan intoleransi laktosa dengan alergi susu?

Salah satu keadaan yang menyerupai intoleransi laktosa adalah alergi susu. Perbedaannya adalah alergi susu merupakan reaksi yang ditimbulkan oleh sistem daya tahan tubuh kepada satu atau lebih protein yang terkandung di dalam susu. Alergi susu akan menimbulkan reaksi yang dapat membahayakan nyawa walaupun hanya mengonsumsi sedikit produk susu. Selain itu, alergi susu juga sering ditemukan pada tahun pertama kehidupan, sedangkan intoleransi laktosa sering ditemukan saat remaja atau usia dewasa.

,

Apa yang harus saya lakukan ketika saya terdiagnosis intoleransi laktosa?

Sebagian besar orang dapat mengendalikan keluhan yang disebabkan oleh intoleransi laktosa dengan pengaturan pola makan yang baik. Hal tersebut dilakukan dengan mengatur jumlah laktosa yang dikonsumsi atau menghindari sepenuhnya konsumsi makanan dan minuman yang mengandung laktosa. Pengendalian dalam konsumsi susu dan produk susu dapat membantu mengurangi gejala pada sebagian besar pasien. Dapat juga dengan mengonsumsi susu ataupun produk susu yang bebas laktosa atau sedikit kandungan laktosanya, yaitu susu dan produk susu yang telah diberikan enzim laktase sehingga memecah laktosa di dalam susu dan produk susu tersebut.

Pasien intoleransi laktosa dapat diberikan obat yang memiliki kandungan enzim laktase untuk membantu kekurangan enzim laktase yang dihasilkan oleh tubuh, namun penggunaan obat ini harus dikonsultasikan pada dokter terlebih dahulu. Penting untuk diingat bahwa pasien intoleransi laktosa yang memiliki kecenderungan untuk menghindari susu dan produk susu akan mengalami kekurangan asupan kalsium, sehingga sebaiknya asupan kalsium dan vitamin D harus cukup. Pemberian probiotik juga dinilai dapat membantu mengurangi gejala yang ditimbulkan pada saluran cerna akibat intoleransi laktosa.

Apabila penyebab intoleransi laktosa adalah penyebab sekunder, maka perlu diatasi penyebab dasarnya sehingga dapat memperbaiki kekurangan dari enzim laktase. Sebagian besar intoleransi laktosa sekunder dapat ditingkatkan toleransi terhadap laktosa apabila permasalahan utamanya sudah ditangani dengan baik.

,

Referensi
2009. Lactose Intolerance. National Digestive Disease Information Clearinghouse – National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease.

Deng, Yanyong. Misselwitz, Benjamin. Dai, Ning. Fox, Mark. 2015. Lactose Intolerance in Adults: Biological Mechanism and Dietary Management. Nutrients 2015 7 8020-8035

Mattar, Rejane. Campos, Daniel Ferraz. Mazo. Carrilho, Flair Jose. 2012. Lactose Intolerance: Diagnosis, Genetic and Clinical Factors. Clinical and Experimental Gasteroenterology 2015

Misselwitz, Benjamin. Pohl, daniel. Fruhauf, Heiko. Fried, Michael. Vavrica, Stephan. Fox, Mark. 2013. Lactose Malabsorption and Intolerance: Pathogenesis, Diagnosis and Treatment. United European Gasteroenterology Journal 1 (3) 151 – 159

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*